CEO Arta Finance: Kekuatan Super Pengusaha Adalah Tetap Membumi

5 hours ago 6

Liputan6.com, Jakarta- Membangun startup adalah perjalanan penuh naik-turun. Menurut Caesar Sengupta, salah satu pendiri sekaligus CEO Arta Finance, “kekuatan super” terbesar yang bisa dimiliki oleh seorang pengusaha adalah kemampuan untuk tetap membumi.

“Dunia ini penuh dengan kebisingan,” ujar Sengupta kepada CNBC Make It, dikutip Senin (14/7/2025).

“Menjadi pengusaha bisa sangat tidak stabil, dan para pendiri akan ditarik ke berbagai arah. Kemampuan untuk menyaring apa yang penting dari semua gangguan itu adalah kuncinya.”

Bagi para pendiri startup, tantangan datang dari berbagai arah — tekanan dari investor, pelanggan, tim, hingga persaingan pasar. Di tengah kondisi tersebut, menurut Sengupta, penting bagi pengusaha untuk tahu mana yang harus diprioritaskan dan mana yang bisa diabaikan.

Salah satu strategi utama untuk menjaga fokus, lanjutnya, adalah meditasi.

“Saya berharap tiga tahun lalu ada seseorang yang menasihati saya: ‘Bro, semua hal lain akan baik-baik saja. Duduklah dan bermeditasilah. Tahu kapan harus menyingkir dari keramaian’,” ujarnya.

Sengupta mengaku menyesal karena tidak memulai meditasi lebih awal. Ia menekankan pentingnya memiliki kesadaran untuk berhenti sejenak dan menjauh dari tekanan, agar bisa kembali dengan lebih jernih dan kuat.

Berawal dari Google, Lahirkan Arta Finance

Sebelum mendirikan Arta Finance pada 2021, pria berusia 49 tahun ini menghabiskan lebih dari 15 tahun di Google, memimpin berbagai proyek strategis seperti Google Pay dan program “Next Billion Users” — inisiatif besar untuk menjangkau pasar negara berkembang.

Di perusahaan teknologi raksasa itu pula, Sengupta membangun jaringan yang kelak sangat membantunya, termasuk pertemuan dengan CEO Google Sundar Pichai, yang menjadi salah satu investor awal Arta Finance.

Kini, Arta Finance — sebuah startup fintech yang menggunakan teknologi untuk mengelola kekayaan — telah berhasil mengumpulkan lebih dari 92 juta dolar AS dari investor besar seperti Sequoia Capital India dan Ribbit Capital.

Kesuksesan ini menjadi bukti bahwa fokus, ketenangan, dan kekuatan relasi adalah kombinasi yang mampu membawa startup melewati berbagai tantangan.

Strategi Terbaik bagi Pengusaha

"Ada perubahan besar yang kamu rasakan saat berpindah dari bekerja di perusahaan besar ke membangun startup," kata Sengupta.

Perpindahan dari dunia kerja di perusahaan besar ke dunia startup adalah perubahan besar, baik dari segi budaya kerja, tanggung jawab, maupun tekanan yang dirasakan. Bukan hanya beresiko kehilangan keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi, tapi “resiko” juga memiliki makna yang benar-benar baru. Di startup, resiko yang dihadapi jauh lebih tinggi dan lebih tidak pasti dibandingkan perusahaan besar.

"Di perusahaan besar, risiko lebih terkendali. Tapi di startup, kamu jauh lebih rentan," kata Sengupta.

Perusahaan besar punya sistem, dana, dan struktur untuk menghadapi masalah. Sebaliknya, startup lebih rentan, kesalahan kecil dapat berdampak besar. Perubahan karier ini penuh risiko, apalagi jika dilakukan saat usia sudah tidak muda lagi, karena tanggung jawab dan taruhannya juga lebih besar. Akan ada hari-hari, di mana perasaan emosional itu datang, terkadang penuh rasa percaya diri, tetapi terkadang penuh keraguan dan kecemasan.

 "Tapi justru itu yang saya sukai," tambahnya.

Meski penuh tantangan dan ketidakpastian, Sengupta menikmati dinamika dan petualangan membangun sesuatu dari nol.

“Selain itu, dalam lingkungan kerja startup, sangat mudah untuk terlalu tenggelam (terseret sepenuhnya) dalam pekerjaan, hingga merugikan diri sendiri, keluarga, kesehatan fisik, dan kesehatan mental,” kata Sengupta.

Menjaga Keseimbangan Diri

Di dunia startup, tekanan dan tuntutan kerja bisa sangat intens. Seseorang bisa terlalu fokus bekerja hingga melupakan hal-hal penting lainnya dalam hidup.

“Tapi pada akhirnya, ini soal bagaimana kamu menghadapi pasang surutnya kehidupan,” tambahnya.

Karena tekanan yang besar ini dapat membahayakan kesehatan, maka penting untuk menjaga keseimbangan diri. Setiap hari, Sengupta mencoba menyisihkan lima sampai sepuluh menit di malam hari untuk duduk sendirian dan bermeditasi. Bagi dia, olahraga bukan hanya aktivitas fisik, tapi juga momen untuk menenangkan pikiran.

“Saya sadar bahwa bersepeda, bagi saya, bukan hanya olahraga fisik, tapi juga salah satu momen di mana tidak ada yang bisa menghubungi saya. Jadi, memaksa diri untuk bersepeda selama satu atau dua jam membuat saya bisa bermeditasi,” katanya.

Read Entire Article
Kaltim | Portal Aceh| | |