Mentan: Refocusing Anggaran Seperti Perjalanan Dinas Hasilkan Rp 17 Triliun

2 days ago 7

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman mengungkapkan, kebijakan refocusing anggaran yang diterapkan Kementerian Pertanian (Kementan) sepanjang 2024 telah memberikan dampak yang luar biasa terhadap produksi pangan dalam negeri.

Mentan Amran mencatat, dengan mengalihkan anggaran dari kegiatan yang dianggap tidak prioritas, seperti perjalanan dinas dan seminar, Kementan berhasil menambah nilai produksi pangan sebesar Rp 17 triliun.

Amran Sulaiman menyatakan, meskipun 2024 dihadapkan dengan tantangan kekeringan akibat fenomena El Nino, refocusing anggaran yang digulirkan berhasil membiayai pengadaan benih, pompa, dan alat mesin pertanian (Alsintan) yang dibutuhkan para petani, khususnya petani jagung dan beras sebagai pangan strategis.

Hal ini membuktikan kebijakan tepat guna dalam pemanfaatan anggaran dapat mengatasi dampak perubahan iklim yang tidak menentu.

"Hasil tadi refocusing anggaran yang untuk perjalanan dinas, rehab kantor, saya katakan kantor ini tidak akan runtuh sampai 5 tahun, kita tunda saja. Ini menghasilkan Rp 17 triliun. Rp 1,7 triliun menghasilkan Rp 17 triliun. Rp 17 triliun, anggaran tetap, tapi semua anggaran yang bisa kami cut (refocusing). Seminar, karangan bunga, cipika-cipiki, cut," kata Amran saat ditemui di Jakarta, Jumat (31/1/2025).

Recofusing anggaran berhasil tingkatkan Frekuensi Bercocok Tanam

Selain itu, Amran juga menjelaskan peningkatan frekuensi bercocok tanam (Indeks Pertanaman) yang sebelumnya hanya dilakukan sekali setahun, kini dapat dilakukan hingga tiga kali setahun berkat alokasi dana tersebut.

Terutama di wilayah Jawa, yang menjadi fokus utama program refocusing, di mana sekitar 500.000 hingga 700.000 hektare sawah berhasil meningkatkan produktivitasnya.

"Pompa kami fokuskan di Jawa. Karena Jawa yang paling potensi, ada sungai, kemudian ada sawah. Kurang lebih 500.000-700.000 hektare sawa, IP-nya 1 dijadikan 3 kali tanam," ujarnya.

Peningkatan Produksi

Peningkatan produksi pangan ini terlihat nyata dengan keberhasilan Indonesia mengekspor 50.000 ton jagung pada Mei 2024, serta penambahan produksi beras sebesar 1,49 juta ton pada periode Agustus-Desember 2024.

"Alhamdulillah kita refocusing. Ini yang cukup mengejutkan. Di saat El Nino, La Nina dan kekeringan, tapi produksi tertinggi 5 tahun bahkan ada 10 tahun terakhir yang harusnya terendah. Ini kata BPS jadi tak bisa lagi diperdebatkan," ujar Mentan.

Produksi Padi Lokal Naik 50 Persen pada awal 2025

Sebelumnya, Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman mengungkapkan produksi padi dalam negeri mengalami peningkatan di awal tahun ini. Pada musim panen Januari-Maret 2025, produksi padi disebut naik hingga 50 persen.

Dia menuturkan, angka ini didapat dari survei yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Rata-rata kenaikan produksi padi tercatat sebesar 50 persen dari periode yang sama tahun lalu.

"Produksi Januari, Februari, Maret 2025, sesuai data BPS, juga sudah dilaporkan kepada Bapak Presiden, itu naik dibanding tahun lalu, itu 50 persen di Januari, 49 persen di Februari, dibanding tahun lalu, pada bulan yang sama, dan 51 persen di bulan Maret," kata Mentan.  

Ia menjelaskan, angka itu merupakan angka sementara. Realisasinya masih menunggu data setelah masa panen usai. Mentan Amran berharap produksi padi kembali meningkat pada April 2025.

"Tiga bulan berturut-turut, moga-moga di April juga baik. Itu angka sementara," ucapnya.

Melihat data yang disodorkan BPS itu, Mentan Amran tak tinggal diam. Dia mencoba menelusuri kondisi di lapangan, khususnya di sentra produksi padi dalam negeri. Dia menemukan kalau harga gabah di tingkat petani mengalami penurunan. Bahkan lebih rendah dari harga pokok yang ditetapkan pemerintah sebesar Rp 6.500 per kilogram.

Strategi Mentan Amran

Diberitakan sebelumnya, Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman akan memaksimalkan produksi padi di 2,3 juta hektare (ha) lahan mulai 2025. Beberapa strategi pun disusun untuk mencapai swasembada beras nasional.

Dia mengatakan, 2,3 juta Ha lahan tadi dibagi menjadi beberapa cara. Pertama, sekitsr 851 ribu Ha lahan merupakan optimalisasi di kawasan rawa. Targetnya ada peningkatan produksi dengan penambahan masa tanam.

"Ini sudah kita petakan sampai level bawah. 2,3 juta hektare itu 851 ribu adalah oplah (optimalisasi lahan) adalah daerah rawa yang dulu tanam 1 (kali) jadi 3 (kali). Ini yang kita kejar karena ini bisa menghasilkan cepat," kata Amran di Kantor Kementerian Pertanian, Jakarta, Kamis (5/12/2024).

Kedua, ada cetak sawah di lahan seluas 500 ribu Ha. Ini dilakukan di sejumlah lahan yang tersebar di Indonesia.

Normalisasi Irigasi

Ketiga, memperbaiki sistem irigasi dengan total luasan lahan 1 juta Ha. Langkah ini dilakukan mayoritas di lahan sawah di Pulau Jawa. Harapannya, produksi beras bisa meningkat dengan diperbaikinya sistem pengairan.

"Berikutnya adalah normalisasi irigasi premier, sekunder, tersier itu di daerah eksisting yaitu didominasi Pulau Jawa yang dulu tanam 3 kali tapi karena salurannya tersumbat kita perbaiki normalisasi sehingga bisa tanam kembali seperti sediakala yaitu 3 kali," ucapnya.

"Jawa kita hitung kemarin, tapi dengan normalisasi Bisa saja 500-700an (ribu hektare), 500 ribu hektar. (Di luar Jawa) Mungkin bisa 500-an juga. Jadi satu juta, semua satu juta, kita normalisasi. Dan juga ada ponpanisasi," imbuhnya.

Dia menegaskan kembali, langkah tersebut dilakukan mulai 2025. Namun, persiapannya dilakukan sejak dini. "2025. Persiapan sekarang kita curi start," ungkap Mentan.

Read Entire Article
Kaltim | Portal Aceh| | |