Liputan6.com, Jakarta - Konsumsi emas di China turun 3,54% pada semester I 2025. Hal itu terungkap dari data terbaru the China Gold Association (CGA).
Mengutip Kitco, ditulis Selasa (29/7/2025), konsumsi emas di China mencapai 505,21 ton, menurut CGA. Penurunan ini terutama terlihat pada perhiasan. Konsumsi emas perhiasan China turun 26% dibandingkan paruh pertama 2024 menjadi 199,83 ton.
Sementara itu, konsumsi emas batangan dan koin melonjak 23,69% menjadi 264,24 ton pada semester pertama 2025.
Konsumsi emas untuk keperluan industri dan lainnya naik 2,59% dari tahun sebelumnya menjadi 41,14 ton pada semester pertama 2025, menurut CGA.
Data CGA sejalan dengan angka terbaru dari Kepala Riset China di World Gold Council (WGC) Ray Jia. Ia mencatat pasar perhiasan emas China turun pada semester pertama 2025. Arus masuk harga emas acuan Shanghai dan ETF keduanya mencatat rekor dua kali lipat pada semester pertama.
Jika menunjukkan penarikan emas dari Shanghai Gold Exchange (SGE) mencapai 678 ton selama semester pertama 2025, penurunan 18% secara tahunan dan 22% di bawah rata-rata 10 tahun.
“Permintaan perhiasan emas telah melemah di tengah melonjaknya harga emas. Belanja konsumen hati-hati dan konsolidasi industri yang berkelanjutan,” kata dia.
Ia mengatakan, kelemahan sektor perhiasan sebagian diimbangi oleh kekuatan investasi. Reli harga emas meningkatnya permintaan aset safe haven, di tengah meningkatnya ketegangan perdagangan AS-China terutama pada April dan kinerja aset domestik lainnya yang lesu mendukung penjualan emas batangan dan koin.
ETF Emas
Namun, ia memperingatkan pada Juni terjadi "momentum yang mendingin dalam investasi emas batangan dan koin karena investor menunggu di sela-sela di tengah pergerakan harga emas yang berada dalam kisaran tertentu."
Di sisi lain, permintaan ETF pulih bulan lalu dan menutup paruh pertama tahun ini dengan rekor terkuat. "Aliran ETF emas Tiongkok berbalik positif pada bulan Juni, menarik RMB1 miliar (USD 137 juta atau Rp 2,24 triliun dengan asumsu kurs dolar AS terhadap rupiah 16.405-red)," tulis Jia.
"Dengan meredanya ketegangan perdagangan AS-China dan penguatan RMB, permintaan emas sebagai aset safe haven menurun, sehingga mengakibatkan perubahan terbatas dalam aliran ETF."
ETF emas China menambahkan USD 8,8 miliar atau Rp 144,36 triliun (asumsi kurs dolar AS terhadap rupiah di kisaran 16.405) selama semester pertama 2025. "Aliran masuk didorong oleh faktor-faktor serupa, yang mendukung penjualan emas batangan dan koin yang disebutkan di atas," ujarnya.
"Total AUM ETF emas China melonjak 116% selama paruh pertama, mencapai RMB153 miliar (USD 21 miliar) pada akhir Juni. Sementara itu, kepemilikan kolektif melonjak 74% menjadi 200 ton."
Prospek Emas Batangan
Bank Sentral China atau the People’s Bank of China (PBoC) juga melanjutkan pembelian emas batangan resminya bulan lalu. "PBoC melaporkan pembelian emas sebesar 2 ton pada Juni, peningkatan bulanan kedelapan berturut-turut," catat Jia.
"Kepemilikan emas resmi China kini mencapai 2.299 ton. Tiongkok telah mengumumkan pembelian emas tanpa henti – dengan jumlah yang bervariasi – selama paruh pertama 2025, dengan total 19 ton. Selama periode ini, porsi emas dalam total cadangan devisa Tiongkok meningkat dari 5,5% pada Desember 2024 menjadi 6,7% pada akhir Juni."
Ke depan, Jia memperingatkan keyakinan konsumen yang lemah dan konsolidasi industri dapat terus membebani permintaan perhiasan emas, tetapi permintaan investasi untuk emas batangan berpotensi tetap kuat pada paruh kedua 2025.