Kurs Dolar AS Masih Perkasa, Rupiah Dibuka Loyo Imbas Sentimen The Fed

3 hours ago 4

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah kembali melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Rabu, (5/11/2025). Rupiah turun 25 poin atau 0,15% menjadi 16.733 per dolar AS dari sebelumnya 16.708.

Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede menilai, pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS dipicu kekhawatiran investor terhadap siklus pemangkasan suku bunga yang tertunda oleh the Federal Reserve (the Fed).

"Pernyataan dari pejabat the Fed (terkait penurunan estimasi pemangkasan suku bunga the Fed) mendorong depresiasi rupiah,” kata dia seperti dikutip dari Antara, Rabu pekan ini.

Dalam rapat Federal Open Market Committee (FOMC) pada 29 Oktober 2025, The Fed telah menurunkan suku bunga acuan 25 basis points (bps) menjadi kisaran 3,75-4 persen.

Namun demikian, Ketua The Fed Jerome Powell menuturkan belum ada kepastian untuk pemangkasan lanjutan, yang mana terdekat The Fed kembali menggelar pertemuan FOMC pada 9-10 Desember 2025.

Sejak pengumuman kebijakan moneter The Fed yang terakhir, harapan pemangkasan suku bunga AS selanjutnya menurun dari kisaran 94 persen ke kisaran 65 persen.

Tekanan terhadap rupiah semakin meningkat pasca pernyataan dari pejabat The Fed mengungkapkan adanya skeptisisme yang berkembang di kalangan pembuat kebijakan mengenai kebutuhan pemotongan suku bunga tambahan.

Sentimen lain berasal dari laporan Badan Pusat Statistik yang merilis data Produk Domestik Bruto (PDB) kuartal ketiga 2025 pada siang nanti.

"Kami memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan melambat menjadi 5,04 persen secara tahunan dibandingkan 5,12 persen pada kuartal sebelumnya, terutama akibat perlambatan pada Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB), yang tercermin dari penurunan penjualan semen dan perlambatan pertumbuhan impor barang modal,” ujar Josua.

Penutupan Rupiah pada 4 November 2025

Sebelumnya, Pengamat Ekonomi, Mata Uang & Komoditas Ibrahim Assuaibi, mencatat rupiah ditutup melemah 32 poin terhadap dolar Amerika Serikat (AS) 16.708 pada perdagangan Selasa sore (4/11/2025).

"Pada perdagangan sore ini, mata uang rupiah ditutup melemah 32 poin sebelumnya sempat melemah 65 point di level 16.708 dari penutupan sebelumnya di level 16.676," kata Ibrahim dalam keterangannya, Selasa, 4 November 2025.

Pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS tersebut dipengaruhi oleh faktor eksternal, di antaranya pekan lalu, Ketua the Federal Reserve (the Fed) Jerome Powell mengisyaratkan bank sentral belum berkomitmen untuk pelonggaran lebih lanjut, dengan mengatakan bahwa langkah pada Desember "bukanlah sesuatu yang pasti." Pasar sejak itu telah mengurangi ekspektasi penurunan suku bunga dalam waktu dekat.

"Menambah ketidakpastian, beberapa pejabat The Fed pada hari Senin menyuarakan pandangan yang berbeda tentang perekonomian," ujar dia.

Pengaruh lainnya, beberapa pembuat kebijakan menekankan perlunya kewaspadaan terhadap inflasi, sementara yang lain menunjukkan tanda-tanda perlambatan momentum pasar tenaga kerja.

Perpecahan pendapat ini memperkuat keraguan tentang seberapa cepat The Fed akan melanjutkan pemotongan suku bunga, yang akan menjaga dolar AS tetap kuat.

Pengaruh Shutdown AS

Selain itu, penutupan pemerintah Amerika Serikat (AS) juga masih berlangsung dan memasuki hari ke-33 tanpa ada tanda-tanda perbaikan, dan diperkirakan melampaui rekor sebelumnya selama tiga puluh lima hari jika kebuntuan ini berlanjut.

Kemudian, ketegangan ekspor teknologi AS-China menjadi sorotan. Hal ini  setelah Presiden AS Donald Trump mengatakan pada Senin kalau chip Blackwell tercanggih Nvidia akan dicadangkan untuk penggunaan domestik. Trump mengatakan dalam wawancara "60 Minutes" bahwa chip AI Blackwell akan "tetap berada di AS" dan tidak akan dijual ke China.

"Menggarisbawahi kegigihan kontrol ekspor teknologi bahkan setelah gencatan senjata perdagangan sementara dicapai minggu lalu. Komentar tersebut membuat pelaku pasar kembali was-was, memicu kekhawatiran baru atas gangguan rantai pasokan dan pertumbuhan sektor teknologi Tiongkok," ujar dia.

Faktor Internal

Ibrahim menuturkan, faktor yang mempengaruhi pelemahan rupiah di antaranya BPS melaporkan, tingkat inflasi Oktober 2025 mencapai 0,28% secara bulanan (month to month/MtM), naik dari posisi September 2025 yang senilai 0,21%.

Secara tahunan Indonesia mencatatkan inflasi 2,86% (YoY) per Oktober 2025, naik dari September 2025 dengan inflasi 2,65% (YoY).

Secara tahun kalender atau year to date terjadi inflasi sebesar 2,10%. Kelompok pengeluaran penyumbang terbesar atau faktor penyebab inflasi Oktober 2025 adalah kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya dengan inflasi 3,05%, dengan andil inflasi 0,21%.

Komoditas yang dominan mendorong inflasi pada kelompok ini adalah emas perhiasan dengan andil inflasi 0,21%.  Adapun, komoditas makanan, minuman, dan tembakau tercatat inflasi 0,28% dan memberikan andil inflasi 0,28%.

Komoditas yang mendorong inflasi pada kelompok ini adalah cabe merah, dengan andil inflasi 0,60%. Telur ayam ras juga berkontribusi inflasi 0,04%, lalu terdapat daging ayam ras dengan andil inflasi 0,02%.

"Kemudian, Badan Pusat Statistik (BPS) akan mengumumkan data pertumbuhan ekonomi kuartal III/2025 pada Rabu, 5 November 2025 esok. Konsensus ekonom memproyeksikan pertumbuhan ekonomi sebesar 5% secara tahunan (year on year/YoY) pada kuartal III/2025. Angka itu sejalan dengan perkiraan pemerintah yang juga berada di kisaran 5%," pungkasnya.

Read Entire Article
Kaltim | Portal Aceh| | |