Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak melemah pada pembukaan perdagangan hari ini. Pelemahan rupiah ini dipengaruhi faktor eksternal seperti tarif dagang AS.
Pada Senin (7/7/2025), kurs rupiah pada pembukaan perdagangan di Jakarta melemah sebesar 33 poin atau 0,20 persen menjadi Rp 16.218 per dolar AS dari sebelumnya Rp 16.185 per dolar AS.
Analis mata uang Doo Financial Futures Lukman Leong memperkirakan, nilai tukar rupiah bergerak datar terhadap dolar AS pada hari ini karena investor wait and see.
“Investor cenderung wait and see mengantisipasi 2 hari menjelang batas hari terakhir dari penundaan tarif reciprocal Trump 90 hari yang lalu,” ujarnya dikutip dari Antara.
Presiden AS Donald Trump disebut tidak akan menunda kebijakan tarif resiprokal yang akan berlaku pada 1 Agustus 2025.
Apabila ditunda, lanjutnya, hal ini bisa disebabkan oleh minimnya kesepakatan yang tercapai dengan berbagai negara.
Pada Kamis (3/7/2025), Trump telah mengumumkan bahwa dirinya akan mengirimkan surat kepada sejumlah negara untuk memberitahukan besaran tarif yang harus dibayarkan menjelang tenggat waktu tarif pada 9 Juli.
Trump menjelaskan dalam surat tersebut akan tercantum tarif yang harus dibayar oleh masing-masing negara, seperti “20 persen, 25 persen, atau 30 persen.”
Negosiasi Masih Berjalan
Presiden mengatakan banyak negara menginginkan perjanjian yang spesifik dan penuh dengan berbagai klausul, namun ia lebih memilih pendekatan yang sederhana.
Sejumlah negosiasi tarif masih berlangsung seiring banyak negara berupaya mendapatkan kesepakatan perdagangan yang lebih baik dengan ekonomi terbesar dunia itu.
Presiden AS juga telah menyampaikan pemerintahannya bakal mengumumkan tarif baru terhadap hingga 12 negara pada hari ini.
Gedung Putih belum memberikan penjelasan lebih lanjut, termasuk sektor-sektor yang menjadi target atau besaran tarif yang akan dikenakan.
Prediksi Gerak Rupiah Hari Ini
Pengumuman pada hari ini diperkirakan mencakup berbagai tingkat tarif dan pernyataan yang berbeda bagi masing-masing negara terdampak.
Di sisi lain, Lukman menilai kurs rupiah berpotensi menguat terbatas seiring sikap antisipasi investor terhadap rilis data cadangan devisa (cadev) Indonesia yang diperkirakan naik ke angka USD 157 miliar.
“Peningkatan ini disebabkan oleh pesatnya pertumbuhan ekspor dan surplus di bulan sebelumnya. Dolar yang agak lemah belakangan ini juga menghemat BI (Bank Indonesia) dari menggunakannya untuk intervensi,” kata dia.
Berdasarkan faktor-faktor tersebut, nilai tukar rupiah diprediksi berkisar Rp 16.150 per dolar AS-Rp 16.250 per dolar AS.