ARTIFICIAL Intelegen (AI) telah berkembang begitu cepat dan hebat. Kini bukan lagi sekadar tren, hype, atau berita besar, melainkan kebutuhan yang tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari.
Transformasi ini juga terlihat di dunia bisnis. Berdasarkan laporan Asia Pacific (APAC) AI Outlook 2025, hampir 60% organisasi di Asia Pasifik, termasuk Indonesia, beralih dari eksperimen awal ke strategi AI yang lebih terarah dan merasakan manfaat nyata dari investasi mereka di bidang AI.
Salah satu presiden direktur perusahaan teknologi, Roy Kosasih, mengatakan perusahaan yang menggunakan AI pasti akan lebih maju dan kompetitif dibandingkan yang tidak, karena AI mempermudah efisiensi kerja.
“Mereka pasti akan menggunakan AI. Pertanyaannya di bagian urusannya di mana, banyak yang sekarang ini melakukan adalah ke satu di bagian legal, misalkan untuk bagaimana mencari dokumen secara cepat, kontrak-kontrak, dan seterusnya.” ujar Roy dalam acara Media Briefing bertema “Tren AI di Tahun 2025” yang diadakan IBM Indonesia, Jakarta Pusat, Rabu (4/12).
Roy mengatakan perusahaan berinvestasi dalam AI, karena kemampuan AI untuk meningkatkan otonomi dalam tugas. Seperti mempercepat pengambilan keputusan, mendukung kolaborasi tim, dan memberikan kemampuan beradaptasi yang memastikan sistem terus berkembang.
Perusahaan mulai berpikir tentang area mana dalam bisnis mereka yang dapat dioptimalkan dengan AI. Bagaimana penerapannya dapat memberikan hasil yang nyata.
“Sekarang kita sudah nggak bicara mengenai, eh gue mau pakai AI nggak sih, ini perusahaan gue. Sekarang sudah bagaimana, gue mau menerapkannya di mana nih? Dan hasilnya seperti apa? Jadi mereka sudah mulai melihat ROI-nya seperti apa dengan penerapan AI.”
Roy juga mengingatkan perusahaan menghadapi dua risiko, yaitu bias algoritma dan halusinasi, yang dapat diminimalkan dengan tools yang tepat. Sementara governance yang baik penting untuk mengurangi risiko tersebut dan memastikan penerapan AI yang aman.
Tidak hanya perusahaan, startup pun mengadopsi AI dan menelusuri kontak teknologi. Tak heran, akhirnya AI muncul dengan model-model open source yang lebih spesifik.
“Sehingga hasilnya pun bisa menjadi jauh lebih akurat. Model-model yang lebih spesifik, yang lebih kecil fokusnya, itu yang saat ini sudah menjadi tren ke depannya.”
Pada 2025, Yos memperkirakan akan ada banyak perusahaan di berbagai yang mengandalkan AI, seperti:
- Manufaktur: Di Indonesia, AI diharapkan dapat meningkatkan efisiensi produksi dan kualitas produk.
- Finansial/Keuangan: AI akan semakin penting dalam analisis data, deteksi penipuan, dan personalisasi layanan keuangan.
- Logistik: Mengingat Indonesia adalah negara kepulauan, AI akan membantu mengatasi tantangan logistik dengan mengoptimalkan rute, prediksi kebutuhan, dan manajemen gudang.
- Kesehatan: AI akan terus berkembang dalam hal diagnosis penyakit, telemedicine, dan pengelolaan data pasien.
Dampaknya Pada Karyawan Perusahaan
Menurut Roy saat satu perusahaan menggunakan AI, dia akan lebih maju. Tidak hanya itu penjualan yang terus habis di pasaran membuat mereka membutuhkan tambahan shift lagi.
Roy menjelaskan satu pekerjaan yang tadinya bisa dilakukan 10 orang, sekarang hanya bisa dilakukan 2 orang. Lalu, 8 orang lainnya akan dialokasikan untuk pekerjaan lain, karena perusahaan secara operasional sudah berlipat ganda.
“Tentu pengurangan mungkin terjadi di satu bagian, tapi akan diposisikan di bagian lain,” ujarnya.
Karena AI terus berkembang, Roy menyarankan memanfaatkan waktu luang untuk belajar. Dengan demikian, ketika perusahaan membutuhkan AI, karyawan akan siap.
“Jadi memang benar akan ada pengurangan, namun akan dialokasikan dan akan membuka kesempatan-kesempatan baru buat kita, sehingga kita akan bisa jauh lebih berkembang ke depannya,” ungkapnya. (Z-3)