Tarif Impor AS untuk Indonesia Dipangkas, Gimana Dampak ke Ekonomi?

7 hours ago 3

Liputan6.com, Jakarta Presiden Prabowo sukses mengamankan pemangkasan tarif impor dari Amerika Serikat, dari usulan awal 32% menjadi 19%. Kesepakatan ini dicapai dalam pertemuan bilateral dengan Presiden Donald Trump.

Tak hanya soal tarif, Indonesia juga menyepakati pembelian produk energi AS senilai USD 15 miliar, produk pertanian USD 4,5 miliar, serta 50 unit pesawat Boeing terbaru.

Langkah ini dipandang sebagai bukti keberhasilan diplomasi dan penguatan posisi strategis Indonesia dalam hubungan dagang global.

Dampak Ekonomi: Terasa, Tapi Tidak Mengguncang

Menurut Research Director Prasasti Center for Policy Studies, Gundy Cahyadi, dampak ekonomi dari tarif tersebut bersifat terbatas.

“Ekspor ke AS hanya sekitar 10% dari total ekspor kita. Bahkan dalam skenario terburuk, dampaknya terhadap PDB nasional hanya sekitar 2%. Terasa, tetapi tidak mengguncang fondasi ekonomi,” ungkap Gundy kepada wartawan, Rabu (16/7/2025).

Bagian dari Retorika Politik

Ia juga menilai bahwa ancaman tarif tinggi dari Trump lebih sebagai retorika politik.

“Pasar sudah cukup terbiasa dengan gaya teatrikal Trump. Investor mulai memahami pola lama: ancaman di depan layar, negosiasi di balik layar,” tambahnya.

Strategi Jangka Panjang: Investasi dan Peran Global

Gundy menekankan pentingnya fokus pada peningkatan investasi daripada hanya mengandalkan ekspor. Dalam konteks itu, langkah Presiden Prabowo memperkuat kerja sama internasional, termasuk kehadiran di KTT BRICS, mencerminkan arah kebijakan luar negeri yang semakin tegas dan mandiri.

“Keputusan Presiden untuk hadir di KTT BRICS meski ada tekanan dari Trump menunjukkan bahwa Indonesia tidak bermain dalam panggung orang lain. Jika Trump tampil dengan drama, maka Jakarta sedang menulis naskahnya sendiri,” pungkasnya.

Mendag Sebut Ada Investasi di Indonesia dari Kesepakatan Tarif Impor AS 19%

Kesepakatan tarif resiprokal antara Indonesia dan Amerika Serikat (AS) tidak hanya menuntut akses pasar tetapi juga investasi dari AS.

Hal itu disampaikan Menteri Perdagangan (Mendag) Budi Santoso seperti dikutip dari Antara, Rabu (16/7/2025).

"Sebenarnya Amerika itu tidak semata-mata akses pasar yang kita tuntut. Karena ternyata juga akan melakukan investasi,” kata Mendag Budi Santoso dalam Rapat Kerja bersama Komisi VI DPR RI di Jakarta pada Rabu pekan ini.

Budi menambahkan, dengan kesepakatan itu, Indonesia akan mendapat investasi dari AS untuk sejumlah komoditas, salah satunya sektor energi.

"Jadi kalau tadi ada kekhawatiran, misalnya minyak. Karena memang nanti juga akan investasi di Indonesia. Artinya ada beberapa komoditas yang akan dilakukan investasi di Indonesia," tutur dia.

Budi menuturkan, kesepakatan tarif resiprokal sebesar 19% bertujuan mendukung industri dalam negeri. Sebab banyak barang baku dan barang modal yang akan diimpor dari Amerika.

Beberapa produk asal Amerika Serikat seperti gandum dan kedelai saat ini tidak ada pengenaan tarif masuk atau 0%. Indonesia pun dinilai belum bisa memproduksi kedua komoditas tersebut.

"Jadi kalau kita impor gandum, kemudian kedelai itu juga sudah 0 persen dan kita tidak memproduksi. Artinya memang kita membutuhkan produk itu. Jadi ini sebenarnya kesempatan buat kita untuk mendukung industri dalam negeri," ujar dia.

Read Entire Article
Kaltim | Portal Aceh| | |