Rupiah Perkasa terhadap Dolar AS Hari Ini 30 Juli 2025, Apa Penyebabnya?

1 month ago 21

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) melesat pada perdagangan Rabu, (30/7/2025). Rupiah naik 28 poin atau 0,17% menjadi 16.381 dari sebelumnya 16.408.

Kepala Ekonom Bank Permata, Josua Pardede menuturkan, penguatan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS dibayangi oleh data Job Openings and Labor Turnover Survey (JOLTS) Amerika Serikat di bawah perkiraan.

"Rupiah diperkirakan menguat terbatas sejalan dengan potensi melemahnya data ketenagakerjaan AS, dalam hal ini JOLTS Job Openings,” kata dia seperti dikutip dari Antara, Rabu pekan ini.

Jumlah lowongan kerja di AS mencapai 7,43 juta pada Juni atau di bawah perkiraan, yakni 7,51 juta. Pada Mei, jumlah lowongan direvisi menurun jadi 7,71 juta, seperti dikutip Anadolu.

Jumlah perekrutan hanya mengalami sedikit perubahan menjadi sekitar 5,2 juta dengan rasio tak tetap tak berubah di angka 3,3 persen pada Juni 2025.

Total Pemutusan Hubungan Kerja (PHK), yang mencakup pengunduran diri, PHK, dan pemecatan, secara umum stabil di angka 5,1 juta dengan rasio konstan 3,2 persen.

Selanjutnya, sekitar 3,1 juta pekerja meninggalkan pekerjaan mereka pada Juni dengan rasio tetap sekitar 2 persen. Jumlah yang meninggalkan pekerjaan tersebut mengalami penurunan di sektor jasa profesional dan bisnis, pendidikan pemerintah negara bagian dan lokal, serta pemerintah federal.

“Rupiah diperkirakan bergerak di kisaran Rp16.325-Rp16.425 per dolar AS,” ujar Josua.

Penutupan Rupiah pada 29 Juli 2025

Sebelumnya, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada Selasa, 29 Juli 2025 turun 45 poin atau 0,28% menjadi 16.409 per dolar AS dari sebelumnya 16.364.

Kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia turun ke level 16.399 per dolar AS dari sebelumnya 16.341 per dolar AS.

Analis Bank Woori Saudara Rully Nova menuturkan, pelemahan nilai tukar (kurs) Rupiah dipengaruhi negosiasi Amerika Serikat (AS) dengan China yang akan memperpanjang pengenaan tarif baru yang memberikan sentimen positif terhadap indeks dolar AS.

“Kesepakatan dagang Amerika dan China terakhir diperkirakan akan diperpanjang jeda pengenaan tarif baru seiring dengan semakin dekatnya batas waktu realisasi tarif pada 1 Agustus,” katanya kepada ANTARA di Jakarta, Selasa.

Pemerintah China, menjelang pertemuan lanjutan di Swedia, mengaku masih berharap AS dapat terus melanjutkan kesepakatan yang dicapai sebelumnya terkait perang dagang.

Perwakilan dari China dan AS yaitu Wakil Perdana Menteri China He Lifeng dan Menteri Keuangan AS Scott Bessent diketahui bertemu pada Senin-Selasa, 28-29 Juli 2025 di Stockholm, Swedia, untuk membahas tarif dagang kedua negara.

Pertemuan di Swedia itu adalah tatap muka lanjutan setelah di Jenewa, Swiss pada Mei 2025 dan di London, Inggris, pada Juni 2025 dimana barang AS ke China telah dipangkas tarifnya menjadi 10 persen, sementara barang-barang China ke AS terkena tarif 30 persen.

Sentimen Lain

Namun, keputusan pertemuan sebelumnya punya tenggat waktu yaitu 90 hari dan akan berakhir pada 12 Agustus 2025. Sebelumnya, bea impor terhadap produk China yang masuk ke AS adalah sebesar 145 persen sedangkan China menetapkan tarif 125 persen terhadap produk AS.

Pertemuan Stockholm tersebut terjadi di tengah ancaman kenaikan tarif impor barang ke AS seperti yang disampaikan Presiden Donald Trump, efektif berlaku 1 Agustus. Tarif yang lebih tinggi, yang diancamkan terhadap mitra dagang AS adalah sebesar 10-50 persen.

Pada 2024, AS mencatat defisit neraca perdagangan dengan China sebesar USD 295,5 miliar. Sebagai perbandingan, AS mencatat defisit USD 418 miliar pada 2018. Defisit AS mulai menurun beberapa tahun terakhir.

"(Negosiasi AS dengan China) memberi sentimen positif terhadap penguatan indeks dolar dan secara otomatis memperlemah rupiah," ungkap dia.

Sentimen lain terhadap pelemahan rupiah ialah dampak kesepakatan tarif antara AS dengan Uni Eropa (UE), di mana Paman Sam AS sudah mencapai kesepakatan kerangka perdagangan dengan UE dengan mengenakan tarif impor 15 persen pada sebagian besar barang asal Eropa yang masuk ke AS.

Keputusan ini diambil setelah Presiden AS Donald Trump dan Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen bertemu di Skotlandia selama 1 jam. Rencana tersebut juga mencakup investasi EU di AS yang mencapai USD 600 miliar serta peningkatan pembelian senjata dan energi dari AS senilai USD 750 miliar.

Namun, hasil itu tidak sepenuhnya mendapat sambutan positif karena target awal EU adalah mencapai kesepakatan tarif nol persen, atau turun drastis dari ancaman tarif Trump sebesar 30 persen.

Read Entire Article
Kaltim | Portal Aceh| | |