Neraca Dagang RI-AS Cetak Surplus Terbesar Sebelum Tarif Resiprokal Berlaku, Segini Nilainya

1 month ago 31

Liputan6.com, Jakarta Menteri Perdagangan Budi Santoso menyampaikan surplus neraca perdagangan Indonesia paling tinggi dengan Amerika Serikat (AS) pada Semester I 2025. Surplus neraca perdagangan ini terjadi sebelum aktifnya tarif resprokal terbaru dari Presiden AS Donald Trump. Lantas, bagaimana dampak tarif baru?

Budi mencatat, surplus neraca perdagangan Indonesia sepanjang Semester I-2025 mencapai USD 19,48 miliar. Sedangkan, surplus ke AS saja tembus USD 9,92 miliar.

"Kalau kita lihat mitra dagang kita atau surplus kita tertinggi adalah ke Amerika yaitu menyumbangkan surplus yang tertinggi sampai semester I ini sebesar USD 9,92 miliar," kata Budi dalam Konferensi Pers Kinerja Ekspor Semester I 2025, di Kantor Kemendag, Jakarta, Senin (4/8/2025).

Sebagai informasi, ekpor produk RI ke AS mencapai USD 14,79 miliar, sementars itu, impornya sebesar USD 4,87 miliar. Adapun, total perdagangan kedua negara mencapai USD 19,65 miliar.

Budi Santoso menegaskan, surplus neraca perdagangan dengan AS menandakan barang Indonesia masih punya daya saing. Dia berharap kinerja ekspor tetap positif setelah tarif resiprokal AS berlaku.

"Meskipun ini belum diberlakukan tarif resiprokal ya, jadi nanti kita akan mendorong terus dan kita tentu akan berupaya setelah dilakukan pemberlakuan tarif resiprokal ekspor ktia tetap terus meningkat," tandasnya.

Surplus Neraca Dagang RI

Diberitakan sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan barang Indonesia masih mengalami surplus. Angka surplus pada Juni 2025 mencapai USD 4,10 miliar.

Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Pudji Ismartini menyampaikan surplus neraca perdagangan RI Juni 2025 berarti memperpanjang tren positif. Tercatat, neraca dagang Indonesia telah menorehkan surplus dalam 62 bulan berturut-turut.

"Pada Juni 2025 neraca perdagangan barang mencatat surplus sebesar USD 4,10 miliar. Neraca perdagangan Indonesia telah mencatat surplus selama 62 bulan berturut-turut sejak Mei 2020," kata Pudji dalam konferensi pers Berita Resmi Statistik, di Jakarta, Jumat (1/8/2025).

Angka Surplus Turun

Mengacu data yang ditampilkannya, angka surplus ini turun dari capaian Mei 2025. Kala itu, nilai surplus neraca perdagangan RI tembus di USD 4,30 miliar.

Sementara itu, surplus pada Juni 2025 lebih ditopang oleh surplus pada komoditas non migas sebesai USD 5,22 miliar. Komoditas penyumbang surplus utama adalah lemak dan minyak hewani dan nabati (HS 15) bahan bakar mineral (HS 27) serta besi dan baja (HS 72).

"Pada saat yang sama neraca perdagangan migas tercatat defisit USD 1,11 miliar dengan komoditas penyumbang defisit adalah minyak mentah dan hasil minyak," ungkapnya.

Ekspor Juni 2025

Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat nilai ekspor Indonesia mencapai USD 23,44 miliar pada Juni 2025. Angka ini naik 11,29 persen secara tahunan (year on year) dari Juni 2024 lalu.

Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Pudji Ismartini menyampaikan data ekspor Juni 2025 tersebut. Dia mencatat kenaikan ekspor ini didorong oleh ekspor komoditas non minyak dan gas bumi (migas).

"Pada Juni 2025, nilai ekspor mencapai USD 23,44 miliar atau naik 11,29 persen dibandingkan dengan Juni 2024. Nilai ekspor migas tercatat senilai USD 1,11 miliar atau turun 9,85 persen. Nilai ekspor non migas tercatat naik sebesar 12,61 persen dengan nilai USD 22,33 miliar," kata Pudji dalam konferensi pers Berita Resmi Statistik, di Jakarta, Jumat (1/8/2025).

Read Entire Article
Kaltim | Portal Aceh| | |