Indonesia Bakal Impor LPG hingga Minyak dari AS, Segini Nilainya

2 days ago 11

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia, mengatakan Pemerintah Indonesia berencana menambah kuota impor liquefied petroleum gas (LPG) dan minyak dari Amerika Serikat (AS) senilai USD10 miliar setara Rp167,73 triliun (1 USD = Rp16.773).

"Kami mengusulkan dari ESDM adalah, pertama, kita mengimpor sebagian minyak dari Amerika dengan menambah kuota impor kita LPG yang angkanya kurang lebih di atas USD10 miliar," kata Bahlil dalam konferensi pers dalam Opening Ceremony Global Hydrogen Ecosystem Summit & Exhibition 2025, di JCC, Jakarta, Selasa (15/4/2025).

Bahlil Lahadalia menyatakan langkah ini merupakan bagian dari upaya untuk menyeimbangkan neraca perdagangan Indonesia dengan Amerika Serikat.

"Kalau ini saja kita geser, maka defisit neraca perdagangan kita dengan Amerika itu tidak akan terjadi lagi. Neraca kita balance. Ini yang kita akan lakukan," ujar dia.

Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), Indonesia mencatatkan surplus perdagangan terhadap AS sebesar USD14,6 miliar. Namun, Bahlil menegaskan pemerintah ingin memenuhi harapan Amerika untuk menciptakan neraca perdagangan yang lebih seimbang.

"Masalah kita dengan Amerika itu adalah surplus neraca perdagangan," tegas Bahlil.

Pemerintah Evaluasi Berbagai Komoditas Berpotensi impor dari AS

Kata Bahlil, sebagaimana arahan Presiden Prabowo Subianto, pemerintah juga sedang mengevaluasi berbagai komoditas lain yang berpotensi diimpor dari AS.

"Atas arahan Bapak Presiden Prabowo kepada kami, coba mengecek komoditas apa lagi yang bisa kita beli di Amerika," uajrnya.

Bahlil menepis anggapan kebijakan ini berkaitan dengan isu kritikal mineral atau perang tarif antara kedua negara. Ia menyebut, komunikasi bilateral antara Indonesia dan AS tetap berjalan baik.

"Jadi enggaj ada kaitannya dengan kritikal mineral, dengan perang tarif ini. Bahwa kemudian ada komunikasi bilateral, mereka butuh kritikal mineral kita, monggo kita terbuka. Kita sangat terbuka dan senang. Kenapa? Karena Amerika sama kita hubungannya baik. Jelas!," ujarnya.

Soal Kesepakatan Mineral Kritis RI dengan AS

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia, buka suara terkait nasib kesepakatan mineral kritis bersama Amerika Serikat di tengah perang dagang yang saat ini tengah memanas. Bahlil menegaskan bahwa Indonesia tetap konsisten pada prinsip politik luar negeri bebas aktif.

"Kita ini sekarang, Indonesia itu kan mengandung asas ekonomis bebas aktif. Politik bebas aktif. Negara siapapun yang mau melakukan kerjasama dengan Indonesia, monggo. Termasuk Amerika, China, Arab, Korea," ujar Bahlil dalam konferensi pers dalam Opening Ceremony Global Hydrogen Ecosystem Summit & Exhibition 2025, di JCC, Jakarta, Selasa (15/4/2025).

Bahlil mengatakan selama kerja sama tersebut saling menguntungkan, Indonesia akan tetap terbuka terhadap semua peluang kerjasama. "Monggo, tidak ada masalah. Selama saling menguntungkan. Mereka untung, kita untung. Mereka senang, kita senang," ujarnya.

Segini Porsi Impor Minyak dan LPG Pertamina dari AS

Sebelumnya, PT Pertamina (Persero) masih menunggu arahan dan kebijakan dari pemerintah, terkait rencana realokasi kuota impor minyak mentah dan LPG dari sejumlah negara ke Amerika Serikat (AS). Sebagai bagian dari rencana negosiasi Pemerintah RI ke Negeri Paman Sam, untuk kebijakan tarif dari Presiden AS Donald Trump kepada Indonesia.

Vice President Corporate Communication PT Pertamina (Persero), Fadjar Djoko Santoso mengabarkan, saat ini pihaknya memiliki kerjasama dagang dengan beberapa perusahaan AS untuk tiga komoditas, yakni minyak mentah (crude oil), produk LPG, dan gas alam cair (LNG).

"Besarannya, untuk crude di sekitar 4 persen dari keseluruhan komposisi impor minyak mentah kita. Untuk LPG 57 persen," jelas Fadjar di Grha Pertamina, Jakarta, Senin (14/4/2025).

Namun, Fadjar belum mengetahui berapa besaran kuota impor yang akan direalokasikan ke Amerika Serikat. Lantaran, izin impor oleh Pertamina seluruhnya perlu mendapat persetujuan dari pemerintah.

Disesuaikan Kebutuhan Domestik

Fadjar mengatakan, penambahan impor minyak hingga LPG dari AS nanti bakal disesuaikan dengan kebutuhan domestik. Namun, ia belum bisa membeberkan porsi impor dari negara mana yang bakal dikurangi.

"Tentu kalau misalnya ada suatu peningkatan di satu negara, tentu akan disesuaikan. Supaya neraca impornya juga tidak berubah, karena kan kuota alokasi untuk impor dibatasi juga," kata dia.

Menurut informasi beredar, impor minyak mentah Pertamina paling banyak berasal dari Arab Saudi dan Nigeria. Namun untuk BBM, perusahaan pelat merah tersebut paling banyak mengambil dari negara tetangga Singapura.

Sementara, porsi impor LPG Pertamina memang paling banyak didapat dari Amerika Serika. Disusul negara di kawasan Timur Tengah seperti Uni Emirat Arab dan Qatar.

Mengacu pada hal itu, Pertamina bakal membuat hitung-hitungan agar pengalihan impor ke AS tidak sampai membuat ongkos perseroan bengkak. "Salah satu yang akan kita kaji dan akan disampaikan ke pemerintah," pungkas Fadjar.

Read Entire Article
Kaltim | Portal Aceh| | |