Liputan6.com, Jakarta Mental block secara sederhana merupakan kondisi di mana otak menolak untuk memproses pikiran atau ingatan tertentu. Hal itu mengakibatkan kesulitan dalam berpikir, mengingat, atau berkonsentrasi. Kondisi ini dapat menekan kreativitas, motivasi, dan produktivitas seseorang.
Melansir berbagai sumber, beberapa faktor yang dapat menyebabkan mental block meliputi faktor psikologis seperti kecemasan, kelelahan mental, stres, kurangnya motivasi, trauma masa lalu.
Lalu faktor kognitif, seperti kebuntuan dalam berpikir kreatif, pola pikir negatif, kesulitan memecahkan masalah, perfeksionisme, kurangnya kepercayaan diri, hingga ketidakmampuan untuk membuat keputusan. Tak kalah penting, faktor fisik juga bisa menyebabkan mental blocking, di mana seseorang merasakan kelelahan, kurang tidur, dan nutrisi yang buruk.
Seorang pelaku dunia kreatif dengan nama panggung The Parkodi, mengamini bahwa mental blocking cukup mengganggu produktivitasnya dalam berkarya.
The Parkodi merupakan seorang desainer grafis purna waktu di salah satu media daring di Jakarta. Dia juga merangkap disc jockey (DJ) paruh waktu dan seorang seniman.
"Kehabisan ide, tentu saja kerap terjadi!" kata Parkodi sambil Terkekeh. "Rasanya ingin meledak. Sedikit pusing dan rungsing. Tapi sebagai tukang sambat profesional, saya tetap akan menyelesaikan pekerjaan saya walau sambil ngedumel karena mentok ide," imbuhnya, Sabtu (21/12/2024).
Perbedaan Signifikan
Menurut Parkodi, terdapat perbedaan signifikan antara karya yang dia hasilkan sebagai profesional dan sebagai proyek pribadi. Dalam hal desain grafis dan kesenian untuk konteks proyek pribadi, Parkodi mengaku lebih mementingkan ego, innerchild dan insting. "Berbanding terbalik dengan pekerjaan profesional," sambung Parkodi.
Meski begitu, keduanya baik dalam ranah profesional maupun proyek pribadi, fase mental block pasti ada. Solusi instan untuk mengatasi kebuntuan itu, Parkodi memilih untuk istirahat sejenak sambil mendengarkan musik. Kadang dia bersih-bersih atau membereskan perabotan di rumahnya untuk mengatasi kejenuhan.
Di sisi lain, Parkodi sadar tak banyak waktu yang bisa dimanfaatkan untuk rehat untuk menyambut ide paling cemerlang, khususnya yang berkaitan dengan profesional atau pekerjaan.
"So, take some gasoline, and may the bridges we burn light the way!" seru Parkodi.