Mebel dan Kerajinan Indonesia Masih Berpeluang Jadi Produk Unggulan, Ini Modalnya

3 weeks ago 22

Liputan6.com, Jakarta Industri mebel dan kerajinan dinilai masih memiliki potensi besar sebagai sektor unggulan Indonesia di masa depan. Potensi ini didukung oleh ketersediaan bahan baku yang melimpah, sumber daya manusia yang kompeten, serta pasar yang terus berkembang, baik di dalam maupun luar negeri.

Berdasarkan data Expert Market Research, nilai pasar furnitur global pada 2024 tercatat sebesar USD 660 miliar dan diproyeksikan tumbuh 4,9% per tahun dalam periode 2025–2034.

Ketua Umum HIMKI, Abdul Sobur mengatakan jika Industri mebel dan kerajinan adalah salah satu sektor prioritas yang menghasilkan produk bernilai tambah tinggi dan berdaya saing global.

"Industri ini juga menjadi penggerak ekonomi melalui penciptaan lapangan kerja serta kontribusi terhadap devisa negara. Apalagi, kita memiliki bahan baku yang cukup beragam, mulai dari kayu, rotan, bambu, hingga serat alam lainnya,” ujar dia, Dalam sambutannya pada Rakernas HIMKI 2025 di Jakarta.

Menurutnya, daya saing industri furnitur dan kerajinan Indonesia di pasar global terletak pada keberlanjutan bahan baku alami, desain khas yang berciri lokal, serta tenaga kerja yang terampil.

Meski kondisi perekonomian dunia belum sepenuhnya pulih akibat dinamika geopolitik, permintaan terhadap produk mebel dan kerajinan tetap tumbuh. Saat ini, China masih menjadi eksportir utama mebel dunia, disusul Vietnam.

“Ekspor produk mebel dan kerajinan nasional memang mengalami perlambatan, tetapi kami optimis pertumbuhannya akan kembali meningkat. Salah satu upaya yang kami lakukan adalah melalui pameran IFEX pada Maret 2025, yang kami harapkan dapat membantu menahan penurunan ekspor pada kuartal berikutnya,” kata Sobur.

Ia menambahkan bahwa peluang pasar global tetap terbuka, terutama dengan meningkatnya pembangunan di berbagai negara yang mendorong permintaan furnitur dan kerajinan. AS dan Eropa masih menjadi pasar utama, tetapi permintaan dari kawasan tersebut cenderung menurun akibat inflasi yang tinggi.

Oleh karena itu, industri perlu mengoptimalkan peluang di pasar baru seperti Timur Tengah, India, dan Asia. “Kami optimis industri furnitur nasional akan terus tumbuh, dengan target ekspor mencapai USD 6 miliar pada tahun 2030,” tegasnya.

Read Entire Article
Kaltim | Portal Aceh| | |