71 Miliarder di Bawah 40 Tahun, Separuh Kekayaan Datang dari AI

Liputan6.com, Jakarta - Sktruktur kekayaan global kembali berubah. Di tengah ledakan kecerdasan buatan (AI) jumlah miliarder berusia 39 tahun atau lebih muda yang membangun kekayaannya sendiri melonjak tajam dan menyamai rekor tertinggi sepanjang sejarah.

Data terbaru Forbes per Desember 2025 mencatat ada 71 miliarder di bawah usia 40 tahun, jumlah yang terakhir kali terlihat pada 2021 pascapandemi.

Dikutip dari Forbes, Selasa (30/12/2025), fenomena ini menandai kebangkitan generasi pengusaha muda yang sebagian besar berasal dari sektor teknologi, khususnya AI, perangkat lunak, fintech, hingga kripto. Dari total tersebut, Forbes merangkum 40 miliarder muda terkaya yang sukses membangun bisnis dari nol, tanpa warisan keluarga.

Sejarah mencatat, tonggak penting generasi miliarder muda dimulai pada 2008 ketika Mark Zuckerberg menjadi miliarder termuda di usia 23 tahun. Enam tahun kemudian, pendiri Facebook (kini Meta) itu juga menjadi miliarder mandiri terkaya di bawah 40 tahun, mengalahkan Larry Page dan Sergey Brin dari Google.

Zuckerberg mempertahankan posisinya selama lebih dari satu dekade, sebelum genap berusia 40 tahun pada Mei 2024.

Setelah era Zuckerberg, pada peringkat terbaru, gelar miliarder mandiri terkaya di bawah 40 tahun kini dipegang Edwin Chen 38 tahun, pendiri perusahaan data AI Surge AI, dengan kekayaan diperkirakan mencapai USD 18 miliar.

Chen menjadi simbol kuat bagaimana AI kini menjadi mesin pencetak kekayaan baru, menggantikan media sosial dan e commerce yang mendominasi satu dekade lalu.

Menariknya, sejak Forbes merilis Daftar Miliarder Dunia 2025 pada Maret, muncul 27 miliarder mandiri baru di bawah usia 40 tahun. Hampir setengah dari mereka memperoleh kekayaan dari bisnis berbasis AI, mulai dari pelabelan data, pengembangan model, hingga perangkat lunak perekrutan berbasis kecerdasan buatan.

Meski jumlahnya kembali menyentuh rekor, total kekayaan para miliarder muda saat ini masih tertinggal dibanding generasi 2021. Gabungan kekayaan 71 miliarder mandiri di bawah 40 tahun per 2025 mencapai sekitar USD 218 miliar, jauh di bawah total USD 444 miliar pada 2021. Saat itu, kekayaan Zuckerberg saja hampir menembus USD 100 miliar.

Selain Chen, daftar 10 besar juga diisi nama-nama yang sudah akrab di dunia teknologi global. Wang Ning (38) dari Tiongkok, pendiri Pop Mart, berada di posisi kedua dengan kekayaan sekitar USD 15,7 miliar berkat fenomena global mainan blind box.

Di bawahnya, duo bersaudara asal Irlandia Patrick Collison (37) dan John Collison (35), pendiri Stripe, masing-masing mengantongi kekayaan USD 10,1 miliar dari bisnis perangkat lunak pembayaran.

Sektor kripto juga masih menyumbang miliarder muda, salah satunya Justin Sun (35) dengan kekayaan USD 8,5 miliar lewat ekosistem blockchain Tron. Dari Australia, pasangan pendiri Canva Melanie Perkins (38) dan Cliff Obrecht (39) masing-masing memiliki kekayaan USD 7,6 miliar, memperlihatkan bagaimana perangkat lunak desain menjadi bisnis global bernilai tinggi.

Secara geografis, Amerika Serikat masih mendominasi dengan 32 miliarder muda, disusul Tiongkok (8 orang), India (6), Australia, Swedia, dan Kanada. Dari sisi gender, delapan perempuan berhasil masuk dalam kelompok elite ini, jumlah yang masih kecil namun menunjukkan tren peningkatan partisipasi perempuan di sektor teknologi dan startup.

Menariknya, tidak semua miliarder muda berada di puncak daftar 40 besar. Beberapa nama populer justru tersingkir karena nilai kekayaannya kalah tipis.

Penyanyi dunia Taylor Swift (36) dan Rihanna (37), misalnya, tidak masuk daftar 40 besar karena kekayaan mereka berada di bawah ambang USD 1,8 miliar. Sebaliknya, miliarder termuda justru datang dari dunia AI, seperti tiga pendiri startup Mercor yang baru berusia 22 tahun.

Namun, sejarah juga mengajarkan bahwa kekayaan besar di usia muda tidak selalu menjamin keberlanjutan. Forbes mencatat, tidak semua miliarder muda akan mengikuti jejak panjang Mark Zuckerberg, Michael Dell, atau Sergey Brin. Beberapa justru tumbang akibat masalah tata kelola, etika, hingga hukum, seperti kasus Sam Bankman Fried dari FTX.

Satu hal yang pasti, booming AI telah mengubah ekonomi global. Generasi baru miliarder tidak lagi menunggu puluhan tahun untuk membangun kerajaan bisnis. Dengan teknologi, akses modal, dan skala global, kekayaan bisa tercipta dalam hitungan tahun bahkan sebelum usia 30.

Ke depan, publik dunia bisnis akan menyaksikan siapa yang mampu bertahan, berkembang, dan membangun nilai jangka panjang, serta siapa yang hanya menjadi bintang sesaat di era emas kecerdasan buatan.