Konsumsi Rumah Tangga Melambat di Awal 2025, Kelas Menengah Jadi Sorotan

6 hours ago 3

Liputan6.com, Jakarta - Konsumsi rumah tangga yang selama ini menjadi penopang utama pertumbuhan ekonomi nasional tercatat mengalami pelambatan pada kuartal pertama tahun 2025, yakni konsumsi rumah tangga hanya tumbuh 4,89 persen.

Fenomena ini menjadi sorotan karena biasanya periode awal tahun yang bertepatan dengan momentum Ramadan dan Lebaran justru mendorong peningkatan belanja masyarakat. Namun, kali ini tren yang terjadi justru sebaliknya.

Merespon hal tersebut, Head of Macroeconomics and Market Research Permata Bank Faisal Rachman, mengatakan pelemahan konsumsi ini tidak datang secara tiba-tiba. Masalahnya sudah mengemuka sejak tahun lalu, terutama dari kelompok masyarakat kelas menengah,

"Sebenarnya kalau kita ngomong konsumsi rumah tangga memang itu kan sebenarnya ada masalah yang sudah ada dari tahun lalu ya. Jadi memang ada permasalahan pada level kelas menengah," kata Faisal saat ditemui di kantor Permata Bank, Jakarta, Rabu (14/5/2025).

Kelompok ini dianggap sebagai segmen yang cukup terdampak oleh kondisi ekonomi, namun kurang tersentuh oleh kebijakan pemerintah. Fokus kebijakan fiskal selama ini lebih diarahkan untuk melindungi kelompok masyarakat berpendapatan rendah.

"Yang kita tahu memang kalau misalnya kebijakan pemerintah itu kan memang lebih mengarahkan yang ke kelompok miskin," ujarnya.

Kelas Menengah terabaikan Pemerintah

Sementara itu, kata Faisal, tidak banyak stimulus atau dukungan khusus yang menyasar langsung ke kelas menengah, sehingga daya beli mereka belum sepenuhnya pulih.

"Jadi, sebenarnya memang kelompok kelas menengah itu memang sedikit terpapar oleh kebijakan pemerintah. Atau kita bisa bilang nggak ada kebijakan pemerintah yang spesifik untuk ngebantu kebijakan kelas menengah,"

Selain dari sisi kebijakan, faktor global juga turut memberikan tekanan. Sejak pandemi COVID-19 melanda, kondisi ekonomi belum benar-benar kembali stabil.

Dilanda ketidakpastian global

Setelah menghadapi pandemi, dunia dilanda ketegangan geopolitik, kenaikan suku bunga global yang bertahan lama, serta memanasnya kembali ketegangan perdagangan internasional. Rentetan gangguan ini menyebabkan aktivitas ekonomi, baik di tingkat global maupun domestik, belum sepenuhnya pulih.

"Jadi habis pandemi, habis itu ada ketegang geopolitik, lalu juga ada higher for longer, lalu sekarang ada trade war. Jadi sebenarnya memang ekonomi global dan domestik itu memang belum bisa dikatakan fully recovery. Jadi memang tentunya itu pasti akan menghambat kegiatan investasi juga," jelasnya.

Keputusan Investasi

Kondisi ini pada akhirnya berimbas pada keputusan investasi, terutama dari pelaku usaha. Ketidakpastian global mendorong perusahaan untuk menahan ekspansi, yang kemudian berdampak pada terbatasnya penyerapan tenaga kerja dan berkurangnya pendapatan masyarakat.

"Jadi, memang pasti akan berdampak juga pada teragak kerja. Makanya memang secara overall itu memang konsumsi rumah tangga itu memang meskipun ada Ramadhan dan Lebaran itu di kuartal 1 masih mengalami pelambatan," pungkasnya.

Read Entire Article
Kaltim | Portal Aceh| | |