Pendapatan Petani Kakao Kaltim Melonjak 5 Kali Lipat, Ini Rahasianya

4 hours ago 5

Liputan6.com, Jakarta Program Rumah Cokelat Lung Anai yang diinisiasi oleh PT Multi Harapan Utama (MHU) dan berkolaborasi melalui lintas sektor dengan Kelompok Tani Lalut Isau, Badan Usaha milik Desa (BUMDes), serta Dinas Perkebunan Kutai Kartanegara terbukti mampu mengairahkan ekonomi masyarakat lokal.

Capaian program ini sangat signifikan di mana lebih dari 100 petani kini mengalami peningkatan pendapatan hingga 5 kali lipat, dengan harga jual kakao kering fermentasi mencapai Rp120.000-Rp150.000 per kg dari sebelumnya Rp25.000-Rp30.000 per kg untuk biji basah. Selain itu, 12 perempuan lokal kini aktif sebagai tenaga kerja, mencerminkan pergeseran peran gender positif dan peningkatan taraf hidup keluarga.

Dalam program ini, MHU juga melibatkan Yayasan Peduli Desa Nusantara Madani dan Fakultas Pertanian Universitas Kutai Kartanegara yang berperan dalam memberikan pendampingan dan pelatihan kepada masyarakat dalam pengolahan kakao menjadi cokelat kemasan.  

Chief Executive Officer (CEO) MMSGI Sendy Greti mengatakan, MMSGI (MMS Group Indonesia), melalui anak usahanya PT Multi Harapan Utama (MHU) terus menciptakan solusi untuk meningkatkan kualitas hidup dan berkelanjutan dengan praktik bisnis bertanggung jawab, yang melibatkan kolaborasi antar lini untuk memberikan dampak positif jangka panjang. 

“Melalui MHU, kami tidak hanya berinvestasi pada kegiatan operasional, tapi juga dalam membangun masa depan masyarakat. Seperti Rumah Cokelat Lung Anai yang menjadi simbol transformasi ekonomi lokal. Keberhasilan program CSR kami adalah hasil kolaborasi lintas pihak masyarakat, pemerintah, dan instansi terkait yang bersama-sama mendorong perubahan yang inklusif dan berkelanjutan,” ucap dia dalam keterangan tertulis, Sabtu (12/7/2025).

Dengan mengintegrasikan prinsip ESG di semua lini bisnis, Ia menyebut MMSGI melalui MHU membuktikan bahwa tanggung jawab sosial perusahaan dapat menciptakan nilai jangka panjang, baik bagi perusahaan, masyarakat, maupun lingkungan. 

“Kami percaya bahwa keberhasilan CSR bukan diukur dari jumlah program, tapi dari seberapa besar ia bisa mengubah kehidupan masyarakat secara nyata dan membangun kepercayaan yang berkelanjutan antara perusahaan dan komunitas di sekitar,” ujar Sendy.

Desa Lung Anai, yang 92% warganya merupakan masyarakat adat Dayak Kenyah dan telah ditetapkan sebagai Desa Budaya sejak 2007, sebelumnya mengelola kakao secara tradisional dengan penjualan biji basah berharga rendah. 

Read Entire Article
Kaltim | Portal Aceh| | |