Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak turun untuk sesi keempat berturut-turut pada Rabu, 23 Juli 2025. Harga minyak susut karena investor menilai perkembangan perdagangan termasuk kesepakatan tarif Amerika Serikat (AS) dengan Jepang menjelang pengumuman data persediaan AS.
Mengutip CNBC, Kamis (24/7/2025), harga minyak Brent turun 8 sen menjadi USD 68,51 per barel. Harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS turun 6 sen menjadi USD 65,25 per barel.
Kedua harga acuan minyak turun sekitar 1% pada sesi sebelumnya setelah Uni Eropa mengatakan sedang mempertimbangkan tindakan balasan terhadap tarif AS.
Presiden AS Donald Trump mengatakan pada Selasa kalau AS dan Jepang telah mencapai kesepakatan perdagangan yang mencakup tarif 15% atas impor AS dari Jepang.
"Penurunan (harga) dalam tiga sesi terakhir tampaknya telah mereda, tetapi saya tidak memperkirakan banyak dorongan kenaikan dari berita kesepakatan perdagangan AS-Jepang karena hambatan dan penundaan yang dilaporkan dalam perundingan dengan Uni Eropa dan Tiongkok akan tetap membebani sentimen," kata Pendiri Vanda Insights, Vandana Hari seperti dikutip dari CNBC.
Komisi Eropa berencana untuk mengajukan tarif balasan atas 93 miliar euro atau USD 109 miliar barang-barang AS untuk disetujui oleh anggota Uni Eropa, sementara fokus utama Komisi adalah mencapai hasil negosiasi dengan Amerika Serikat untuk menghindari tarif AS sebesar 30%.
Selain itu, investor sedang menunggu data inventaris minyak AS dari Badan Informasi Energi (EIA) pada Rabu nanti. Dalam sinyal bullish lainnya untuk pasar minyak mentah, Menteri Energi AS mengatakan pada Selasa kalau AS akan mempertimbangkan sanksi terhadap minyak Rusia untuk mengakhiri perang di Ukraina.
Uni Eropa pada Jumat menyetujui paket sanksi ke-18 terhadap Rusia, yang menurunkan batas harga minyak mentah Rusia.Di sisi pasokan fisik, pemuatan minyak mentah Azeri BTC dari pelabuhan Ceyhan di Turki dilanjutkan pada Rabu, setelah peningkatan pemeriksaan terkait masalah kontaminasi yang menunda pemuatan dalam beberapa hari terakhir, beberapa sumber industri mengatakan kepada Reuters.