Selat Hormuz Mau Ditutup, Bahlil: Indonesia Harus Siap Naikkan Produksi Minyak

6 hours ago 5

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mengatakan langkah Iran yang melakukan penutupan Selat Hormuz bisa mendorong lonjakan harga minyak dunia dan memicu tekanan besar terhadap Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).

“Ketika Selat Hormuz ditutup, ini akan berdampak kenaikan harga minyak dunia ini berpotensi naik,” kata Bahlil dikutip dari Liputan6 Talks, Selasa (24/6/2025).

Meski saat ini harga minyak belum menyentuh angka USD 80 per barel, Bahlil mengingatkan bahwa asumsi APBN 2025 menggunakan acuan USD 82 per barel. Jika harga minyak naik drastis, maka Indonesia harus bersiap dengan langkah strategis.

“Sekalipun sekarang belum sampai di angka USD80. Karena asumsi APBN kita kan USD82 per barrel. Nah, kalau dia naik, maka kita harus betul-betul meningkatkan lifting kita,” ujarnya.

Menurut Bahlil, selama kondisi ketegangan di Timur Tengah ini tidak berakhir, potensi naiknya harga minyak dunia bisa tinggi. Kendati demikian, ia berharap ketegangan tersebut segera berakhir.

“Tapi kita doainlah. Kita sayangkan sebenarnya ya,” ujarnya.

Lifting Jadi Solusi Hadapi Kenaikan Harga

Saat ditanya soal kemungkinan harga minyak dunia bisa menembus USD 100 hingga USD 150 per barel, Bahlil mengaku kemungkinan itu tetap ada.

“Prediksi itu kan boleh saja. Prediksi itu boleh saja. Kalau kita bicara prediksi, variabel-variabel itu bisa. Bisa mencapai situ. Bisa, variabel-variabelnya. Tapi kita jangan, berdoa jangan sampai ke sana,” katanya.

Untuk mengantisipasi skenario terburuk, Bahlil menekankan pentingnya memperkuat ketahanan energi dalam negeri dengan menggenjot produksi atau lifting minyak nasional.

“Karena itu akan membebadi APBN kita. Tapi oke, katakanlah kalau itu terjadi ya. Maka apa yang harus kita lakukan sekarang? Maka yang harus kita lakukan adalah pertama, mau tidak mau, kita harus melakukan total dalam rangka meningkatkan lifting,” jelasnya.

Produksi Minyak di RI

Ia menjelaskan, Indonesia memiliki sekitar 40 ribu sumur minyak, dengan sekitar 16-17 ribu di antaranya yang masih produktif. Sisanya perlu dioptimalkan agar bisa mendukung peningkatan produksi nasional.

“Maka kita, tahun ini kan di 2024, produksi minyak kita, lifting kita itu 580 ribu barel per day,” ujarnya.

Bahlil juga menyinggung kunjungan Presiden Prabowo Subianto ke Rusia beberapa waktu lalu yang turut membahas kerja sama strategis di sektor minyak dan gas.

Read Entire Article
Kaltim | Portal Aceh| | |