Dolar AS Tumbang dan Rupiah Bangkit, Ini Penyebabnya

1 month ago 36

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menunjukkan kekuatan yang signifikan pada awal perdagangan hari ini. Rupiah melesat naik berkat kabar buruk dari data ekonomi AS yang ternyata melemah.

Pada Senin (4/8/2025), rupiah pada pembukaan perdagangan di Jakarta menguat sebesar 104 poin atau 0,63 persen menjadi Rp 16.409 per dolar AS dari sebelumnya Rp 16.513 per dolar AS.

Analis mata uang Doo Financial Futures Lukman Leong memperkirakan kurs rupiah menguat seiring data pekerjaan Nonfarm Payrolls (NFP) Amerika Serikat (AS) sangat melemah.

"Rupiah diperkirakan akan menguat terhadap dolar AS yang melemah cukup tajam setelah data pekerjaan AS NFP yang sangat lemah memicu peningkatan pada prospek pemangkasan suku bunga oleh The Fed (Federal Reserve)," katanya dikutip dari Antara. 

NFP AS tercatat mencapai 73 ribu lapangan kerja pada bulan Juli 2025, jauh di bawah ekspektasi pasar yang sebesar 106 ribu.

Adapun penambahan lapangan kerja untuk bulan Juni direvisi turun sebesar 133 ribu dari 147 ribu.

Untuk tingkat pengangguran, naik tipis menjadi 4,2 persen pada bulan Juli dari 4,1 persen pada Juni, sesuai perkiraan.

Jumlah pengangguran sedikit berubah di angka 7,2 juta pada bulan Juli, sementara tingkat partisipasi angkatan kerja berada di angka 62,2 persen.

Harapan Pemangkasan Suku Bunga

Sementara itu, rasio lapangan kerja terhadap populasi stabil di angka 59,6 persen pada bulan Juli, dan jumlah orang yang bukan angkatan kerja tetapi saat ini menginginkan pekerjaan sedikit berubah yaitu 6,2 juta.

Terkait rata-rata pendapatan per jam untuk semua karyawan non-pertanian, naik 0,3 persen menjadi 36,44 per dolar AS pada bulan Juli dibandingkan dengan Juni, sementara secara tahunan naik 3,9 persen.

Menurut Lukman, data NFP AS yang melemahkan kurs dolar AS mendorong harapan pemangkasan suku bunga Fed sebanyak dua kali pada tahun ini sebesar 100 persen dengan total 50 basis points (bps).

Ekspektasi tiga kali pemangkasan suku bunga dengan total 75 bps juga meningkat dari 46,4 persen menjadi 48,1 persen.

Potensi Pemotongan

Potensi pemotongan tersebut diperkirakan terjadi pada September, Oktober, dan Desember.

"Pelemahan besar pada data tenaga kerja ini besar kemungkinan karena kekhawatiran investor akan tarif Trump yang akan berdampak sangat negatif pada perekonomian AS," ungkap Lukman.

Read Entire Article
Kaltim | Portal Aceh| | |