Liputan6.com, Jakarta - Anthony Auwyang tidak pernah membayangkan hidupnya akan berputar 180 derajat dari seorang insinyur sipil menjadi pengusaha distribusi produk Indonesia berskala Australia.
Ia tiba di Australia pada 1998, beberapa bulan setelah kerusuhan besar di Indonesia. Saat itu ia datang sebagai turis, lalu mengubah visa menjadi student setelah pemerintah meminta proses pengajuan izin tinggal dilakukan dari luar Australia.
“Nah, saya datangnya tuh 1998. Setelah kerusuhan. Jadi, background saya tuh engineer. Saya sebelum ke sini tuh saya kerja di Pantai Indah Kapuk,” kata Tony saat ditemui di kantornya, Sydney, Australia, Jumat (21/11/2025).
Latar belakangnya sebagai insinyur sipil tidak langsung bisa digunakan karena perusahaan-perusahaan lokal menuntut Australian experience yang belum ia miliki.
Setelah menyelesaikan S2 di University of New South Wales (UNSW) di bidang Construction Management, jalan bekerja masih tertutup.
Meski akhirnya ia mendapatkan pengakuan sebagai profesional engineer oleh Australian Institute of Engineering, tawaran pekerjaan tetap tidak datang. Padahal secara akademik ia sudah memenuhi semua persyaratan.
“Jadi, saya ambil S2. Ambil S2 di UNSW sesuai dengan saya punya engineering. Namanya construction management. Dapat S2. Nah, dari situ saya mencari kerjaan di Australia. Cuma pas waktu mencari kerjaan itu saya enggak dapat kesempatan,” ujarnya.
Cari Jalan Lain
Situasi ini memaksanya memikirkan jalan lain. Ketika ia menikah dan membawa istrinya ke Australia, kebutuhan untuk bertahan hidup semakin mendesak. Pada titik inilah ia mulai mempertimbangkan bisnis kecil-kecilan.
Inspirasi datang secara sederhana yakni dari rak-rak toko Asia di Sydney. Pria yang akrab disapa Tony ini melihat satu produk Indonesia, Teh Botol, dipasok oleh tiga distributor berbeda. Menurutnya, minimnya loyalitas toko membuka peluang besar.
“Gimana saya bilang sama istri saya ya? Yaudah lah bikin usaha sendiri aja. Nah, yang menginspirasi saya itu pertama adalah saya ke toko-toko, cari tahu barang-barang Indonesia apa aja sih? Oh, ada satu barang namanya Teh Botol. Teh Botol. Itu satu toko bisa menerima tiga supplier. Jadi, supplier A, supplier B, supplier C,” ujarnya.
Sony Trading Pty Ltd Berdiri
Sony Trading Pty Ltd akhirnya resmi berdiri pada 2003. Tony melakukan semuanya sendiri demi efisiensi, mulai dari mengurus impor kontainer, membongkar muatan, mengantar barang, mengambil pesanan, hingga bekerja administratif.
Strateginya sederhana, yakni efisiensi maksimal agar bisa bersaing harga dengan distributor lain. Pada awalnya ia fokus pada produk-produk Indonesia yang sudah dikenal di pasar Asia.
“Jadi saya yang kasih bawa kontainer, bongkar kontainer, kirim barang, ambil order. Bikin account apa semua, all done by me. Jadi, kan supaya efisiensi, gak ada cost,” ujarnya.
Di sisi lain, keputusan besar muncul ketika Tony diberi pilihan menerima pekerjaan bergaji tinggi di sektor konstruksi atau melanjutkan usaha kecil yang pendapatannya naik turun.
Siap Pulang Indonesia
Oleh karena itu, ia menetapkan batas waktu lima tahun jika tidak berhasil, ia siap pulang ke Indonesia. Hasilnya, lima tahun kemudian, Sony Trading justru berkembang pesat. Pabrik-pabrik besar di Indonesia mulai meliriknya sebagai mitra distribusi resmi di Australia.
“Saya bilang, dalam waktu 5 tahun, saya harus berhasil. Kalau 5 tahun saya gak berhasil dengan usaha kecil ini, saya pulang aja ke Indonesia. Saya pulang aja ke Indonesia. Kita set up target. Kita ada boundary-nya. Dalam 5 tahun, ternyata kita berhasil,” ujar Tony.
Pabrik pertama yang bekerja sama dengannya adalah Orang Tua Group, disusul Munik (bumbu), lalu Mayora. Dengan masuknya Mayora, kepercayaan industri semakin menguat dan membuka pintu bagi sekitar 20 pabrik Indonesia lainnya.
Kini Sony Trading mendistribusikan aneka produk makanan dan kebutuhan sehari-hari di seluruh Australia Sydney, Melbourne, Brisbane, Adelaide, hingga Perth. Bahkan, sebagian produk juga diekspor ulang ke New Zealand dan New Caledonia.
Tantangan Regulasi, Kualitas, dan Pencapaian Bisnis
Kesuksesan Sony Trading tidak datang tanpa tantangan. Menurut Anthony, hambatan terbesar perusahaan Indonesia adalah ketidakmampuan memenuhi standar ketat Australia, terutama terkait keamanan pangan, pelabelan, komposisi bahan, hingga ukuran kemasan.
Sebab Australia memiliki kebijakan yang ketat, diantaranya karantina, Bea Cukai, Food Authority, National Measurement, dan ACCC (perlindungan konsumen). Sekali saja produk dianggap misleading, perusahaan bisa terkena recall.
“Jadi waktu itu saya pikir, how I can pertahankan peraturan Australia ini terhadap barang-barang ini. Nah, itulah makanya saya bilang, terus terang banyak barang-barang UMKM, saya nggak bisa support karena mereka banyak nggak sesuai dengan peraturan Australia,” ujarnya.
Selain itu, Tony juga sering diminta membantu pabrik menyesuaikan formula. Misalnya, menurunkan kadar gula, mengganti pewarna yang dilarang, atau menggunakan minyak selain palm oil demi memenuhi permintaan pasar yang semakin health conscious. Menurutnya, tidak semua pabrik siap melakukan perubahan karena biaya produksi meningkat.
Prestasi dan Omzet
Keberhasilannya dalam memahami pasar lokal dan mengembangkan produk membuat Anthony menerima Prima Duta Award 2021 dari Kementerian Perdagangan penghargaan bagi eksportir berprestasi yang mempromosikan produk Indonesia di pasar internasional.
“Kita dapat Prima Duta Award, jadi penghargaan dari pemerintah Indonesia untuk high achievement untuk pro-pro Indonesia di Australia. Kementerian Perdagangan,” ujarnya.
Ia bangga karena itu menjadi bukti bahwa produk Indonesia sebenarnya mampu bersaing asalkan dikemas dengan baik. Meski tidak menyebutkan omzet secara spesifik, skala operasional Sony Trading mencerminkan nilai bisnis yang besar, omzetnya setahun bisa menembus dua digit miliar dollar Australia.
“Double digit dalam arti million (per tahun). Dulu pas awal omzet 25 ribu dolar (Australia) senang sekali, tapi sekarang sudah millionan dan hampir hit ke tiga digit,” pungkasnya.

:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/3116816/original/044789700_1588267863-20200501-Mercedes-Benz-7.jpg)

:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5420233/original/000055800_1763732258-Menteri_Koordinator_Bidang_Perekonomian_Airlangga_Hartarto-21_nov_2025-1.png)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/4480024/original/056172600_1687619296-IMG-20230624-WA0021.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/1954437/original/003823600_1519994760-20180302-Dolar-AY1.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/4725107/original/064984700_1706082034-20240124-Rumah-Subsidi-KPR-BTN-Naik-Imam-5.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5420048/original/030586200_1763718687-CEO_The_Australian_Trade_and_Investment_Commission__Austrade___Paul_Grimes.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5420163/original/005249400_1763726913-Australia.jpeg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/757459/original/033309500_1414494914-l4.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5413780/original/024396300_1763196284-PT_Kereta_Api_Indonesia__Persero_.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5420115/original/056098900_1763721875-Rapat_Umum_Pemegang_Saham_Tahunan__RUPST__PTPN_Group.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/4985572/original/049767000_1730283410-WhatsApp_Image_2024-10-30_at_4.50.18_PM.jpeg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5313395/original/079307000_1754993073-1000072882.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5418616/original/029721500_1763623528-Jokowi_Singapura.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5403174/original/072043200_1762319579-unnamed_-_2025-11-05T120325.008.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5419893/original/047564100_1763713561-FGD_Sekar-21_nov_2025b.png)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5418303/original/058063700_1763614509-WhatsApp_Image_2025-11-20_at_11.19.04_5304e5d3.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5418304/original/024626800_1763614522-WhatsApp_Image_2025-11-20_at_11.19.04_9111afde.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/837220/original/098519000_1427364489-Bongkarmuat3.jpg)










:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5316269/original/095179300_1755230967-1000073188.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/2053635/original/071518800_1522820303-20180404-BI-MER-AB2a.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/1095897/original/096862700_1451317311-Gedung-PPATK-1.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/3532289/original/028365400_1628161488-20210805-Harga-emas-alami-penurunan-ANGGA-4.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5305552/original/006464400_1754356170-IMG-20250805-WA0000.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5303419/original/005458100_1754102666-1000012531.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/4592086/original/067091100_1695951584-WhatsApp_Image_2023-09-29_at_8.27.22_AM.jpeg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/3181749/original/007438500_1594892571-20200716-Rupiah-6.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5315930/original/011984600_1755179439-4a6f0e71-3a5a-4e3b-ab07-547e802acfa8.jpeg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/3431559/original/018558900_1618622607-Ilustrasi_bank_jago_3.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/4065432/original/001612500_1656325087-WhatsApp_Image_2022-06-27_at_5.08.03_PM.jpeg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5332516/original/077414500_1756509471-1000015044.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/4465765/original/043413400_1686728194-Gedung_Kemenkeu_Jakarta.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5321249/original/062289700_1755667530-IMG-20250820-WA0003.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5344096/original/084598800_1757479183-Screenshot_2025-09-10_113742.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/3532284/original/011004900_1628161432-20210805-Harga-emas-alami-penurunan-ANGGA-3.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5309500/original/043626700_1754629772-Screenshot_20250808_120506_Chrome.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/3233958/original/005284500_1599717943-20200910-Jakarta-Tarik-Rem-Darurat_-Ganjil-Genap-Ditiadakan-dan-Transportasi-Umum-Dibatasi-3.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/4957031/original/046992800_1727733952-Snapinsta.app_412830169_383580067453328_4605501714941854422_n_1080.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/4721216/original/051913900_1705711229-fotor-ai-2024012073928.jpg)