Donald Trump Ingin Harga Minyak Dunia Turun, Indonesia Bisa lebih Untung

4 hours ago 3

Liputan6.com, Jakarta - Beberapa waktu lalu, Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mendorong organisasi negara penghasil minyak OPEC+ untuk menurunkan harga minyak. OPEC+ belum bereaksi terhadap seruan Trump untuk penurunan harga minyak.

Namun, Menteri Ekonomi Arab Saudi, Faisal al-Ibrahim mengatakan dalam di Forum Ekonomi Dunia di Davos bahwa negara itu dan OPEC sedang mencari stabilitas pasar minyak jangka panjang.

"Posisi kerajaan, posisi OPEC, adalah tentang stabilitas pasar jangka panjang untuk memastikan ada cukup pasokan untuk memenuhi permintaan yang terus meningkat," kata Faisal, dikutip dari US News, Kamis (6/2/2025).

Seperti diketahui, OPEC sebelumnya mengatakan tidak menargetkan penurunan harga minyak dan sudah memiliki rencana untuk mulai menaikkan produksi mulai April 2025, setelah menunda kenaikan tersebut beberapa kali karena permintaan yang lemah.

"Saya pikir ini sudah sejalan dengan kebijakan pelonggaran OPEC pada bulan April," kata seorang delegasi dari kelompok tersebut, mengacu pada komentar Trump.

Sementara, Donald Trump ingin harga minyak turun setidaknya ke level USD 60 per barel untuk menahan laju inflasi di AS dan kemudian mendorong pertumbuhan ekonomi. 

Sementara itu, di Indonesia, penurunan harga minyak diyakini akan menurunkan harga BBM dalam negeri tetapi akan menurunkan pendapatan negara.

Hal ini terjadi karena pendapatan Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP) dari lifting minyak dan gas Indonesia daari yang diekspor ke pasar internasional cukup memberikan pemasukan bagi negara.

“Jadi (penurunan harga minyak dunia) ada positif nya dan negatifnya,” kata pengamat ekonomi dan energi FEB Univesitas Pandjajaran, Yayan Sakyati kepada Liputan6.com di Jakarta, dikutip Kamis (6/2/2025).

“Tapi jika kita melihat pada dampak, konsumsi kita lebih besar daripada produksi migas. Penurunan harga minyak memberikan dampak positif lebih besar,” lanjutnya.

Mengutip data dari Energy Information Agency, harga minyak dunia 2025 diperkirakan mencapai USD 74 per barel dan lanjut menurun ke USD 66 di tahun selanjutnya.

Target Minyak AS

Yayan mencatat, AS akan menggenjot produksi minyak dari 13,2 Juta barrel per day (bpd) di 2024 menjadi 13,5 juta bpd 2025 dan berlanjut ke 13,6 bpd pada 2026.

“Artinya AS akan terus menurunkan harga minyak sampai ke titik dibawah USD 70 bpd,” kata Yayan.

“Maka Jika Trump melobby OPEC saat ini, Trump tidak sabar ingin menurunkan harga minyak hingga USD 70 pada tahun 2025, dengan meningkatkan produksi minyak agar harga minyak segera turun,” paparnya.

Yayan menyebut, upaya penurunan harga minyak dilakukan Trump untuk menurunkan biaya transportasi dan Global Value Chain sehingga berdampak terhadap penurunan inflasi di negara tersebut.

Tapi apakah negara OPEC mau, ini menjadi lobby politik Trump dengan negara-negara OPEC. Seberapa besar dampaknya? Saya kira relatif besar dengan harga minyak mentah hingga ditekan hingga di kisaran USD 60,” bebernya.

Harga Minyak Mentah Dunia Terjun Bebas

Sebelumnya, harga minyak anjlok lebih dari 2% pada hari Rabu, setelah laporan menunjukkan peningkatan signifikan dalam persediaan minyak mentah dan bensin di Amerika Serikat, yang mengindikasikan permintaan yang lebih lemah.

Selain itu, kekhawatiran tentang perang dagang baru antara China dan AS semakin memicu ketakutan akan pertumbuhan ekonomi yang lebih lambat.

Dikutip dari CNBC, kamis (6/2/2025), harga minyak untuk kontrak berjangka minyak mentah Brent ditutup turun USD 1,59, atau 2,09%, menjadi USD 74,61 per barel. Sementara itu, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS turun USD 1,67, atau 2,3%, menjadi USD 71,03 per barel.

Administrasi Informasi Energi AS melaporkan pada hari Rabu bahwa persediaan minyak mentah AS meningkat tajam minggu lalu, di tengah kilang yang melakukan pemeliharaan karena permintaan bensin yang lemah.

Para kilang saat ini tidak membutuhkan minyak mentah, kata John Kilduff, mitra di Again Capital di New York. Mereka bergegas melakukan pemeliharaan, mengingat lemahnya permintaan bensin yang kita lihat, tambahnya.

Kekhawatiran akan perang dagang baru antara AS dan China, importir energi terbesar dunia, juga menekan harga.

Pada hari Selasa, China mengumumkan tarif atas impor minyak, gas alam cair, dan batu bara AS sebagai balasan atas tarif yang diterapkan AS pada ekspor China, yang menyebabkan WTI turun 3% pada titik terendah sesi, terendah sejak 31 Desember.

Pengenaan tarif oleh China pada impor AS mengurangi permintaan untuk komoditas tersebut, yang perlu dialihkan ke pasar lain, kata Andrew Lipow, presiden Lipow Oil Associates.

Isu OPEC

Pada hari Rabu, Presiden Iran, Masoud Pezeshkian, mendesak anggota OPEC untuk bersatu melawan kemungkinan sanksi AS, setelah Trump menyatakan akan mengembalikan kampanye tekanan maksimum pada Iran yang diterapkannya pada masa jabatan pertamanya.

Trump mendorong ekspor minyak Iran mendekati nol selama sebagian masa jabatan pertamanya setelah memberlakukan kembali sanksi untuk membatasi program nuklir negara tersebut.

Jika sanksi ini diberlakukan kembali, pengetatan pasokan yang dihasilkan dapat mempertahankan momentum kenaikan harga minyak, terutama di tengah penyesuaian pasokan dari produsen OPEC+ yang lebih lambat dari perkiraan, kata Ahmad Assiri, ahli strategi penelitian di perusahaan pialang Pepperstone.

Read Entire Article
Kaltim | Portal Aceh| | |