Jalan Layang Poros Maros-Bone Rampung Bakal Pangkas Jarak Tempuh

1 month ago 38

Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Pekerjaan Umum (Kementerian PU) telah merampungkan pembangunan Jalan Layang (elevated) pada ruas Poros Maros–Bone di Tompo Ladang, Desa Padaelo, Kecamatan Mallawa, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan. 

Jalan Poros Maros-Bone, tepatnya di Km 90 merupakan daerah rawan kemacetan dan kecelakaan, karena memiliki tikungan atau geometrik jalan yang cukup tajam. 

Sehingga, diperlukan penanganan dengan melakukan perubahan geometrik melalui pembangunan jalan layang yang sesuai dengan standar teknis, keselamatan, dan kenyamanan lalu lintas.

Menteri PU Dody Hanggodo mengatakan, proyek strategis ini menjadi langkah nyata pemerintah dalam meningkatkan kualitas infrastruktur jalan, memperlancar arus transportasi, serta mendukung pertumbuhan ekonomi kawasan.

"Selain dapat memperbaiki kondisi geometrik jalan dalam rangka meningkatkan keselamatan pengguna jalan, diharapkan juga dapat mempercepat waktu tempuh dan menurunkan biaya logistik sehingga pertumbuhan ekonomi dapat meningkat," kata Dody, Sabtu (2/8/2025).

Jalan Elevated Maros–Bone dikerjakan oleh Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional (BBPJN) Sulawesi Selatan sepanjang 1,624 km dan 2 jembatan sepanjang 400 meter. Dengan nilai kontrak Rp 138,5 miliar yang bersumber dari Surat Berharga Syariah Negara (SBSN). 

Gantikan Tikungan Tajam

Pembangunan jalan layang untuk menggantikan tikungan tajam pada ruas Maros–Bone. Diharapkan dapat memangkas jarak tempuh, meningkatkan kenyamanan dan keamanan lalu lintas.

Sekaligus mempermudah distribusi barang dan jasa, khususnya angkutan logistik yang menghubungkan Makassar-Bone serta kabupaten lain di Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara, seperti Sinjai, Soppeng, Wajo, Kendari, dan Kolaka.

"Jalan Elevated Maros–Bone juga diharapkan menjadi daya tarik wisata seperti Jembatan Kelok 9 di Sumatera Barat. Mengingat lokasinya yang berada di jalur menuju kawasan wisata Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung," pungkas Dody. 

Kementerian PU Siapkan Rp 630 Miliar untuk Bangun 63 Jembatan Gantung

Sebelumnya, Kementerian Pekerjaan Umum (PU) mengalokasikan anggaran Rp 630 miliar pada 2026, untuk membangun 63 jembatan gantung di berbagai wilayah Indonesia.

Menteri PU Dody Hanggodo mengatakan, pembangunan jembatan gantung menjadi solusi aksesibilitas bagi masyarakat di daerah terpencil yang selama ini harus menempuh jalur memutar dan tidak efisien. 

"Kehadiran jembatan gantung ini diharapkan memberikan dampak nyata dalam mempercepat aktivitas masyarakat, terutama dalam mendukung kegiatan ekonomi, pendidikan, dan pelayanan publik," ujar dia, Rabu (23/7/2025).

Jembatan gantung dinilai penting untuk membuka konektivitas antar desa atau kecamatan, seperti memudahkan petani untuk mengangkut hasil pertanian ke pasar. 

Selain menghubungkan aktivitas ekonomi, jembatan gantung juga  membantu masyarakat mengakses fasilitas publik seperti sekolah, pasar, dan kantor pemerintahan di daerah yang terpisah sungai, jurang, atau lereng perbukitan.

Penentuan 63 lokasi pembangunan jembatan gantung 2026 akan melalui kajian teknis mendalam dan survei lapangan. Dengan mempertimbangkan aspek ekonomi, tingkat keterisolasian wilayah, aksesibilitas transportasi, dan aspek teknis lainnya. 

Dibangun 1,8 X 200 Meter

Jembatan gantung umumnya dibangun dengan bentang antara 30-200 meter dan lebar sekitar 1,8 meter, menyesuaikan dengan kondisi lapangan.

Adapun pada 2025, Kementerian PU juga tengah menyelesaikan pembangunan 50 jembatan gantung, sebagian diantaranya telah rampung. 

Termasuk di antaranya 8 jembatan di Sulawesi Selatan, seperti Jembatan Gantung Kanjero (68 meter) dan Jembatan Gantung Poton (36 meter) di Kabupaten Luwu Utara, Jembatan Gantung Lamangiso (68 meter) dan Jembatan Gantung Jauh Pandang (51 meter) di Kabupaten Wajo, Jembatan Gantung Kalimporo (51 meter), Jembatan Gantung Minasa Upa (102 meter), Jembatan Gantung Benteng Pattiro (68 meter), dan Jembatan Gantung Palambuta (Bululoe) (51 meter).

Read Entire Article
Kaltim | Portal Aceh| | |