Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak merosot 2% pada perdagangan Jumat, 20 Juni 2025. Koreksi harga minyak terjadi setelah Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menunda membantu Israel menghancurkan program nuklir anggota OPEC Iran.
Mengutip CNBC, Sabtu (21/6/2025), harga minyak Brent turun USD 1,84 atau 2,33% dan ditutup ke posisi USD 77,01 per barel. Harga minyak mentah AS susut USD 1,30 atau 1,73% dan ditutup ke posisi USD 73,84 per barel.
Pada Kamis pekan ini, Donald Trump menuturkan, pihaknya akan membuat keputusan menyerang Iran dalam dua minggu ke depan. Namun, ia memberikan ruang bagi negosiasi potensial untuk dilakukan mengenai program nuklir Iran itu.
"Berdasarkan fakta ada peluang besar negosiasi yang mungkin atau mungkin tidak terjadi dengan Iran dalam waktu dekat, saya akan membuat keputusan apakah akan melakukannya atau tidak dalam dua minggu ke depan," ujar Trump dalam sebuah pernyataan yang dibacakan oleh Sekretaris Pers Gedung Putih Karoline Leavitt.
Trump meski menahan diri, Israel meningkatkan serangannya terhadap Iran setelah delapan hari konflik. Perdana Menteri Benjamin Netanyahu telah memerintahkan militer Israel untuk mengintensifkan serangannya terhadap target-target strategis dan pemerintah di Iran. Menteri Pertahanan Israel Katz mengatakan hal itu setelah rudal Iran menghantam sebuah rumah sakit besar di Israel Selatan.
Harga Minyak Naik 3%
Sebelumnya, harga minyak naik sekitar 3% pada hari Kamis (Jumat waktu Jakarta), setelah Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu memerintahkan militer Israel untuk mengintensifkan serangan terhadap Iran dan investor memperhatikan tanda-tanda apakah AS akan meningkatkan keterlibatan dalam konflik tersebut.
Dikutip dari CNBC, Jumat (20/6/2025), patokan harga minyak global, Brent, naik USD 2,15 atau 2,8% dan ditutup pada USD 78,85 per barel, penutupan tertinggi sejak 22 Januari. Sedangkan harga minyak mentah AS naik 3,2% ke level tertinggi sesi USD 77,58 per barel pada satu titik.
Netanyahu memerintahkan militer Israel untuk mengintensifkan serangan terhadap target strategis di Iran dan target pemerintah di ibu kota negara itu, Teheran, kata Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, dalam sebuah posting media sosial.
"(Tujuan dari serangan itu adalah untuk) melemahkan rezim ayatollah,” kata Katz.
Keputusan Israel untuk meningkatkan operasi militernya terhadap Republik Islam itu muncul setelah rudal Iran dilaporkan menghantam sebuah rumah sakit besar di kota Beersheba di selatan. Katz mengancam pemimpin Iran Ayatollah Ali Khamenei menyusul serangan terhadap rumah sakit itu.
Campur Tangan AS
Katz mengatakan militer Israel telah diberi instruksi dan tahu bahwa untuk mencapai semua tujuannya, orang ini sama sekali tidak boleh terus ada, mengacu pada Khamenei.
Presiden Donald Trump masih mempertimbangkan apakah akan memerintahkan serangan AS terhadap program nuklir Iran. “Saya mungkin melakukannya, saya mungkin tidak melakukannya, maksud saya tidak seorang pun tahu apa yang akan saya lakukan,” kata Trump.
Gedung Putih mengatakan pada hari Kamis bahwa presiden akan memutuskan dalam waktu dua minggu apakah akan menyerang Iran.
JPMorgan memperingatkan pada hari Rabu bahwa perubahan rezim di negara penghasil minyak utama seperti Iran dapat berdampak besar pada harga minyak global. Iran adalah salah satu produsen utama di OPEC.
“Jika sejarah dapat dijadikan acuan, ketidakstabilan lebih lanjut di Iran dapat menyebabkan harga minyak naik secara signifikan dalam jangka waktu yang panjang,” kata Natasha Kaneva, kepala penelitian komoditas global di JPMorgan..
"(Hilangnya pasokan akibat perubahan rezim) menjadi tantangan untuk segera pulih, yang selanjutnya mendukung kenaikan harga,” kata Kaneva.