Liputan6.com, Jakarta - Harga emas menguat mencapai rekor tertinggi sepanjang masa pada Kamis, 30 Januari 2025. Kenaikan harga emas dipicu oleh permintaan aset safe haven akibat ancaman tarif Amerika Serikat (AS).
Selain itu, pasar juga fokus tertuju pada laporan inflasi penting sebagai petunjuk tentang jalur kebijakan the Federal Reserve (the Fed) atau bank sentral Amerika Serikat (AS).
Mengutip CNBC, harga emas di pasar spot naik 1,3 persen menjadi USD 2.794,42 per ounce pada pukul 1:57 PM ET (18.57 GMT). Pada awal sesi perdagangan, harga emas mencapai rekor tertinggi di USD 2.798,24. Harga emas berjangka AS ditutup menguat 1,8 persen ke posisi USD 2.845,20.
“Kami melihat ketidakpastian dan kecemasan yang lebih tajam tentang kebijakan baru pemerintahan Trump tentang perdagangan dan kebijakan luar negeri. Pembelian secara teknikal baru masuk karena harga sekarang sedang naik baik dalam emas dan perak,” ujar Analis Senior Kitco Metals, Jim Wyckoff seperti dikutip dari CNBC.
Pada awal pekan ini, Gedung Putih menyatakan Presiden AS Donald Trump berencana memukul Meksiko dan Kanada dengan tarif tinggi pada Sabtu, 1 Februari 2025. Donald Trump juga mempertimbangkan beberapa tarif terhadap China.
Selain itu, dolar AS yang turun 0,2 persen juga membuat emas lebih murah bagi pemegang mata uang lainnya. Sementara itu, imbal hasil obligasi AS bertenor 10 tahun turun ke level terendah dalam lebih dari dua sebulan.
“Emas bersinar sebagai aset safe haven, dengan investor mencari perlindungan untuk menghadapi badai ketidakpastian,” ujar Head of Money and Markets Hargreaves Lansdown, Susannah Streeter.
The Federal Reserve (the Fed) atau bank sentral AS mempertahankan suku bunga pada Rabu waktu setempat. Hal ini sesuai dengan harapan. Ketua the Fed Jerome Powell mengatakan tidak akan terburu-buru untuk memangkasnya lagi.
Selain itu, data menunjukkan pertumbuhan ekonomi AS melambat pada kuartal keempat, tetapi analis perkirakan permintaan domestik yang kaut mungkin akan membuat the Fed tetap pada jalur pemangkasan suku bunga yang lambat.
Investor Menanti Data Ekonomi
Investor sekarang menunggu laporan indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi (PCE) AS Desember pada Jumat pekan ini.
Asosiasi Pasar Emas London menuturkan, pasar emas AS telah diperdagangkan dengan premi sejak pemilihan presiden baru-baru ini. Asosiasi juga menambahkan telah berhubungan erat dengan CME Group dan otoritas AS untuk memantau tren ini.
Sementara itu, harga perak di pasar spot naik 2,5 persen menjadi USD 31,56 per ounce. "Menurut saya, pasar platinum dan paladium mengalami lonjakan minat beli dari pasar emas dan perak yang sedang naik, dan itulah terutama mendorong pasar tersebut naik,” Wyckoff menambahkan.
Harga platinum naik 2,5 persen menjadi USD 970,15, dan paladium bertambah 2,6 persen menjadi USD 987,25.
Prediksi Harga Emas Dunia Jelang Imlek 2025, Simak di Sini
Sebelumnya, pasar emas kini memasuki periode yang penuh ketegangan dan potensi besar, terutama dengan kebijakan ekonomi yang dicanangkan oleh Presiden Donald Trump. Kebijakan perdagangan yang agresif, termasuk tarif impor yang direncanakan, telah menciptakan dampak signifikan, memicu lonjakan minat investor terhadap harga emas.
Dikutip dari Kitco.com, Senin (27/1/2025), logam mulia ini kembali menjadi sorotan sebagai alat lindung nilai yang sangat efektif untuk mengimbangi inflasi yang terus meningkat.
Sejak dimulainya pemerintahan Trump, serangkaian kebijakan yang berani telah diperkenalkan, termasuk reformasi perdagangan dan keputusan untuk menarik diri dari beberapa perjanjian internasional.
Kebijakan ini, yang tidak hanya mengubah hubungan dagang dengan negara-negara besar, tetapi juga memengaruhi pola pikir investor dalam melihat potensi risiko di pasar global.
Sebagai contoh, Trump telah mengusulkan tarif 25% pada barang-barang yang diimpor dari Kanada dan Meksiko, serta tarif 10% pada barang-barang dari Tiongkok, yang dijadwalkan berlaku mulai 1 Februari.
Tindakan-tindakan ini memiliki dampak signifikan terhadap inflasi, yang diprediksi akan melonjak sebagai akibat dari kenaikan biaya impor.
Permintaan Emas Naik
Deutsche Bank memperkirakan bahwa tarif yang diusulkan dapat meningkatkan inflasi dari 2,9% pada Desember menjadi 3,7% pada akhir tahun 2025.
Sebagai respons terhadap hal ini, permintaan akan emas sebagai instrumen untuk melindungi nilai aset semakin meningkat.
Analis Goldman Sachs menyarankan bahwa, dengan inflasi yang lebih tinggi, investor akan semakin cenderung untuk mengalihkan dananya ke emas sebagai lindung nilai.
Kenaikan harga emas juga dipicu oleh lemahnya nilai tukar dolar AS. Pemotongan pajak yang diusulkan Trump dan langkah deregulasi bisa merangsang perekonomian, namun juga akan meningkatkan utang nasional dan defisit federal.
Ketika dolar AS melemah, emas, yang biasanya diperdagangkan dalam dolar, menjadi lebih menarik bagi investor internasional. Ini menambah faktor pendorong kenaikan harga emas.
Ketidakpastian Geopolitik Pengaruhi Harga Emas
Selain itu, ketidakpastian geopolitik akibat kebijakan luar negeri yang keras dari Trump turut memperburuk ketegangan global.
Dengan meningkatnya ketegangan ini, investor semakin memandang emas sebagai aset safe haven yang dapat melindungi mereka dari potensi resiko ekonomi atau politik yang timbul.
Pada 16.20 EDT, harga emas berjangka tercatat pada USD2.777,40, setelah mengalami kenaikan sebesar USD15,30 hari ini.
Meskipun sempat diperdagangkan di level tertinggi intraday pada USD2.794,80, harga emas masih berada sekitar USD30 di bawah rekor tertinggi sepanjang masa yang tercatat pada 31 Oktober 2024, yaitu USD2.826,20.
Dengan kebijakan ekonomi Trump yang terus berkembang, banyak yang memprediksi bahwa pasar emas akan terus menunjukkan momentum positif.
Faktor inflasi yang tinggi, ketidakpastian ekonomi global, dan kebijakan perdagangan yang ketat kemungkinan besar akan mendorong harga emas lebih tinggi lagi dalam waktu dekat.