Liputan6.com, Jakarta - Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman mengusulkan penyerapan beras dari produksi lokal ditingkatkan jadi 4,5 juta ton tahun ini. Untuk itu, dia pun mengusulkan adanya perubahan aturan Instruksi Presiden (Inpres).
Adapun, saat ini Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 6 Tahun 2025 menetapkan Perum Bulog harus menyerap sebesar 3 juta ton untuk 2025 ini. Sedangkan, dalam 6 bulan pertama Bulog sudah membeli 2,7 juta ton beras petani lokal, artinya hanya tersisa kuota penyerapan 300 ribu ton lagi, sedangkan pada Agustus 2025 mendatang ditargetkan masuk puncak musim panen kedua.
"Target kita serapan beras tahun ini 3 juta ton, padahal posisi sudah hampir 2,7 (ton diserap Bulog) berarti tinggal 300 (ribu ton). Artinya apa? Satu bulan kedepan (dikhawatirkan) tidak ada pembelian beras lagi, padahal masuk panen kedua," kata Amran dalam Rapat Kerja dengan Komisi IV DPR RI, di Jakarta, Rabu (2/7/2025).
Untuk itu, dia mengusulkan adanya revisi Inpres Nomor 6 Tahun 2025. Usulannya menaikkan serapan beras Bulog menjadi 4,5 juta ton.
"Nah ini kami butuh dukungan mungkin apakah nanti masukan kesimpulan, kita harus ubah Inpres lagi untuk tambahan dalam Inpres kalau bisa empat koma, kalau usul kami 4,5 juta ton," ujarnya.
Dia menjelaskan, pada paruh pertama 2025 ini, Bulog sudah membeli sekitar 2,6 juta ton beras hasil panen lokal. Angka ini baru didapat dari puncak masa panen pertama 2025. Sedangkan, masih ada lagi musim panen yang tersisa sepanjang 2025 ini kedepannya.
Beras Stok Lama Bulog Berkutu?
Sebelumnya, Ketua Komisi IV DPR RI, Siti Hediati Haryadi atau Titiek Soeharto menyoroti kondisi stok lama beras Bulog mulai berkutu. Dia mewanti-wanti agar stok lama tersebut segera ditangani.
Hal tersebut diungkap Titiek dalam Rapat Kerja Komisi IV dengan Menteri Pertanian, Andi Amran Sulaiman. Dia meminta agar stok lama beras Bulog itu dilepas segera dan tidak diberikan kepada masyarakat karena kualitas yang kurang baik.
"Saya rasa tidak aman ya pak Menteri. Karena kalau beras itu sudah terlalu lama disimpan di gudang, itu kami lihat sendiri sudah ada kutunya, walaupun kutu bukan kutu hitam, kutu putih, tapi tetap aja itu bukan beras yang fresh gitu ya, kalau terlalu lama disimpan," ujar Titiek dalam Raker tersebut, Rabu (2/7/2025).
Mentan Amran Ambil Tindakan
Menanggapi pernyataan tersebut, Mentan Amran menegaskan telah melakukan penanganan. Dia pun memastikan beras dengan kondisi buruk tak akan diberikan kepada masyarakat.
"Mau impor, mau dalam negeri, yang penting rusak bu, enggak boleh dilepas keluar. Kita ketati sekarang.Kenapa? pernah terjadi bu, 2016-2017, beras yang keluar, maaf berkutu seperti ibu sampaikan. Jangan terulang itu bu. Kami waktu itu, Menteri di sini juga, itu jadi polemik," kata Amran.
"Jadi kami sangat hati-hati sekarang Bu, dengan pengalaman itu. Juga pada saat Ibu sampaikan dulu, 6 bulan lalu kalau tidak salah, 2024, kami langsung mempercepat fumigasi, yang masih bagus, tetapi yang kurang bagus, langsung dikeluarin bu. Itu kami sudah sepakat dengan Bulognya," sambung dia.
Ada 1,7 Juta Ton Sisa Beras 2024
Amran menjelaskan, ada stok sisa beras 1,7 juta ton dari perolehan sejak 2024 lalu. Namun, stok ini akan lebih dahulu dikeluarkan dari gudang seiring dengan sejumlah program penyalurannya.
Dia memastikan penyaluran dilakukan dengan memperhatikan kualitas beras masih baik untuk dikonsumsi masyarakat.
"Kami ikut monitor terus ini rencana kita bu ketua kita akan keluarkan 360 ribu ton, itu bansos ini kita prioritaskan yang lebih awal masuk (gudang). Kedua, kita akan keluarkan 1,2 juta ton berarti ini habis, hampir habis, karena (totalnya) 1,5 juta ton (sebagian disalurkan pada program) SPHP," bebernya.