Harga Minyak Dunia Hari Ini 24 Juni 2025 Tergelincir, Apa Penyebabnya?

4 hours ago 3

Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak dunia melanjutkan koreksi pada perdagangan Selasa, (24/6/2025) di perdagangan Asia. Koreksi harga minyak dunia hari ini terjadi setelah serangan rudal Iran di pangkalan udara Amerika Serikat (AS) di Qatar tidak menimbulkan korban jiwa, meningkatkan harapan investor mungkin ada jalan untuk meredakan konflik di Timur Tengah.

Mengutip CNBC, harga minyak mentah AS melemah 2,85% ke posisi USD 66,57 per barel. Sedangkan harga minyak Brent susut 2,77% menjadi USD 69,50 per barel. Harga minyak sekarang berada di level di bawah pada 13 Juni saat Israel menyerang Iran.

Iran melancarkan serangan rudal di Pangkalan Udara Al-Udeid di Qatar sebagai balasan atas serangan AS di situs nuklir terpentingnya selama akhir pekan, menurut NBC News dari TV pemerintah Iran.

Qatar mengonfirmasi serangan Iran tidak menimbulkan korban jiwa, menurut juru bicara Kementerian Luar Negeri Qatar. Selain itu, pertahanan udara Qatar juga mencegat rudal Iran.

Adapun harga minyak mentah melonjak Minggu malam setelah AS bergabung dengan kampanye Israel melawan Iran. Harga minyak Brent naik lebih dari 5% hingga menembus USD 81 sebelum turun. Harga minyak West Texas Intermediate (WTI) mencapai level tertinggi sejak Januari sebelum turun lagi.

Investor Yakin Konflik Bakal Mereda

Menteri Energi Chris Wright menuturkan, penjualan minyak mentah di pasar minyak menunjukkan investor yakin konflik akan mereda setelah Presiden AS Donald Trump menyerang Iran selama akhir pekan.

Sementara itu, Head of Global Commodity RBC Capital Markets, Helima Croft menuturkan, ada sebagian pasar yakin Ttump telah berhasil menekan ketegangan.

"Pada dasarnya, strategi perdamaian melalui kekuatan. Jika kita tidak mendapatkan apapun lagi dari Iran, Presiden Trump akan menang besar dalam hal ini,” ujar dia.

Trump mengapresiasi kepada Iran dalam sebuah unggahan media sosial. Hal ini karena Iran telah memberitahu awal tentang serangan itu yang memungkinkan tidak ada korban.

Presiden Trump meminta Iran untuk bergerak menuju perdamaian dan mendorong Israel untuk melakukan hal yang sama.

Pasar minyak tampaknya telah menghindari skenario terburuk saat ini yakni saat Iran berupaya menutup Selat Hormuz. Sekitar 20 juta barel minyak mentah per hari, atau 20% dari konsumsi global, mengalir melalui selat itu pada 2024, menurut Badan Informasi Energi atau the Energy Information Administration.

Kekhawatiran di Selat Hormuz

Media pemerintah Iran melaporkan pada Minggu, parlemen Iran telah mendukung penutupan selat itu. Namun, keputusan akhir untuk menutup selat itu berada di tangan dewan keamanan nasional Iran, menurut menurut laporan itu.

Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio telah memperingatkan Iran agar tidak berupaya menutup selat itu. “Itu akan menjadi bunuh diri ekonomi bagi Iran karena ekspor mereka melewati Selat Hormuz itu,” ujar Rubio.

"Kami masih memiliki opsi untuk mengatasinya,” Rubio menambahkan.

"Itu akan lebih merugikan ekonomi negara lain daripada ekonomi kami. Saya pikir, itu akan menjadi eskalasi besar-besaran yang akan membutuhkan respons, tidak hanya dari kami, tetapi juga dari negara lain,” ia menambahkan.

Berdasarkan data Kpler, Iran mengekspor 1,84 juta barel per hari bulan lalu, dengan sebagian besar dijual ke China. Adapun menurut laporan pasar minyak bulanan OPEC yang dirilis pada Juni, Iran memproduksi 3,3 juta barel per hari pada Mei.

Rubio meminta China memakai pengaruhnya untuk mencegah Teheran menutup selat itu. Sekitar setengah dari impor minyak mentah China melalui perairan berasal dari Teluk Persia, menurut Kpler.

“Saya mendorong pemerintah China di Beijing untuk menghubungi mereka tentang hal itu karena mereka sangat bergantung pada Selat Hormuz untuk minyak mereka,” kata Rubio.

Read Entire Article
Kaltim | Portal Aceh| | |