Donald Trump Terapkan Tarif Impor ke Kanada hingga Meksiko, Begini Respons Pemimpin Perusahaan Global

3 hours ago 2

Liputan6.com, Jakarta - Perusahaan-perusahaan Amerika Serikat (AS) mengantisipasi dampak penerapan tarif impor oleh Presiden AS Donald Trump.

Mengutip Yahoo Finance, Minggu (2/2/2025), pemerintahan Donald Trump pada Jumat, 31 Januari 2025 mengatakan akan menerapkan tarif 25 persen pada Meksiko dan Kanada mulai Sabtu, 1 Februari 2025. Selain itu, penerapan tarif 10 persen ke China. Akan tetapi, belum ada pengumuman resmi mengenai rinciannya.

Adapun secara total, Amerika Serikat menghasilkan sekitar USD 1,6 triliun untuk bisnis selama setahun dengan tiga kekuatan ekonomi negara itu. Namun, Donald Trump semakin vokal tentang perlu tarif terhadap negara-negara itu sejak menjabat pada Januari sebagai sarana untuk mempromosikan agenda ekonomi America First.

Ekonom EY Greg Daco prediksi produk domestik bruto (AS) akan kontraksi 1,5 persen pada 2025 dan 2,1 persen pada 2026 jika tarif berlaku karena tarif akan meredam pengeluaran konsumen dan investasi bisnis. Daco prediksi, inflasi akan naik sekitar 0,7 persen pada kuartal I 2025.

"Meningkatnya ketidakpastian kebijakan perdagangan akan meningkatkan volatilitas pasar keuangan dan membebani sektor swasta, terlepas dari retorika pro-bisnis pemerintah. Respons Federal Reserve (the Fed) juga akan sangat penting,” ujar Daco.

Ia menuturkan, jika tarif mendorong ekspektasi inflasi lebih tinggi, the Fed mungkin merasa tertekan untuk mempertahankan suku bunga ketat lebih lama, memperketat kondisi keuangan dan membebani momentum pertumbuhan.

Saat pasar bersiap menghadapi tarif dan potensi revisi ke bawah pada estimasi laba oleh perusahaan, para pemimpin tetap dalam mode pada topik yang sedang hangat dibicarakan.

Respons Pimpinan Perusahaan

Berikut ini adalah apa yang dikatakan para pemimpin di perusahaan publik kepada Yahoo Finance tentang kemungkinan dampak tarif dari pemerintahan Trump. Intinya: perusahaan publik lebih siap menghadapi tarif daripada selama  Donald Trump menjabat di Gedung Putih sebelumnya.

Chairman & CEO General Motors (GM) Mary Barra:

"Kami telah melakukan banyak perencanaan skenario dan kami tahu tuas yang dapat kami gunakan untuk meminimalkan dampak apa pun. Namun, dengan kesempatan untuk berbicara dengan presiden, saya benar-benar yakin bahwa ia menginginkan sektor manufaktur yang kuat karena sektor ini baik untuk perekonomian,” ujar dia.

"Yah, saya rasa ia (Presiden Trump) sangat memahami dengan tepat apa saja konsekuensi [dari tarif]. Dan saya rasa mereka sudah sangat jelas bahwa mereka ingin memastikan adanya hubungan yang tepat dan seimbang dengan banyak negara yang mereka bicarakan untuk mencapai tujuan pemerintahannya,” ujar dia.

Barra menilai, Trump memiliki pemahaman yang sangat baik tentang implikasi tarif atau perubahan IRA (Undang-Undang Pengurangan Inflasi( atau ketegasan dari perspektif standar (emisi])."

GM tidak memasukkan tarif Trump ke dalam prospek earning per share (EPS) 2025-nya, yang membuat investor gelisah.

Dalam wawancara Desember, Barra mengatakan tarif akan menyebabkan harga mobil dan truk yang lebih tinggi bagi konsumen.

CFO IBM (IBM) Jim Kavanaugh

"Saya akan memberi tahu Anda, stabilisasi saat ini adalah hal yang bijaksana. Akan ada banyak perubahan, yang sedang terjadi, dan Anda melihatnya muncul. Dalam beberapa minggu terakhir sejak pelantikan, kami jelas telah melakukan pekerjaan kami seputar pemodelan skenario dan perencanaan tarif. Anda harus membedakan apa yang merupakan implikasi khusus perusahaan, khusus industri, atau hanya implikasi khusus bisnis perusahaan secara umum dari masing-masing hal ini," ujar Jim Kavanaugh.

CEO HP Inc. (HPQ) Enrique Lores

"Kami tidak tahu persis tarif apa yang akan diberlakukan. Namun, kami telah mengerjakan ini selama beberapa kuartal,” ujar CEO HP Enrique Lores.

Ia mengatakan, pihaknya sekarang memiliki beberapa skenario, dan segera setelah mengetahui seperti apa rencana akhirnya, perseroan akan memberlakukan satu rencana atau tidak.

“Ini adalah sesuatu yang telah kami pelajari selama beberapa tahun terakhir tentang cara mengelolanya, jadi saya rasa kami sekarang memiliki keahlian yang baik tentang cara mengelolanya dengan cara yang akan menciptakan dampak minimum pada pelanggan kami,” ujar dia.

Lores menuturkan, terutama di sisi PC, Tiongkok adalah tempat manufaktur yang besar bagi perseroan, tetapi selama beberapa tahun terakhir, pihaknya telah melakukan diversifikasi karena belajar selama COVID biaya tidak akan menjadi satu-satunya pendorong rantai pasokan.

“Kami perlu meningkatkan ketahanan. Kami telah secara agresif meningkatkan ketahanan kami, memindahkan lokasi manufaktur ke bagian lain dunia. Jadi sekarang situasinya jauh lebih seimbang, dan kami pikir dibandingkan dengan perusahaan lain di industri kami, kami berada dalam posisi yang jauh lebih baik,” ujar dia.

CEO GAP Richard Dickson

"Tim kami telah melakukan pekerjaan yang luar biasa selama beberapa tahun terakhir, mendiversifikasi jejak manufaktur global kami. Kurang dari 10% produk kami berasal dari Tiongkok,” ujar Dickson.

Ia menuturkan, pihaknya memiliki Asia Tenggara, Amerika Tengah, Eropa, India.

“Kami memiliki berbagai tempat yang berbeda, dengan cara yang telah kami kembangkan dari waktu ke waktu, dan kami terus mengembangkan bahkan pasar baru untuk pengembangan produk,” ujar dia.

Seiring tarif dagang Donald Trump, Dickson  menuturkan, tarif, itu akan datang, tetapi pada akhirnya, tugas perseroan adalah mencari tahu proposisi nilai dan memastikan bahwa menghadirkan produk terbaik kepada konsumen, dengan harga terbaik, dengan eksekusi terbaik."

Read Entire Article
Kaltim | Portal Aceh| | |