Miliarder Jared Isaacman Resmi Ditunjuk Jadi Kepala NASA

Liputan6.com, Jakarta - Pengusaha miliarder Jared Isaacman resmi dikonfirmasi Senat Amerika Serikat sebagai kepala baru Badan Penerbangan dan Antariksa Nasional (NASA). Pengesahan ini mengakhiri proses panjang dan penuh dinamika yang telah berlangsung lebih dari satu tahun.

Dikutip dari NBC News, Kamis (18/12/2025), Isaacman pertama kali ditunjuk untuk memimpin NASA pada Desember 2024 oleh Presiden terpilih saat itu, Donald Trump. Namun, lima bulan kemudian, Trump secara tiba-tiba menarik pencalonan tersebut setelah melakukan “peninjauan menyeluruh terhadap keterkaitan sebelumnya”.

Dalam perkembangan yang tidak biasa, Trump kembali mengajukan nama Isaacman pada November. Ia menilai pengalaman dan kecintaan Isaacman terhadap dunia antariksa “membuatnya sangat tepat untuk memimpin NASA memasuki era baru yang berani”.

Proses konfirmasi ini berlangsung di tengah masa krusial bagi NASA, yang tengah menghadapi ketidakpastian anggaran dan prioritas program. Seperti lembaga federal lainnya, NASA juga terdampak pemangkasan anggaran dan tenaga kerja sebagai bagian dari upaya pemerintahan Trump memperkecil ukuran birokrasi federal.

Dalam pemungutan suara akhir, Senat menyetujui pencalonan Isaacman dengan hasil 67 suara setuju dan 30 suara menolak.

Sebelumnya, Komite Perdagangan, Sains, dan Transportasi Senat telah menyetujui pencalonan tersebut usai sidang dengar pendapat pada 3 Desember. Dalam forum itu, Isaacman menegaskan pentingnya membawa kembali astronot Amerika Serikat ke Bulan sebelum China mencapai permukaan satelit alami Bumi tersebut.

Isaacman, yang kini berusia 42 tahun, merupakan pendiri dan CEO perusahaan pemrosesan pembayaran Shift4. Ia belum pernah bekerja di NASA maupun di pemerintahan federal.

Ia akan menggantikan Sean Duffy, Menteri Transportasi AS, yang menjabat sebagai administrator sementara NASA sejak Juli.

Dalam sidang konfirmasi, Isaacman menyatakan fokus utamanya adalah mengembalikan misi ke Bulan dan memenangkan perlombaan antariksa baru dengan China. Kedua negara sama-sama berambisi membangun kehadiran manusia jangka panjang di Bulan.

Namun, program Artemis milik NASA menghadapi berbagai penundaan dan pembengkakan biaya, sementara program antariksa China berkembang pesat dalam beberapa tahun terakhir.

NASA menargetkan pengiriman empat astronot mengitari Bulan tahun depan sebagai uji coba penting roket dan wahana generasi terbaru. Jika berhasil, pendaratan manusia di wilayah kutub selatan Bulan direncanakan pada 2027. China sendiri menargetkan pendaratan astronotnya di Bulan pada 2030.

Di luar ambisi lunar, NASA juga menghadapi ketidakpastian pendanaan. Awal tahun ini, rancangan anggaran Trump mengusulkan pemotongan lebih dari USD 6 miliar atau sekitar 24 persen dari anggaran NASA, meski rencana tersebut mendapat penolakan keras dari DPR dan Senat.

Isaacman juga mendapat sorotan terkait dokumen bocoran bernama Project Athena yang memuat visinya untuk NASA. Dokumen setebal 62 halaman itu mengusulkan prioritas misi ke Mars, pengembangan propulsi listrik nuklir, restrukturisasi pusat-pusat NASA, serta perubahan besar dalam operasi sains dengan penekanan pada komersialisasi.

Ia menyebut dokumen tersebut sebagai “draf”, namun menegaskan bahwa isinya “secara garis besar sudah berada di arah yang benar”.

Dalam proses konfirmasi, hubungan Isaacman dengan Elon Musk juga menjadi sorotan. Isaacman dua kali terbang ke luar angkasa menggunakan misi komersial SpaceX dengan biaya yang ia tanggung sendiri. Musk, pendiri SpaceX, diketahui pernah mendukung pencalonannya.

Menanggapi hal tersebut, Isaacman mengecilkan isu kedekatannya dengan Musk. Ia menegaskan penerbangannya menggunakan SpaceX semata-mata karena perusahaan itu “satu-satunya organisasi yang mampu mengirim dan membawa astronot kembali dari luar angkasa”.

“Tidak ada foto kami sedang makan malam bersama, di bar, atau di dalam pesawat,” ujarnya.