PT Toba Pulp Lestari Milik Siapa? Ternyata Didirikan Miliarder Indonesia

Liputan6.com, Jakarta - PT Toba Pulp Lestari milik siapa? perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan kode saham INRU ini kembali menjadi sorotan publik. Perusahaan yang dahulu bernama PT Inti Indorayon Utama Tbk ini merupakan salah satu pemain besar di industri pulp nasional. Berdiri sejak 26 April 1983 di Sumatera Utara, perusahaan ini awalnya memproduksi bubur kertas dan serat rayon berbahan baku eukaliptus.

Mengutip data Bursa Efek Indonesia (BEI), Kamis (4/12/2025), saham INRU pertama kali tercatat di Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya pada 16 Mei 1990. Kode saham tersebut masih digunakan hingga kini setelah keduanya melebur menjadi BEI.

Indorayon sempat menuai kontroversi pada akhir 1990-an. Sebagai bagian dari restrukturisasi, melalui RUPS pada 15 November 2000, nama perusahaan resmi berubah menjadi PT Toba Pulp Lestari Tbk. Aktivitas produksi kembali dijalankan pada 2003 dengan klaim penggunaan teknologi yang lebih ramah lingkungan.

Kini, Toba Pulp Lestari mengusung visi menjadi produsen pulp eukaliptus berkelanjutan yang mampu bersaing di pasar domestik maupun ekspor serta memberikan kebanggaan bagi karyawan.

Secara historis, perusahaan ini didirikan oleh miliarder Indonesia Sukanto Tanoto. Namun struktur pemilikannya terus berubah. Pada 2021, mayoritas saham berada di tangan Pinnacle Company Pte. Ltd., yang telah masuk sebagai pemegang besar sejak 2007.

Memasuki 2025, kepemilikan kembali bergeser. Data terbaru BEI menunjukkan Allied Hill Limited kini menjadi pemegang kendali dengan porsi 92,54%, sementara 7,58% sisanya dimiliki publik. Allied Hill merupakan perusahaan investasi berbasis di Hong Kong dan sepenuhnya dimiliki Everpro Investments Limited.

Everpro sendiri dikuasai oleh Joseph Oetomo, yang sekaligus tercatat sebagai direktur dan pemilik manfaat akhir perseroan.

Di sisi operasional, perusahaan menyatakan komitmen menjalankan kegiatan berbasis sumber daya terbarukan dan pengelolaan hutan berkelanjutan sebagai bagian dari misi keberlanjutan.

Saham INRU sempat bergerak melemah pada perdagangan Rabu, 3 Desember 2025. Pada pukul 11.38 WIB, harganya turun 2,21% ke level Rp 665 per saham, setelah dibuka stagnan di Rp 680. Saham bergerak di rentang Rp 640–Rp 700 dengan nilai transaksi harian mencapai Rp 199,6 juta.

Di tengah sorotan tersebut, perusahaan memberikan penjelasan resmi kepada BEI terkait tuduhan sebagian pihak yang mengaitkan operasional Toba Pulp Lestari dengan bencana ekologi di Sumatera Utara. Melalui surat bernomor 1143/TPL-P/XII/25, manajemen menegaskan penolakan atas tuduhan tersebut.

INRU menyatakan seluruh aktivitas telah sesuai izin dan regulasi pemerintah. Audit Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) periode 2022–2023 juga menyebut perusahaan “TAAT” terhadap aspek lingkungan dan sosial.

Perusahaan menegaskan telah menerapkan penilaian HCV dan HCS di konsesi 167.912 hektare, dengan sekitar 46–48 ribu hektare untuk tanaman eukaliptus. TPL juga menyampaikan sedang menunggu proses evaluasi gubernur dan membuka ruang dialog untuk solusi bersama.