Liputan6.com, Jakarta - Menteri Perdagangan (Mendag) Budi Santoso menargetkan agar proses negosiasi tarif perdagangan dengan Amerika Serikat (AS) bisa berjalan lancar. Dalam konteks ini, ia tidak memberikan opsi lain seandainya negosiasi tarif AS untuk tarif resiprokal dari Presiden AS, Donald Trump ini tidak berjalan mulus.
"Kita harus berupaya untuk mulus, itu target kita. Banyak yang kita lakukan. Namanya berunding, kita menawarkan ini, dia menawarkan apa," ujar Mendag saat ditemui di sela acara Kajian Tengah Tahun INDEF 2025 di Arya Duta Hotel, Jakarta, Rabu (2/7/2025).
"Kan ini sama-sama butuh. Amerika juga butuh kita. Jadi enggak ada yang sifatnya untung sepihak, rugi semua kalau enggak. Mereka butuh kita, kita juga butuh pasar dia," dia menekankan.
Mendag lantas mengacu pada neraca perdagangan antara Indonesia dan Amerika Serikat pada Januari-Mei 2025, yang mencatat surplus USD 8,28 miliar.
Selain dengan AS, Indonesia juga mencatat surplus neraca perdagangan terbesar kedua dengan India, sebesar USD 5,32 miliar. Disusul Filipina dengan surplus USD 3,69 miliar pada Januari-Mei 2025.
"Ekspor kita, surplus kita malah Januari-Mei yang tertinggi ke Amerika. Menggeser India, dia Amerika," imbuh Mendag.
Neraca Dagang RI Surplus USD 15,38 miliar
Menurut laporan Badan Pusat Statistik (BPS), Indonesia sukses mencatat surplus neraca perdagangan pada Januari-Mei 2025 sebesar USD 15,38 miliar. Dengan surplus USD 4,3 miliar per Mei 2025, angka ekspor Indonesia terhitung lebih besar dibanding impor selama 61 bulan beruntun.
Mengacu pada catatan itu, Mendag optimistis neraca perdagangan RI bisa kembali meraih surplus pada Juni 2025. "Mudah-mudahan sih enggak (terganggu). Kan sekarang justru semakin reda. Kalau misalnya perang juga mudah-mudahan enggak ada lagi," ungkapnya.
Optimisme itu bakal makin menguat jika Indonesia berhasil merayu AS untuk melonggarkan tarif impor dari Indonesia. "Yang kita masih menunggu adalah dengan Amerika. Cuman memang belum ketemu lagi aja, belum deal dan sebagainya. Di negara lain juga belum deal semua," sambungnya.
Perkuat Pasar Dalam Negeri
Di sisi lain, Mendag turut mendorong penguatan pasar dalam negeri guna memitigasi ancaman lanjutan dari perang dagang, dengan tetap melakukan perluasan pasar ekspor.
Oleh karenanya, Indonesia terus memperkuat perjanjian kemitraan ekonomi komprehensif dengan negara lainnya. Sebagai langkah pengamanan pasar ekspor sambil menunggu respons dari AS.
"Kita ketika masuk negara lain agak susah, kita juga harus menyetop supaya mereka susah masuk. Makanya pengamanan pasar. Selain itu, kita juga harus perluasan pasar ekspor," pungkas Mendag.