AI dan Keaslian Ubah Arah Pemasaran Influencer

Liputan6.com, Jakarta - Pemasaran influencer terus mengalami transformasi besar seiring perkembangan teknologi digital. kini influencer telah menjadi bagian penting dari strategi pemasaran banyak merek, baik skala global maupun lokal.

Nilai industri pemasaran influencer pun terus meningkat. Pada 2022, nilainya diperkirakan mencapai USD 16,4 miliar atau Rp 273,74 triliun (asumsi kurs dolar AS terhadap rupiah di kisaran 16.690) dan melonjak menjadi USD 21,1 miliar atau Rp 352,19 triliun  pada 2023.

Lonjakan ini tak lepas dari perubahan perilaku konsumen, terutama sejak pandemi COVID 19.Saat masyarakat lebih banyak beraktivitas di rumah, media sosial menjadi pusat hiburan sekaligus referensi belanja. Siaran langsung di TikTok, Instagram, hingga YouTube perlahan menggantikan pengalaman belanja konvensional dan menciptakan cara baru bagi konsumen untuk berinteraksi langsung dengan kreator.

Konten Otentik Jadi Kunci Kepercayaan Audiens

Di tengah banjir konten yang serba dipoles, audiens kini justru lebih menyukai konten yang terasa nyata dan relevan. Keaslian menjadi faktor pembeda utama antara kampanye influencer yang sukses dan yang diabaikan.

Fenomena yang dikenal sebagai unfluencing muncul ketika kreator dinilai tidak jujur atau salah merepresentasikan diri maupun merek. Contohnya, influencer yang mengaku hadir di sebuah festival musik terkenal. Mereka mengajak pengikutnya untuk menonton proses persiapan mereka di Reels, padahal kontennya direkayasa dari rumah. Ketika kebohongan terungkap, kepercayaan audiens runtuh dan tingkat interaksi pun merosot tajam.

Kondisi ini membuat merek harus lebih selektif dalam memilih kreator. Konsumen cenderung mempercayai suara yang konsisten, jujur, dan terasa dekat. Karena itu, memberi kebebasan kreatif kepada influencer justru dinilai lebih efektif dibandingkan mengatur konten secara berlebihan.

Aplikasi pemesanan anggur Vivino menjadi contoh merek yang berhasil memanfaatkan keaslian influencer. Perusahaan ini menggandeng kreator dari berbagai latar belakang mulai dari koki, orang tua, hingga pakar anggur untuk menunjukkan bahwa memilih anggur bisa menjadi pengalaman yang mudah dan menyenangkan.

Hasilnya, kampanye tersebut mencatat lebih dari 1,36 juta tayangan, 50 ribu interaksi, serta lebih dari 11 ribu klik. Konten yang ditampilkan terlihat santai, natural, dan mudah dipahami audiens.

Otomatisasi Permudah Pengelolaan Kampanye

Seiring berkembangnya industri, teknologi otomatisasi memainkan peran penting dalam pemasaran influencer. Platform manajemen kemitraan kini memungkinkan pemasar mengelola seluruh siklus kampanye mulai dari pencarian kreator, kontrak, pembayaran, hingga pelacakan kinerja dalam satu sistem terintegrasi.

Otomatisasi membantu pemasar menghemat waktu, mengurangi risiko pembayaran ganda, serta mengoptimalkan pengambilan keputusan berbasis data. Semua metrik, mulai dari keterlibatan hingga konversi, dapat dipantau secara real time.

Kecerdasan buatan (AI) juga semakin banyak digunakan dalam pemasaran influencer. AI dapat membantu menemukan kreator yang sesuai dengan nilai merek, mendeteksi kecurangan, menganalisis audiens, hingga menentukan skema insentif yang tepat.

Namun demikian, AI dinilai belum mampu menggantikan koneksi emosional antara kreator dan audiens. Kreativitas, empati, dan kepercayaan masih menjadi kekuatan utama manusia dalam membangun pengaruh.

Kemitraan Jangka Panjang Lebih Efektif

Tren lain yang menguat adalah pergeseran dari kolaborasi jangka pendek ke kemitraan jangka panjang. Kolaborasi berkelanjutan memungkinkan kreator memperkenalkan merek secara lebih organik dan konsisten.Ketika audiens melihat kreator yang sama membahas suatu merek berulang kali, muncul persepsi bahwa produk tersebut benar-benar digunakan dan dipercaya.

Strategi ini terbukti mampu meningkatkan daya ingat merek sekaligus konversi.

Peluang Besar bagi Merek B2B

Tak hanya merek konsumen, perusahaan B2B juga mulai melirik pemasaran influencer. Dengan menggandeng kreator yang kredibel di bidangnya, merek B2B dapat membangun kepercayaan, menjangkau audiens baru, dan memperkuat reputasi.

Influencer B2B biasanya memiliki komunitas yang loyal dan relevan secara profesional, sehingga rekomendasi yang diberikan dinilai lebih meyakinkan.