Harga Emas Masih Berpeluang Cetak Rekor, Bakal Sentuh Level Segini

1 month ago 36

Liputan6.com, Jakarta - Harga emas dunia mencatat lonjakan signifikan sebesar 2% pada penutupan perdagangan akhir pekan di pasar Amerika Serikat (AS). Kenaikan tajam ini dipicu oleh data ketenagakerjaan AS yang jauh dari ekspektasi pasar, serta meningkatnya ketegangan geopolitik dan kebijakan proteksionis terbaru dari Presiden Donald Trump.

Pengamat mata uang dan komoditas, Ibrahim Assuaibi menyebut harga emas dunia akan terus mengalami penguatan. Ia memproyeksikan harga dapat menyentuh level USD 3.350 per troy ounce dalam waktu dekat, bahkan bisa menembus USD 3.600 per troy ounce pada semester kedua 2025.

“Harga emas akan bergerak di kisaran support USD 3.334 per troy ounce hingga resistance USD 3.350 per troy ounce dalam jangka pendek. Namun, dalam semester kedua 2025, saya optimistis emas bisa mencapai USD 3.600,” ungkap Ibrahim dalam keterangan resmi, Minggu (3/8/2025).

Potensi Pemangkasan Suku Bunga The Fed

Ibrahim menjelaskan ada berbagai sentimen yang mendorong kenaikan harga emas, di antaranya adalah Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan pertumbuhan lapangan kerja pada Juli hanya mencapai 73.000, jauh lebih rendah dari perkiraan ekonom. 

Angka ini bahkan turun dari revisi data Juni yang hanya menunjukkan kenaikan 14.000 pekerjaan. Dampaknya, tingkat pengangguran nasional naik menjadi 4,2% dari sebelumnya 4,1%.

Situasi ini membuat pasar semakin yakin Federal Reserve (The Fed) akan memangkas suku bunga sebanyak dua kali sebelum akhir 2025, kemungkinan dimulai pada bulan September.

Salah Satu Gubernur The Fed Mengundurkan Diri

Kondisi semakin memanas ketika salah satu dari tujuh gubernur The Fed, Adriana Kugler, mengundurkan diri dari jabatannya. Pengunduran diri ini diumumkan pada Jumat, bersamaan dengan meningkatnya tekanan dari Presiden Trump yang secara agresif mendorong penurunan suku bunga. 

Trump bahkan sempat mengancam posisi Ketua The Fed Jerome Powell, dengan alasan biaya renovasi kantor pusat yang dianggap terlalu mahal, meski akhirnya menarik kembali ancaman tersebut.

Kebijakan Ekonomi Trump

Tak hanya soal suku bunga, kebijakan ekonomi Trump kembali mengundang kontroversi. Pada Kamis malam, Trump menandatangani perintah eksekutif untuk menaikkan tarif perdagangan secara besar-besaran. 

Pungutan baru ini akan mulai berlaku pada pukul 12:01 dini hari tanggal 7 Agustus. Uni Eropa, Jepang, dan Korea Selatan akan dikenai tarif sebesar 15%, sementara negara seperti Brasil dikenakan tarif hingga 50%. Tarif untuk Kanada juga dinaikkan menjadi 35% jika tidak mematuhi Perjanjian AS-Meksiko-Kanada.

Ketegangan Geopolitik

Di sisi lain, ketegangan geopolitik kembali meningkat setelah Rusia melakukan serangan drone mematikan di perbatasan Ukraina. Merespons hal ini, Trump berjanji akan menjatuhkan sanksi tambahan.

Washington bahkan mengancam akan mengenakan tarif hingga 100% kepada Tiongkok dan India jika mereka tetap membeli minyak dari Rusia, serta tarif 25% khusus untuk India atas hubungan dagangnya dengan Moskow.Kondisi global yang semakin tidak pasti ini memperkuat permintaan terhadap aset aman seperti emas.

Harga Emas Dunia

Sebelumnya, harga emas naik 2% pada Jumat, 1 Agustus 2025, dan mencapai level tertinggi dalam satu minggu. Kenaikan harga emas terjadi setelah data penggajian Amerika Serikat (AS) yang lebih lemah dari perkiraan mendorong harapan penurunan suku bunga bank sentral AS atau the Federal Reserve (the Fed) dan pengumuman tarif baru mendorong permintaan safe haven.

Mengutip CNBC, Sabtu (2/8/2025), harga emas spot mencapai level tertinggi sejak 25 Juli, naik 2,1% menjadi USD 3.359,77 per ounce. Harga emas batangan bertambah 0,4% selama sepekan. Harga emas berjangka AS ditutup naik 1,9% ke posisi USD 3.413,40.

“Angka penggajian di bawah harapan, tetapi sedikit lebih tinggi dari yang dicetak pasar. Jadi, ini memberikan kemungkinan yang lebih baik the Federal Reserve akan memangkas (suku bunga) pada akhir tahun,” ujar Head of Commodity Strategiest TD Securities, Bart Melek.

Adapun emas merupakan aset yang tidak memberikan imbal hasil, cenderung berkinerja baik dalam lingkungan suku bunga rendah.

Di sisi lain, pertumbuhan lapangan kerja AS melambat lebih dari yang diperkirakan pada Juli. Ini ditunjukkan dari jumlah lapangan kerja nonpertanian naik 73.000 bulan lalu, setelah naik 14.000 pada Juni. Demikian berdasarkan data Biro Statistik Tenaga Kerja Departemen Tenaga Kerja.

Selain itu, pelaku pasar kini mengantisipasi dua kali penurunan suku bunga hingga akhir tahun yang dimulai pada September.

Read Entire Article
Kaltim | Portal Aceh| | |