Melihat Pentingnya Investasi China di Indonesia, Terbesar ke-2

4 hours ago 4

Liputan6.com, Jakarta  Wakil Menteri Investasi dan Hilirisasi/Wakil Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Todotua Pasaribu, mengungkapkan bahwa China terus menunjukkan komitmennya sebagai investor strategis di Indonesia, terutama dalam sektor energi hijau, industri otomotif, dan hilirisasi nikel. 

Hal ini disampaikannya usai menghadiri forum bisnis internasional bertajuk Inaugural Global Business Summit on Belt and Road Infrastructure Investment for Better Business Better World and Sustainable Development Goals, Minggu (25/5/2025).

"China atau RRT itu kan adalah negara yang nilai investasinya terbesar dua. Indonesia, di situ juga setelah itu ada Hongkong dan lain-lain," ujar Todotua kepada wartawan.

Dalam forum tersebut, Todotua memaparkan bahwa China telah menjajaki berbagai peluang kerja sama di sejumlah sektor prioritas, termasuk pengembangan kendaraan listrik, energi baru terbarukan (EBT), hingga manufaktur. 

Ia menekankan pentingnya kolaborasi dengan mitra asing, terutama dari China, dalam memanfaatkan potensi energi hijau Indonesia yang mencapai 3.700 gigawatt.

"Kita punya potensi 3.700 gigawatt untuk bicara energy green, tetapi kita butuh partner teknologi dan juga partner investment," tambahnya.

Ketertarikan Kuat Investor China

Todotua juga menyoroti ketertarikan kuat investor China pada sektor hilirisasi nikel yang menjadi tulang punggung strategi industri Indonesia. Ia menyebut 80 hingga 90 persen pemain di sektor ini berasal dari China. Selain itu, industri manufaktur umum dan energi menjadi dua sektor lain yang banyak dilirik oleh investor Tiongkok.

Dalam bidang otomotif, Wamen menjelaskan beberapa merek kendaraan listrik asal China telah masuk ke pasar Indonesia, dengan berbagai pendekatan strategis, seperti pembangunan manufaktur dari awal oleh BYD maupun kolaborasi dengan perusahaan lokal seperti yang dilakukan Aion dengan Indomobil.

Dengan partisipasi lebih dari 60 perusahaan dalam forum tersebut, kehadiran investor China dipandang sebagai dorongan signifikan bagi penguatan ekosistem industri nasional dan akselerasi transisi energi bersih di Indonesia. 

3 Sektor Investasi di Indonesia Bikin China Kepincut, Apa Saja?

Sebelumnya, Wakil Menteri Investasi dan Hilirisasi/Wakil Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Todotua Pasaribu, mengungkapkan tiga sektor utama yang paling menarik minat investor asal China dalam berinvestasi di Indonesia. 

Hal ini disampaikannya usai menghadiri acara Inaugural Global Business Summit on Belt and Road Infrastructure Investment for Better Business Better World and Sustainable Development Goals, Minggu (25/5/2025).

“Top 3-nya yang pasti untuk diprocessing smelter, itu yang number one yang mereka, karena kita di hilirisasi, khususnya kan kita kalau bicara hilirisasi kan yang sukses story itu kan adalah di nickel, komoditi nickel, dan itu boleh kita bilang 80 persenan ke 90 persenan itu playersnya itu datang dari China, itu satu,” ujar Todotua kepada Wartawan.

Ia menambahkan sektor manufaktur menjadi incaran kedua. Menurutnya, kapasitas manufaktur China yang besar serta kebutuhan pasar yang luas membuat Indonesia menjadi lokasi strategis untuk pengembangan industri tersebut.

“Kemudian juga yang kedua trennya itu adalah di Indonesia manufaktur, karena manufakturnya mereka kan besar, populasinya mereka sudah close to 1,5 miliar penduduk, maka advance manufakturnya mereka besar, manufakturnya itu macam-macam, mulai dari sepatu, pakaian, dan lain-lain itu memang lihat market besar disini,” jelasnya.

Sektor Energi

Selain itu, sektor energi juga menjadi perhatian khusus bagi investor asal Negeri Tirai Bambu. Todotua menjelaskan bahwa China memiliki konsumsi energi dalam skala besar, dan kini mulai beralih ke energi hijau suatu arah yang sejalan dengan kebutuhan dan prioritas Indonesia.

“Kemudian berbicara ketiga saya rasa energi, karena energi juga mereka punya pengelolaan energi yang besar, bahkan sebenarnya kalau kamu berbicara kemarin, kami ada ketemu dengan China Energy, konsumsi batubara Cina aja untuk energi mereka pake 4 miliar setahun, artinya mereka masih skala besar ini, tapi menuju kepada energy green, mereka sudah efors duluan, itu yang kita butuh,” kata Todotua.

Dengan potensi kerja sama di sektor hilirisasi mineral, manufaktur, dan energi, hubungan investasi antara Indonesia dan China diproyeksikan akan terus berkembang, terutama dalam mendukung agenda pembangunan berkelanjutan.

Read Entire Article
Kaltim | Portal Aceh| | |