Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak stabil pada perdagangan hari Jumat tetapi jika dihitung dalam sepekan ini harga minyak mengalami penurunan. Pelemahan harga minyak pada pekan ini menghentikan kenaikan dalam empat minggu berturut-turut.
Harga minyak turun pada pekan ini setelah Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengumumkan rencana besar untuk meningkatkan produksi dalam negeri sambil menuntut OPEC untuk menurunkan harga minyak mentah.
Mengutip CNBC, Sabtu (25/1/2025), harga minyak mentah Brent berjangka naik 21 sen atau 0,27% ditutup pada USD 78,50 per barel. Sedangkan harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS naik 4 sen atau 0,05% dan ditutup pada USD 74,66 per barel.
Harga minyak Brent telah kehilangan 2,83% sepanjang minggu ini dan harga minyak WTI turun 4,13%.
Donald Trump pada hari Jumat menegaskan kembali seruannya kepada Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) untuk memangkas harga minyak guna merugikan keuangan Rusia yang kaya minyak dan membantu mengakhiri perang di Ukraina.
"Salah satu cara untuk menghentikannya dengan cepat adalah dengan meminta OPEC berhenti menghasilkan begitu banyak uang dan menurunkan harga minyak. Perang itu akan segera berhenti," kata Trump saat ia mendarat di North Carolina untuk melihat kerusakan akibat badai.
Analis StoneX Alex Hodes dalam sebuah catatan pada hari Jumat menuliskan bahwa ancaman sanksi keras AS terhadap Rusia dan Iran, yang merupakan produsen minyak utama, dapat merusak tujuan Trump untuk menurunkan biaya energi.
"Trump mengetahui hal ini dan telah menekan OPEC untuk menutupi kekosongan yang akan ditimbulkannya," kata Hodes.
Pada hari Kamis, Trump mengatakan kepada Forum Ekonomi Dunia bahwa ia akan menuntut OPEC dan pemimpin de facto-nya, Arab Saudi, untuk menurunkan harga minyak mentah.
OPEC+, yang di dalamnya ada Rusia, belum bereaks., Delegasi dari kelompok tersebut memastikan bahwa kesepakatan yang ada saat ini adalah untuk mulai meningkatkan produksi minyak mulai April 2025.
"Saya tidak benar-benar berharap OPEC akan mengubah kebijakan kecuali ada perubahan fundamental," kata analis komoditas UBS Giovanni Staunovo.
"Pasar akan relatif tenang sampai kita mendapatkan kejelasan lebih lanjut tentang kebijakan sanksi dan tarif."