Serap Beras Petani, Bulog Butuh Duit Rp 57 Triliun

1 week ago 16

Liputan6.com, Jakarta - Perum Bulog membutuhkan anggaran kurang lebih Rp 57 triliun untuk pengadaan dan pengelolaan beras sepanjang 2025. Salah satu porsi terbesar dana ini untuk menyerap gabah atau beras dari petani untuk memenuhi kebutuhan pangan nasional.

Direktur Keuangan Perum Bulog Iryanto Hutagaol menjelaskan, Bulog telah memiliki stok beras sebesar 1,7 juta ton dan sebelumnya menargetkan penyerapan sebanyak 2 juta ton di 2025.

Namun pemerintah meminta tambahan pengadaan beras yang awalnya 2 juta ton menjadi 3 juta ton untuk 2025. Dengan permintaan ini maka total pengelolaan beras diperkirakan mencapai 4,7 juta ton.

"Kita sudah punya stok di gudang kurang lebih 1,7 juta kita akan menyerap 2 juta dan akan menyisakan akhir tahun 1,2 juta artinya kita akan mengelola kurang lebih 3,7 juta ton beras tahun ini, tapi dengan kabar akan diminta 3 juta menyerap, artinya kita akan mengelola 4,7 juta ton," kata Iryanton dalam konferensi pers, Rabu (22/1/2025).

Iryanto menerangkan dengan harga rata-rata Rp 12.000 per kg setara beras, total dana yang dibutuhkan mencapai Rp 57 triliun.

"Kalau kita hitung harga 12 ribu per kilo artinya 4,7 juta x 12 kurang lebih Rp 57 triliun harus kita sediakan," bebernya.

Oleh karena itu pihaknya membutuhkan sekitar 10 persen dari total biaya tersebut untuk pengelolaan operasional. Dan saat ini, Bulog terus berupaya menjalin komunikasi intensif dengan pemerintah untuk mendapatkan dukungan pendanaan yang lebih terstruktur melalui APBN, karena dana yang dimiliki tidak sebesar perusahaan besar lainnya.

Bantuan APBN

"Kami membutuhkan sekitar 10 persen dari total biaya tersebut untuk pengelolaan operasional. Saat ini, kami sedang berdiskusi dengan pemerintah untuk mendapatkan bantuan pendanaan yang lebih terstruktur melalui APBN, karena dana yang kami miliki tidak sebesar perusahaan besar lainnya," jelas dia.

Selain itu, Iryanto juga mengungkapkan sistem kerja pihaknya dalam pengelolaan keuangan yang dilakukan Bulog, yaitu dengan membeli beras, menyimpannya, memperbaiki kualitas, menyalurkan kepada masyarakat, hingga mendapatkan pembayaran dari pemerintah. Proses ini menjadi mekanisme utama untuk memastikan stabilitas pendapatan Bulog.

“Meskipun beban yang dihadapi cukup berat karena harus meminjam dari bank, kami tetap bisa menjalankan tugas ini dengan baik. Kami berusaha menjaga keuangan tetap positif sesuai prinsip akuntansi keuangan Indonesia. Dengan kerja sama semua pihak, kami optimis dapat terus menjalankan peran Bulog dalam menjaga ketahanan pangan nasional,” tutupnya.

Reporter: Ayu

Sumber: Merdeka.com

Read Entire Article
Kaltim | Portal Aceh| | |