Liputan6.com, Jakarta - Presiden Prabowo Subianto bertekad untuk melanjutkan program hilirisasi yang diinisiasi oleh kepala negara sebelumnya, Joko Widodo (Jokowi). Ia memasang target, minimal ada sebanyak 15 proyek hilirisasi dengan nilai mencapai miliaran dolar Amerika Serikat.
"Program yang dicanangkan pak Jokowi, hilirisasi, kita akan teruskan, kita akan wujudkan. Kita akan mulai tahun ini. Tahun ini minimal 15 proyek, mega proyek yang (nilainya) miliar-miliar dolar," ujar Prabowo dalam HUT Ke-17 Partai Gerindra, Sabtu (15/2/2025).
Prabowo mengatakan, Pemerintah RI membuka tangan kepada siapa saja yang berminat terlibat dalam program hilirisasi. Namun, ia menegaskan, seluruh proyek hilirisasi akan dimulai tanpa pemerintah perlu mengemis pemasukan investasi dari pihak asing.
"Kita mulai tanpa kita minta-minta investasi dari luar negeri. Kita akan wujudkan cita-cita Bung Karno, berdiri di atas kaki kita sendiri. Kita tidak akan minta-minta," tegas Prabowo.
"Ada yang datang dari luar, kita bilang, silakan. Anda mau masuk ke Indonesia, kami terbuka. Tapi kita tidak akan mengemis. Kita akan bangkit dengan kekuatan kita sendiri," seru dia.
Adapun target itu sebenarnya lebih sedikit dari proyek hilirisasi yang disiapkan. Pemerintah melalui Satgas Hilirisasi dan Ketahanan Energi menyiapkan 35 proyek hilirisasi. Nilai dari proyek-proyek tersebut mencapai USD 123,8 miliar, atau setara Rp 2.025,36 triliun.
Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Yuliot Tanjung mengatakan, Satgas Hilirisasi dan Ketahanan Energi tengah mempersiapkan proyek-proyek tersebut untuk bisa ditawarkan kepada investor.
Proyek Hilirisasi
"Jadi dari satgas sudah mengidentifikasi dan menyiapkan, ada 35 proyek dengan nilai sekitar USD 123,8 miliar. Ini kita lagi siapkan, dan koordinasikan dengan kementerian/lembaga," ujar Yuliot saat ditemui di Kantor ESDM, Jakarta, Jumat (14/2/2025).
Yuliot menyampaikan, beberapa proyek hilirisasi yang disiapkan mencakup berbagai komoditas strategis di sektor energi. Mulai dari batu bara, minyak dan gas bumi.
Selain itu, ada juga produk oleochemical yang akan diberikan untuk sektor pertanian. Di sisi lain, pemerintah juga tetap mengutamakan ketahanan energi melalui percepatan bauran energi.
"Jadi dengan adanya persiapan proyek-proyek yang siap ditawarkan itu mudah-mudahan bisa segera kita tawarkan pada investor," kata Yuliot.
Wajibkan Bank Ikut Danai
Dalam rangka percepatan program hilirisasi, Menteri ESDM Bahlil Lahadalia telah mewajibkan perbankan untuk ikut mendanai program hilirisasi. Kewajiban ini didorong tak hanya untuk bank BUMN, tapi juga swasta.
Ketua Satgas Hilirisasi dan Ketahanan Energi ini bilang, kredit pembiayaan untuk hilirisasi ini didorong agar nilai tambah dari program prioritas tersebut tetap berputar di dalam negeri.
"Kami sudah memulai, secara informal sudah kita komunikasikan. Mau tidak mau perbankan dalam negeri yang harus membiayai proyek hilirisasi," tegas Bahlil usai rapat perdana Satgas Hilirisasi dan Ketahanan Energi di Kantor Kementerian ESDM, beberapa waktu lalu.
Janji Balik Modal Cepat
Kepada perbankan, ia pun menjanjikan proyek hilirisasi punya waktu balik modal (break even point) lebih cepat dibanding sektor konsumsi.
"Ngapain perbankan membiayai proyek konsumsi yang 9-10 tahun break even point. Kalau hilirisasi yang 6 tahun break even point, ngapain kasih kredit stand by loan kepada perusahaan yang lama-lama itu," bebernya.
Bahlil menggarisbawahi bukan berarti pinjaman untuk perusahaan lain tidak penting. Namun, program hilirisasi pun tak kalah penting lantaran punya multiplier effect besar.
"Mereka, perusahaan-perusahaan lama-lama itu penting, tapi juga penting untuk melakukan diversifikasi," kata Bahlil.