Liputan6.com, Jakarta - Wakil Menteri Investasi/Wakil Kepala BKPM Todotua Pasaribu menilai, tarif impor untuk Indonesia menjadi 19% dari 32% oleh Amerika Serikat (AS) menjadi bukti Indonesia sebagai negara mitra strategis AS.
“Ya artinya kalau mau berbicara begitu negara kita strategis. Artinya, Amerika sudah mau untuk menurunkan dari 32% ke 19%. Artinya Amerika pun sendiri sangat mempertimbangkan daripada keberadaan negara Indonesia,” ujar Todotua.
Tak hanya Indonesia, negara tetangga seperti Vietnam pun sukses memangkas tarif resiprokal, dari 46 persen menjadi 20-40 persen. "Kalau saya lihat secara strategik, di wilayah Asia Tenggara ini yang signifikan sangat turun," ujar dia.
Terkait rencana impor energi dari AS ke Indonesia senilai USD 15,5 miliar, Todotua menuturkan, hal itu masih dalam tahap pembicaraan.
"Masih pembicaraan mengenai itu (impor energi)," ujar Todotua di Jakarta, Rabu (16/7/2025). Adapun impor energi tersebut jadi salah satu strategi Indonesia untuk berunding dengan Amerika Serikat. Dengan menawarkan perjanjian impor minyak mentah dan LPG dari Negeri Paman Sam.
Diminta Lihat Dalam Konteks Lebih Luas
Terpisah, Research Director di Prasasti Center for Policy, Studies Gundy Cahyadi, mengingatkan bahwa penting bagi Indonesia untuk melihat dinamika soal tarif resiprokal ini dalam konteks yang lebih luas.
"Tarif ala Trump lebih merupakan panggung politik ketimbang kebijakan jangka panjang yang serius. Pasar keuangan global sudah cukup terbiasa dengan gaya berpolitik teatrikal ini," ujarnya.
Tak Tergantung ke Ekspor
Sebagai ilustrasi, Gundy mencatat setelah Liberation Day pada April 2025, volatilitas pasar global melonjak. Dengan indeks VIX menyentuh level tertingginya sejak pandemi. Namun pada Juli 2025, reaksi pasar cenderung mereda.
"Investor cenderung melihat ancaman tarif sebagai bagian dari pola lama: ancaman di depan layar, negosiasi di balik layar," ungkapnya.
Indonesia Tak Terlalu Bergantung pada Ekspor
Gundy menyoroti, perekonomian Indonesia tidak terlalu bergantung pada ekspor, bila dibandingkan dengan negara-negara tetangga di ASEAN.
"Ekspor ke AS hanya mencakup sekitar 10 persen dari total ekspor Indonesia. Dengan nilai ekspor tahun lalu sebesar USD 290 miliar. Skenario terburuk, jika akses pasar ke AS tertutup sepenuhnya, akan berdampak sekitar USD 29 miliar," bebernya.
"Angka ini signifikan, namun setara dengan hanya 2 persen dari total PDB Indonesia. Terasa, tapi tidak sampai mengguncang fondasi ekonomi," dia menegaskan.
Prabowo Ungkap Alotnya Negosiasi Tarif Impor dengan Trump
Sebelumnya, Presiden Prabowo Subianto mengungkap negosiasi soal tarif impor produk Indonesia ke Amerika Serikat (AS) dengan Presiden AS Donald Trump berlangsung alot. Namun, akhirnya Indonesia-AS menyepakati tarif impor dipatok 19 persen, turun dari awalnya 32 persen.
"Saya bicara dengan Presiden Donald Trump. Alhamdulillah juga, berunding dengan alot, akhirnya ada kesepakatan," kata Prabowo kepada wartawan di Pangkalan TNI AU Halim Perdanakusuma Jakarta Timur, Rabu (16/7/2025).
Dia menyampaikan, Indonesia dan AS sama-sama memahami kepentingan negara masing-masing dalam negosiasi tarif impor. Prabowo pun memuji Trump sebagai negosiator yang cukup keras.
"Sekarang kalau enggak salah tarifnya dari 32 diturunkan jadi 19. Saya tetap nego, saya katakan beliau ini seorang negosiator yang cukup keras juga," jelasnya.
Prabowo menekankan pemerintah sudah mengkalkulasi kesepakatan tarif impor dengan AS. Dia menuturkan hal terpenting yakni, kepentingan masyarakat dan pekerja tak kehilangan pekerjaannya.
"Semua sudah kita hitung, semua kita berunding. Kita juga memikirkan yang penting bagi saya adalah rakyat saya. Yang penting saya harus lindungi pekerja-pekerja kita," tutur Prabowo.
Kesepakatan
Sebelumnya, Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump pada Selasa, 15 Juli 2025 waktu setempat menyatakan telah mencapai kesepakatan perdagangan awal dengan Indonesia. AS akan mengenakan tarif 19% atas barang dari Indonesia.
"Kami tidak akan membayar tarif. Jadi, mereka memberi kami akses ke Indonesia yang tidak pernah kami miliki," ujar Trump seperti dikutip dari CNBC, Rabu (16/7/2025).
"Itu mungkin bagian terbesar dari kesepakatan ini. Dan bagian lainnya adalah mereka akan membayar 19%," ia menambahkan.
Diunggah Trump
Dalam unggahan berikutnya di Truth Social, Trump menuturkan, Indonesia telah berkomitmen membeli energi AS senilai USD 15 miliar, produk pertanian AS senilai USD 4,5 miliar dan 50 pesawat Boeing, banyak di antaranya adalah Boeing 777 sebagai bagian dari kesepakatan itu.