Liputan6.com, Jakarta - Beberapa hari setelah ekonom senior dari Goldman Sachs merilis riset yang menyatakan kenaikan harga akibat tarif yang lebih tinggi kemungkinan besar akan segera sepenuhnya ditanggung oleh konsumen, Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mendesak CEO bank tersebut, David Solomon, untuk mencari ekonom baru.
"Tarif tidak menyebabkan inflasi, atau masalah lain bagi Amerika, selain membawa jumlah uang tunai yang sangat besar ke kas Departemen Keuangan kami. David Solomon dan Goldman Sachs menolak memberikan kredit di mana seharusnya diberikan,” tulis Donald Trump di Truth Social pada Selasa, dilansir dari CNBC (13/8/2025).
Solomon sebelumnya kerap tampil di berbagai acara bergengsi. Namun, karena mendapat tekanan dari dewan direksi bank, ia menghentikan pekerjaan sampingan sebagai DJ dua tahun lalu.
"Saya pikir David sebaiknya mencari ekonom baru, atau mungkin dia lebih baik fokus menjadi DJ saja, dan tidak repot-repot mengurus lembaga keuangan besar," Trump menambahkan.
Laporan yang dirilis ekonom Goldman Sachs pada akhir pekan memperkirakan hingga Juni, masyarakat Amerika Serikat telah menanggung 22% biaya tarif, dan angka ini diperkirakan meningkat menjadi 67 % pada Oktober jika tarif “mengikuti pola yang sama seperti tarif awal.” Meski begitu, Trump tidak secara langsung menyinggung laporan tersebut dalam unggahannya.
Goldman Sachs menolak memberikan komentar terkait pernyataan presiden.
Konsumen Bakal Hadapi Lonjakan Tarif
Kepala ekonom bank tersebut, Jan Hatzius, merupakan salah satu ekonom paling berpengaruh, baik di Washington, di mana ia pernah bertemu mantan Presiden Joe Biden dan Ketua Federal Reserve Jerome Powell, maupun di Wall Street.
Hatzius, salah satu penulis laporan yang memprediksi porsi biaya tarif yang akan ditanggung konsumen, sempat menjadi pengecualian di kalangan ekonom pada 2023 karena berhasil memprediksi bahwa ekonomi AS tidak akan mengalami resesi.
Dalam isu tarif, prediksi tim Hatzius sejalan dengan sejumlah lembaga keuangan terkemuka lainnya yang memperingatkan konsumen akan menghadapi lonjakan harga akibat tarif. Namun, hal itu belum terbukti sejauh ini, meskipun Trump telah memberlakukan serangkaian tarif lebih tinggi dalam beberapa bulan terakhir.
Data inflasi terbaru yang dirilis Selasa menunjukkan harga konsumen naik 0,2 persen pada Juli, sehingga tingkat inflasi tahunan tetap berada di angka 2,7 persen, berdasarkan Indeks Harga Konsumen (CPI) terbaru.
Pangkas Peluang Resesi
Sebelumnya, Goldman Sachs memangkas prediksi resesi untuk Amerika Serikat (AS) menjadi 35% dari 45%. Hal itu membuat Goldman Sachs menjadi lembaga besar pertama yang melakukannya setelah jeda tarif Amerika Serikat (AS) dan China meningkatkan harapan akan ada pelonggaran dalam perang dagang global.
Mengutip Yahoo Finance, Selasa (13/5/2025), Amerika Serikat (AS) dan China sepakat untuk mengurangi tarif impor masing-masing selama 90 hari pada Senin, 12 Mei 2025. AS menurunkan tarif atas barang-barang China menjadi 30% dari 145% dan China memangkas bea masuk atas impor AS menjadi 10% dari 125%.
Perusahaan pialang global telah meningkatkan peluang terhadap resesi AS dan global bulan lalu. Hal ini karena kekhawatiran tarif mengancam akan melemahkan kepercayaan bisnis dan memperlambat pertumbuhan.
Goldman Sachs juga menaikkan perkiraan pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) AS pada 2025 sebesar 0,5 poin persentase menjadi 1%.
Dengan prospek pertumbuhan yang berpotensi membaik, Goldman sekarang memprediksi total tiga kali pemangkasan suku bunga dari the Federal Reserve (the Fed) atau bank sentral AS pada 2025 dan 2026. Mereka memperkirakan satu pemangkasan pada Desember, dan bukan Juli. Sisanya pada Maret dan Juni tahun depan.
Goldman sebelumnya telah memprediksi tiga kali pemangkasan suku bunga pada 2025.
“Alasan pemotongan suku bunga bergeser dari asuransi ke normalisasi karena pertumbuhan tetap agak lebih kuat, tingkat pengangguran meningkat agak lebih rendah, dan urgensi untuk dukungan kebijakan berkurang,” kata Goldman.
Goldman Sachs juga menaikkan target akhir tahun untuk indeks S&P 500 menjadi 6.100 dari 5.900. Hal ini lantaran tarif yang lebih rendah dan risiko resesi. Pada Senin, 12 Mei 2025, indeks S&P 500 ditutup ke posisi 5.844,19.
Sementara itu, Citigroup mendorong harapannya untuk pemangkasan suku bunga the Fed menjadi Juli dari Juni 2025.