Liputan6.com, Jakarta - PT Pertamina (Persero) membuka peluang kerja sama seluas-luasnya dengan Uni Eropa (UE). Usai Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif Indonesia-Uni Eropa (IEU CEPA) berhasil disepakati.
Vice President Corporate Communication PT Pertamina (Persero) Fadjar Djoko Santoso mengemukakan, Pertamina juga bakal belajar dari Uni Eropa dalam pengembangan energi baru terbarukan (EBT).
"Semua kerja sama kita buka peluang. Tapi tentu saja Eropa memang dia advance terhadap energi baru terbarukan, mungkin kita bisa eksplor ke situ," ujar Fadjar di Grha Pertamina, Jakarta, Rabu (16/7/2025).
Sebelumnya, Presiden Prabowo Subianto bersyukur perjanjian IEU-CEPA sukses terjalin, usai proses negosiasi yang alot selama 10 tahun. RI 1 mengatakan penyelesaian, IEU-CEPA merupakan terobosan besar di bidang ekonomi.
"Luar biasa, terobosan besar. Setelah 10 tahun negosiasi, hari ini kita tembus, breakthrough, semua titik-titik persoalan sudah kita selesaikan," kata Prabowo usai menyelesaikan lawatan di Brussel, Belgia, Minggu, 13 Juli 2025.
Prabowo menyampaikan, hampir semua barang impor baik dari Indonesia dan Uni Eropa akan dikenakan tarif 0 persen usai perjanjian IEU-CEPA disepakati.
Free Trade Agreement
"Jadi kita sudah punya sekarang perjanjian Comprehensive Economic Partnership Agreement antara Indonesia dan Uni Eropa yang ini sebetulnya nanti adalah menjadi free trade agreement. Hampir semua tarif kita sudah selesai, hampir semuanya 0 persen di antara kita," jelasnya.
Prabowo menuturkan kesepakatan ini menjadi alternatif yang kuat bagi Indonesia di tengah ketidakpastiaan global. Terlebih, jumlah penduduk Uni Eropa mencapai 460 juta jiwa, sehingga menjadi pasar yang sangat besar.
"Jadi ini segera terobosan baru. Uni Eropa pasar yang sangat besar, jumlah penduduk 460 juta lebih, total GDP mereka sangat besar, perdagangan mereka juga sangat besar. Jadi ini alhamdulillah suatu peristiwa bersejarah," tutur Prabowo.
Dongkrak Ekspor dan Kantongi Insentif Bea Masuk
Terpisah, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartanto mengatakan, Indonesia ingin mendorong potensi kesepakatan perdagangan dengan Uni Eropa agar meningkatkan ekspor dan mendapatkan insentif bea masuk.
"Inilah potensi-potensi yang kita dorong karena bea masuk Uni Eropa antara 10-20 persen. Bea masuk ke Amerika Serikat 10-20 persen. Sedangkan bea masuk Vietnam ke Eropa nol persen. Kita ingin selesaikan (perundingan IEU-CEPA)," kata Airlangga.
Apalagi, Indonesia mencatat sejumlah barang ekspor ke Uni Eropa seperti barang elektronik dan komoditas ikan. Selain itu, menurut Airlangga, Indonesia juga ingin membuka ekspor minyak kelapa sawit atau crude palm oil (CPO) dan mineral kritis ke Uni Eropa.
"Dan yang andalan kita CPO hampir tidak bisa masuk Eropa. Ini kita buka dengan Eropa. Selain itu, critical mineral itu isu utama. Kita merelaksasi itu agar two trade kita lebih tinggi," ujar Airlangga.
Kena Tarif Trump 19%, Negosiasi Impor Minyak dan LPG AS Masih Berlanjut
Sebelumnya, PT Pertamina (Persero) terus mendukung upaya Pemerintah RI, untuk melanjutkan proses negosiasi impor energi berupa minyak mentah dan LPG dari Amerika Serikat (AS). Utamanya setelah Presiden AS Donald Trump melunak, dengan memberikan potongan tarif impor menjadi sebesar 19 persen untuk Indonesia.
Vice President Corporate Communication PT Pertamina (Persero) Fadjar Djoko Santoso mengatakan, pihaknya beberapa waktu lalu telah melaksanakan penandatanganan nota kesepahaman (MoU) dengan beberapa mitra di AS. Berupa optimalisasi pengadaan feedstock atau minyak mentah untuk kilang-kilang milik Pertamina di Indonesia.
"Jadi, kita sudah dengar bersama statement dari Pemerintah Amerika Serikat bahwa sudah tercapai kesepakatan tarif antara Pemerintah Indonesia dan Amerika Serikat," ujarnya di Grha Pertamina, Jakarta, Rabu (16/7/2025).
"Tentu, Pertamina mendukung kebijakan pemerintah, salah satunya dengan kita melakukan kerjasama optimalisasi feedstock dari mitra kita di Amerika Serikat," dia menambahkan.
Sayangnya, Fadjar belum bisa membocorkan siapa saja mitra dagang yang telah menjalin kesepakatan dengan Pertamina untuk melakukan impor minyak mentah dan LPG. Ia pun belum bisa memberi tahu lebih lanjut detail terkait kesepakatan itu.
"Terkait volume dan nilai belum bisa disampaikan, karena memang masih dalam proses negosiasi dan itu berkembang," ungkap dia.
57% LPG Impor dari AS
Adapun saat ini, Pertamina telah memiliki kerjasama rutin dengan Amerika Serikat untuk suplai komoditas minyak dan gas bumi (migas). Semisal untuk impor LPG, di mana perseroan mendatangkan sebanyak 57 persen daripadanya dari Negeri Paman Sam.
"LPG kan per tahun 2024 kita sudah melakukan pengadaan, porsinya 57 persen dari seluruh komposisi LPG impor," jelas Fadjar.
"Jadi artinya memang sudah dominan, tapi optimalisasi untuk peningkatan juga terbuka. Tergantung nanti kita ikuti proses bersama-sama dengan pemerintah untuk negosiasi," urainya.
Impor LNG Belum Masuk Hitungan
Kendati begitu, komoditas gas alam cair alias LNG sejauh ini belum masuk hitungan untuk bisa diimpor dari Amerika Serikat. "Sampai saat ini yang terbatas masih minyak mentah dan LPG," ucap Fadjar.
Untuk eksekusi, impor energi dari AS rencananya akan dilakukan secara bertahap. Menunggu hasil final dari tim delegasi Indonesia yang dipimpin oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto.
"Bertahap ya. Kemarin kan baru MoU, setelah ini ada tahapan-tahapan juga yang harus kita lakukan. Tentu bersama mitra dan juga di bawah koordinasi Kemenko Perekonomian," tutur Fadjar.