Alasan Rojali-Rohana Memilih Beli Barang Online: Tergiur Promo-Gratis Ongkir

20 hours ago 7

Liputan6.com, Jakarta - Rombongan jarang beli (Rojali) menjadi fenomena yang kini tengah disorot. Salah satunya, imbas kemudahan dari belanja secara daring atau online.

Rojali ini merujuk pada orang yang cenderung tidak membeli barang ketika jalan-jalan ke mal, biasanya transaksi tidak dilakukan pada barang kategori fesyen. Alasannya, barang di toko online lebih murah dengan benefit tambahan lainnya.

Sara, salah seorang pengunjung mal di kawasan Jakarta Selatan mengaku kerap beli barang di pasar online. Diskon dan gratis ongkos kirim (ongkir) jadi alasan yang menggiurkan baginya.

"Dalam ekonomi seperti saat ini saya lebih cenderung melihat online, karena ketika membandingkan barang di mal, atau melihat secata offline itu biasanya perbedaan harganya cukup lumayan sehingga urung membeli barang secara offline," ucap Sara saat berbincang dengan Liputan6.com, Selasa (19/7/2025).

Seorang wanita pekerja ini pun mengatakan memilih belanja online karena kurang waktu untuk pergi ke mal. Alhasil, belanja kebutuhan atau barang yang diinginkan sering dilakukan lewat marketplace.

"Selain itu belanja online juga lebih murah. Kita kan seringnya juga dapat gratis ongkir, potongan harganya juga kadang dapat, bisa dapat cashback itu juga yang menjadi nilai tambah pembelian online," terangnya.

Tak Harus Keluar Rumah

Hal senada diungkapkan Maya. Dia menuturkan, kemudahan belanja online cukup menguntungkan. Sejumlah fitur yang dihadirkan membuatnya tak harus keluar rumah.

Memang diakuinya kualitas barang yang dibeli tidak serta-merta terjamin. Siasatnya, adalah membeli dari toko online yang telah terverifikasi atau memiliki nama besar.

"Tapi biasanya emang lebih tergiur beli online karena promonya lebih banyak. Apalagi skrg ada layanan ekspres jadi bisa dapat barang tanpa harus keluar rumah. Tapi beli juga ke toko official yang dia punya toko offline, biar lebih yakin aja sama produknya," tutur Maya, kepada Liputan6.com.

Perubahan Perilaku Belanja ke Mal

Diberitakan sebelumnya, Ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Yusuf Rendy Manilet menilai, fenomena Rojali dan Rohana mencerminkan perubahan perilaku konsumen yang cukup kompleks.

Menurut dia, perilaku ini terjadi sebagai akibat dari tiga faktor utama yang saling terkait. Pertama, jelas karena adanya penurunan daya beli. Ketika harga-harga naik, tapi pendapatan banyak orang stagnan.

"Ditambah lagi, beban cicilan dan kebutuhan pokok yang makin besar bikin orang lebih hati-hati saat belanja. Mereka datang ke mal, tapi lebih untuk jalan-jalan atau cuci mata daripada belanja sungguhan," kata Yusuf kepada Liputan6.com, Selasa (29/7/2025).

Berikutnya, lantaran ada pergeseran perilaku dari belanja offline ke belanja online. Yusuf tidak menampik jika platform e-commerce kini banyak menawarkan diskon, plus kemudahan berbelanja tanpa harus beranjak dari tempat tinggal. "Konsumen makin cerdas datang ke toko buat lihat-lihat dan tanya-tanya, lalu beli di e-commerce karena lebih murah atau ada promo. Ini yang melahirkan Rohana," ungkap dia.

Jadi Tempat Nongkrong

Kendati begitu, ia menilai pusat perbelanjaan atau mal belum kehilangan perannya sebagai tempat untuk didatangi. Meskipun, fungsinya kini lebih dijadikan sebagai tempat berkumpul atau nongkrong dengan kawan, ketimbang berbelanja.

"Ketiga, mal sekarang lebih jadi tempat rekreasi sosial daripada tempat belanja. Dengan minimnya ruang publik yang nyaman, mal jadi tempat nongkrong, foto-foto, atau sekadar ngadem," sebutnya.

"Jadi wajar kalau banyak pengunjung datang bergerombol, tapi enggak beli apa-apa," ujar Yusuf.

Read Entire Article
Kaltim | Portal Aceh| | |