Liputan6.com, Jakarta Pengamat mata uang, Ibrahim Assuaibi, memproyeksikan bahwa nilai tukar rupiah akan mengalami penguatan terhadap dolar AS, meskipun dalam kisaran yang relatif tipis.
Menurutnya, potensi penguatan ini terjadi di tengah jeda ketegangan dagang antara Amerika Serikat dan China yang diperkirakan berlangsung selama tiga bulan ke depan.
"Kalau Rp 15.000 berat, Rp 15.500 itu mungkin. Karena ada jeda 3 bulan perangkat dagang antara AS-China," kata Ibrahim, Selasa (27/5/2025).
Peluang Penguatan Rupiah
Ia menilai bahwa meskipun tekanan eksternal masih ada, peluang penguatan rupiah tetap terbuka seiring dengan membaiknya sentimen pasar global dan adanya peluang jeda dalam perang dagang dua ekonomi terbesar dunia tersebut.
Adapun nilai tukar rupiah menguata terhadap dolar AS pada pembukaan perdagangan hari Selasa 27 Mei 2025 pagi. Rupiah menguat sebesar 3 poin atau 0,02 persen menjadi 16.246 per dolar AS dari sebelumnya 16.249 per dolar AS.
Jurus Bank Indonesia Jaga Kestabilan Nilai Tukar Rupiah
Bank Indonesia (BI) membocorkan salah satu strateginya dalam menjaga kestabilan nilai tukar Rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) di tengah ketidakpastian pasar global.
Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI, Ramdan Denny Prakoso mengungkapkan, salah satu strategi andalan Bank Indonesia saat ini adalah kebijakan smart intervention, yaitu melalui intervensi cermat dan terukur yang difokuskan pada pasar non-deliverable forward (NDF) dan pasar offshore. Denny mengungkapkan, pendekatan ini mulai menunjukkan hasil yang positif.
Rupiah (IDR) terus menunjukkan penguatan dalam beberapa hari terakhir, ketika pasar global tengah dilanda ketidakpastian. Data Bloomberg pada Senin, 26 Mei 2025 menunjukkan, Rupiah telah menguat hingga 5,50 poin atau 0,03 persen ke level Rp 16.212 per dolar AS (USD).
Perkembangan Global Tak Pasti
Namun, BI menyadari tantangan global belum mereda. Ketidakpastian yang masih tinggi membuat stabilisasi nilai tukar menjadi prioritas utama.
"Intinya sekarang bagaimana kita bisa membuat rupiah stabil dulu ya. Karena memang sama-sama kita ketahui, sebagaimana juga dengan pendapat atau pandangan dari Pak Gubernur, bahwa perkembangan global masih tidak pasti,” jelas Denny.
Bank Indonesia (BI) mencatat, Rupiah telah mengalami penguatan sebesar 2,6 persen hingga 26 Mei 2025, di antara mata uang Asia.
"Kita lihat bahwa Indonesia Rupiah sampai dengan tanggal 26 itu mengalami penguata 2,6 persen. Kemudian di atasnya Indonesia ada Baht Thailand yang menguat 2,95 persen, (Ringgit) Malaysia menguat 2,64 persen. Di bawah Indonesia ada Singapura menguat 1,9 persen.
Kemudian Filipina menguat 1,03 persen,” kata Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI, Ramdan Denny Prakoso, kepada media di Kantor BI, Jakarta Pusat, Senin (26/5/2025).