Liputan6.com, Jakarta Tupperware, wadah plastik ikonik asal Amerika Serikat, resmi menutup bisnisnya di Indonesia setelah 33 tahun berkiprah. Keputusan ini diambil setelah induk perusahaan di Amerika Serikat memutuskan untuk mengakhiri perjalanan panjang merek yang pernah begitu populer dan identik dengan kehidupan rumah tangga Indonesia.
Dalam catatan sejarahnya, seperti dirangkum BBC, Tupperware didirikan pada 1946 oleh seorang pria, Earl Tupper, tapi wajah publik perusahaan tersebut adalah seorang perempuan bernama Brownie Wise. Produk Tupper menandai era baru, menggunakan plastik berbeda untuk menjaga makanan segar dalam waktu lebih lama.
Ini merupakan "produk yang sangat berharga saat kulkas masih terlalu mahal bagi banyak orang," sebut BBC. Produk tersebut sempat tidak laku, setidaknya sampai Wise hadir. Ia mulai menyelenggarakan berbagai acara untuk menjual wadah-wadah tersebut, bertemu langsung dengan para ibu rumah tangga dan ibu-ibu yang ingin dijangkau perusahaan.
Pertemuan-pertemuan itu dikatakan lebih banyak membahas sosialisasi daripada bisnis. Gaya inovatif dan angka penjualannya menarik perhatian Tupper, dan Wise dipromosikan ke jajaran eksekutif saat sebagian besar perempuan dikecualikan dari ruang rapat.
Dampak Brownie Wise dan Tupperware masih diperdebatkan oleh para akademisi. Tapi, banyak yang mengatakan bahwa perusahaan tersebut berperan penting dalam membawa perempuan ke dunia kerja di Amerika Serikat pascaperang, dan menyediakan sumber pendapatan bagi perempuan lain di seluruh dunia.
Alison Clarke, profesor sejarah dan teori desain di Universitas Seni Terapan, Wina, dan penulis "Tupperware: The Promise of Plastic in 1950s America" mengatakan, "Saya pikir, warisan (Tupperware) adalah cara menyediakan sumber pekerjaan bagi perempuan yang tidak selalu memiliki akses ke pekerjaan yang fleksibel."
"Saat pertama kali dijual di pesta-pesta di Amerika Serikat, banyak perempuan yang terisolasi di kota-kota pinggiran pascaperang yang jauh dari keluarga mereka. Pesta-pesta Tupperware mengagungkan pekerjaan rumah tangga yang membosankan, dan Anda hanya dapat membelinya jika Anda mengenal seseorang yang menjualnya, jadi itu eksklusif, dan sosial, dan tentang hubungan dengan perempuan lain."
"Saya awalnya berpikir itu adalah konspirasi kapitalis yang eksploitatif terhadap perempuan, kemudian saya bertemu dengan semua perempuan ini, yang memiliki kehidupan yang fantastis karena itu, dan melihat bagaimana bisnis tersebut memberdayakan mereka."