Liputan6.com, Jakarta - Miliarder dunia Ray Dalio dikabarkan tidak jadi bergabung menjadi penasihat Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara). Hal ini diungkap oleh sejumlah pihak yang tidak ingin disebutkan namanya.
Dikutip dari Bloomberg, Rabu (28/5/2025), orang-orang yang mengetahui masalah tersebut mengatakan Ray Dalio tidak akan bergabung dengan lembaga dana kekayaan negara (sovereign wealth fund) yang didirikan oleh Pemerintah Indonesia ini.
Padahal dua bulan lalu, CEO Danantara Rosan Perkasa Roeslani telah mengumumkan bahwa Pendiri Bridgewater Associates ini akan menjadi penasihat Danantara. Di jajaran penasihat, nama Ray dijejerkan dengan sejumlah nama besar lainnya seperti ekonom kenamaan Amerika Serikat Jeffrey Sachs, dan eks Manajer Portofolio Ekuitas di Capital Group F Chapman Taylor.
Alasan Ray Dalio tidak dijelaskan dengan rinci.
Ray Dalio dikenal sebagai pendiri perusahaan hedge fund terbesar di dunia. Ia mampu membangun kerajaan investasi sehingga kelola aset lebih dari USD 112 miliar.
Dalio bukan hanya seorang investor ulung, tetapi juga inovator strategi investasi. Ia dikenal dengan pendekatan uniknya seperti risk parity, alpha overlay, dan All Weather yang telah merevolusi cara institusi global mengelola investasi.
Bangun Hedge Fund Terbesar di Dunia
Selain kesuksesan finansial, Dalio juga dikenal akan kepeduliannya terhadap sesama. Ia telah menyumbangkan lebih dari USD 1 miliar untuk kegiatan filantropi. Buku-bukunya yang menjadi best seller, "Principles" dan "Principles for Dealing with the Changing World Order," juga telah menginspirasi banyak orang di seluruh dunia. Berikut profil dan kisah Ray Dalio.
Ray Dalio mendirikan Bridgewater Associates pada 1975. Ia memulai bisnis ini dari apartemen dengan dua kamar di New York City. Kegigihan dan inovasi Dalio dalam strategi investasi menarik perhatian banyak investor, dan Bridgewater pun berkembang pesat.
Dari sebuah usaha kecil, Bridgewater Associates tumbuh menjadi perusahaan hedge fund terbesar di dunia. Keberhasilan ini tidak lepas dari strategi investasi inovatif yang dikembangkan Dalio. Strategi Ray Dalio dinilai berhasil meminimalkan risiko dan menghasilkan keuntungan yang konsisten.
Selama lebih dari 47 tahun, Dalio memimpin Bridgewater Associates hingga akhirnya pensiun sebagai co-CIO pada 2022. Namun, warisan dan pengaruhnya terhadap dunia investasi tetap terasa hingga saat ini.
Profil Ray Dalio
Lahir pada 8 Agustus 1949, Ray Dalio tumbuh di lingkungan kelas menengah di Long Island. Ayah Ray Dalio seorang musisi dan ibunya sebagai ibu rumah tangga.
Sejak usia 12 tahun, ia telah menunjukkan ketertarikan pada pasar saham, bahkan memulai investasi pertama dengan uang hasil menjadi caddy di lapangan golf.
Ray Dalio menabung uang dari profesi sebagai caddy untuk membeli saham pertama yakni Northeast Airlines. Ray menuturkan, investasi pertamanya sebagai satu-satunya perusahaan yang pernah dijual dengan harga kurang dari USD 5 per saham. Namun, alasan ini bodoh tetapi beruntung karena perusahaan itu hampir bangkrut tetapi dibeli sehingga menyebabkannya naik tiga kali lipat.
Ia nyaris tidak diterima di perguruan tinggi di CW Post College, tetapi karena mampu mengejar hasratnya dan mengambil jurusan keuangan, ia menyelesaikan kuliah pada 1971, dan menjadi lulusan terbaik.
Memulai Karier di Wall Street
Setelah menyelesaikan pendidikan MBA di Harvard Business School pada 1973, Dalio memulai karier di Wall Street. Namun, ia kemudian mendirikan Bridgewater Associates, yang menjadi puncak kariernya. Ia dikenal karena kemampuannya dalam menganalisis pasar dan mengelola risiko investasi.
Selain sebagai investor ulung, Dalio juga merupakan penulis buku best seller. Buku "Principles" yang ditulisnya membahas prinsip-prinsip yang ia terapkan dalam investasi dan kehidupan. Buku ini telah menjadi inspirasi bagi banyak orang yang ingin mencapai kesuksesan.
Seiring membangun perusahaan hedgefund, berdasarkan data Forbes, ia berada di posisi 167 dalam daftar jajaran orang terkaya di dunia. Pada Kamis, 27 Februari 2025, kekayaan Ray Dalio mencapai USD 14 miliar atau sekitar Rp 230,1 triliun (asumsi kurs dolar AS terhadap rupiah di kisaran 16.440).