Liputan6.com, Jakarta - LRT Jabodebek mulai melakukan uji coba layanan penitipan barang di Stasiun Halim. Fasilitas ini dihadirkan sebagai alternatif bagi pengguna yang membawa barang berukuran besar pada jam-jam sibuk di pagi hari.
Uji coba layanan penitipan ini tersedia setiap hari mulai pukul 06.00-21.00 WIB, dan dapat dimanfaatkan langsung di loket Stasiun Halim. Barang yang dititipkan dapat disimpan hingga maksimal 2x24 jam.
Apabila tidak diambil dalam jangka waktu tersebut, barang akan menjadi kewenangan pihak stasiun sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Executive Vice President LRT Jabodebek Mochamad Purnomosidi berharap, uji coba layanan penitipan barang di Stasiun Halim mampu menciptakan pengalaman perjalanan yang lebih nyaman bagi seluruh pengguna. Sekaligus mengurangi kepadatan di dalam rangkaian kereta akibat barang bawaan besar.
"Kami melihat potensi kebutuhan akan layanan penitipan barang, khususnya di stasiun yang terhubung dengan moda antarkota seperti Halim. Dengan uji coba layanan ini, kami berharap pengguna bisa lebih nyaman dan leluasa dalam melanjutkan perjalanan menggunakan LRT," ujarnya, Rabu (25/6/2025).
Adapun jenis barang yang dapat dititipkan meliputi koper, tas ransel, dan barang lain yang sejenis dengan berat maksimal 30 kilogram.
Barang yang Dilarang Dititip
Demi alasan keselamatan dan keamanan, pengguna tidak diperkenankan menitipkan barang yang mengandung bahan peledak, mudah terbakar, atau berisiko membahayakan.
Barang-barang berharga seperti perhiasan, uang tunai, dokumen penting, hewan hidup, makanan yang mudah basi atau berbau menyengat, serta barang ilegal yang melanggar hukum juga tidak diperbolehkan.
Barang hanya dapat diambil oleh pemilik atau pihak yang membawa tanda terima penitipan. Jika tanda terima hilang, pengguna wajib menunjukkan identitas resmi dan mengikuti proses verifikasi tambahan yang akan dilakukan oleh petugas.
Alasan Pilih Stasiun Halim
Stasiun Halim dipilih sebagai lokasi uji coba karena memiliki peran strategis dalam jaringan transportasi Jabodebek. Selain terhubung langsung dengan Kereta Cepat Jakarta-Bandung (Whoosh), stasiun ini juga terintegrasi dengan Transjakarta rute 7W (Cawang-Stasiun Halim), dan layanan Damri tujuan Bandara Internasional Soekarno-Hatta.
Karakteristik pengguna di Stasiun Halim pun cukup khas, dengan banyak di antaranya merupakan pengguna lanjutan dari moda antarkota yang membawa barang dalam jumlah besar. Tercatat selama periode Januari hingga Mei 2025, jumlah pengguna di Stasiun Halim mencapai 359.820 orang.
Jadi Feeder MRT dan LRT, Menhub Jajaki Investasi Skytrain dari 3 Negara Ini
Sebelumnya, Menteri Perhubungan (Menhub) Dudy Purwagandhi bakal menjajaki investasi untuk angkutan pengumpan (feeder) pada stasiun MRT Jakarta dan stasiun LRT Jabodebek. Dengan menggunakan skytrain bertipe kereta gantung.
Kereta gantung itu akan jadi angkutan feeder dari Mekarsari ke Stasiun LRT Jabodebek Harjamukti. Lalu menyambungkan kawasan Serpong ke Stasiun MRT Lebak Bulus.
"Dari Mekarsari untuk feeder LRT di Cibubur. Kemudian skytrain untuk MRT yang dari Serpong ke Lebak Bulus," terang Menhub Dudy di Jakarta, dikutip Jumat (9/5/2025).
Menhub menyampaikan, pembangunan skytrain ini bakal mengandalkan investasi. Untuk itu, Kementerian Perhubungan (Kemenhub) dalam waktu dekat akan menggelar pertemuan dengan sejumlah calon investor, seperti Belarusia, Jerman, dan dua perusahaan asal China.
"Rencananya minggu depan ada investor gathering. Kita sedang menawarkan kepada investor mengenai skytrain," imbuh dia.
Untuk pembangunannya, Kemenhub juga telah berkomunikasi dengan Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri). Untuk memanfaatkan aset atau fasilitas umum milik pemerintah daerah (pemda) setempat sebagai lokasi pembangunan tiang skytrain.
Rel di Atas Kereta Gantung
Direktur Jenderal Perkeretaapian Kemenhub Risal Wasal menambahkan, skytrain ini nantinya memiliki tipe seperti kereta gantung. Tapi bukan digantung di atas kabel, melainkan dengan menaruh rel di atas kereta.
"Kereta gantung berpenggerak. Relnya di atas, tapi bukan cable," ujar Risal.
Pembangunan tipe itu dipilih lantaran secara biaya konstruksi cenderung lebih hemat. "Biaya operasinya lebih murah, dan biaya pembangunannya per km pun lebih murah, tergantung jumlah stasiun dan jumlah kereta," bebernya.
Tunggu Investasi 3 Negara
Eksekusinya kini tengah menunggu kepastian investasi yang tengah dijajaki kepada tiga negara, yakni Belarusia, Jerman dan China.
"Artinya kita tawarkan, silakan berinvestasi membangun kereta gantung perkotaan. Ada Belarusia, Jerman dan China. China ada dua perusahaan," ujar Risal.
Secara masterplan, skytrain feeder untuk LRT Jabodebek nantinya akan tersambung hingga ke Kabupaten Bogor, sementara untuk MRT Jakarta ke Kabupaten Tangerang. "Yang satu dari Mekarsari ke Harjamukti, yang satu dari ICE BSD sampai ke MRT Lebak Bulus," tandasnya.