Total Knee Replacement (TKR), Solusi Efektif untuk Osteoartritis

17 hours ago 2
Total Knee Replacement (TKR), Solusi Efektif untuk Osteoartritis Ilustrasi(Freepik)

OSTEOARTRITIS (OA) pada lutut merupakan salah satu kondisi yang sering menganggu aktivitas sehari-hari, terutama pada pasien lanjut usia. Saat gejala seperti nyeri kronis, keterbatasan gerakan, dan penurunan kualitas hidup tidak dapat lagi diatasi dengan pengobatan konservatif, Total Knee Replacement (TKR) atau penggantian sendi lutut total dapat menjadi solusi yang efektif. Hal itu dikatakan dokter spesialis ortopedi RS Siloam Mampang Prof Andri Lubis.

Prof Andri menjelaskan TKR adalah prosedur bedah yang menggantikan sendi lutut yang rusak akibat osteoartritis dengan protesa atau implan buatan. 

"Tujuan utama dari prosedur ini adalah untuk mengurangi rasa sakit akibat kerusakan sendi dan meningkatkan fungsi lutut, sehingga pasien dapat kembali menjalani aktivitas sehari-hari," ujar Andri. 

Prosedur ini, lanjutnya, sering direkomendasikan ketika pengobatan konservatif seperti obat-obatan, fisioterapi, atau injeksi, sudah tidak lagi memberikan hasil yang efektif.

MI/HO--Dokter spesialis ortopedi RS Siloam Mampang Prof Andri Lubis.

Andri menjelaskan, ”TKR merupakan opsi terakhir bagi pasien osteoartritis yang gejalanya sudah parah dan tidak dapat lagi diatasi dengan obat-obatan atau terapi fisik.” 

Prosedur ini terutama disarankan bagi pasien di atas usia 65 tahun, karena mereka sering kali mengalami penurunan kualitas hidup yang signifikan akibat nyeri lutut kronis. 

Pada pasien yang lebih muda, TKR sering dianggap sebagai pilihan terakhir mengingat risiko kegagalan implan dalam jangka panjang, yang dapat mengharuskan prosedur penggantian ulang.

Kapan TKR Menjadi Pilihan?

Meskipun TKR terbukti sangat efektif, prosedur ini umumnya dilakukan hanya pada pasien dengan gejala osteoartritis yang sudah sangat parah dan mengganggu aktivitas sehari-hari. 

Biasanya, ungkap Andri, pasien yang mengalami nyeri kronis yang tidak dapat diatasi dengan obat-obatan serta gangguan gerakan yang signifikan menjadi kandidat utama untuk menjalani prosedur ini. 

"TKR juga sangat direkomendasikan bagi pasien yang kualitas hidupnya telah menurun drastis, dan berbagai terapi konservatif tidak lagi memberikan hasil yang memadai," kata Andri.

Namun, Andri menekankan pada pasien yang lebih muda, yakni di bawah 65 tahun, TKR bukanlah pilihan pertama. 

”Pada pasien di bawah usia 65 tahun, TKR adalah pilihan terakhir, mengingat risiko jangka panjang dan kemungkinan perlu dilakukan prosedur ulang setelah beberapa tahun,” jelasnya. 

Pasien yang lebih muda memiliki harapan hidup yang lebih panjang, sehingga implan lutut yang dipasang melalui TKR mungkin perlu diganti lebih awal. Oleh karena itu, pendekatan nonbedah atau prosedur alternatif sering kali dicoba terlebih dahulu pada kelompok usia ini.

Keuntungan TKR 

Salah satu keuntungan utama dari TKRadalah peningkatan kualitas hidup pasien setelah prosedur ini. Pasien yang sebelumnya kesulitan berjalan, beraktivitas, bahkan melakukan pekerjaan rumah tangga, sering kali melaporkan perbaikan signifikan setelah operasi. 

Menurut Andri, TKR membantu mengurangi rasa sakit yang hebat dan memberi pasien kesempatan untuk bergerak lebih bebas, bahkan kembali berolahraga atau menjalani aktivitas sehari-hari dengan lebih nyaman.

”Setelah operasi, sebagian besar pasien melaporkan penurunan rasa sakit, serta kemampuan untuk kembali melakukan aktivitas yang sebelumnya tidak bisa dilakukan karena rasa sakit,” ungkapnya. 

Keuntungan lainnya adalah peningkatan fungsi lutut, yang memungkinkan pasien kembali bekerja dan berinteraksi sosial tanpa rasa sakit yang menganggu. 

"Meskipun pemulihan membutuhkan waktu dan fisioterapi intensif, sebagian besar pasien merasa puas dengan hasilnya dalam jangka panjang," tutur Andri.

Anestesi dalam Prosedur TKR

Salah satu elemen penting yang harus dipertimbangkan dalam prosedur TKR adalah jenis anestesi yang digunakan. Anestesi spinal atau epidural sering dipilih karena kemampuannya untuk memberikan kenyamanan lebih bagi pasien selama dan setelah operasi. 

Jenis anestesi ini memungkinkan pasien tetap sadar selama prosedur namun tanpa merasakan nyeri, sementara obat-obatan penghilang rasa sakit terus disalurkan ke tubuh secara berkelanjutan.

”Anestesi spinal epidural memastikan obat-obatan dapat terus masuk ke tubuh secara berkelanjutan, yang membantu mengurangi rasa sakit pascaoperasi dan meningkatkan kenyamanan pasien,” jelas Andri. 

Pendekatan anestesi ini sangat menguntungkan bagi pasien yang khawatir dengan rasa sakit setelah operasi. Selain itu, menggunakan anestesi jenis ini mengurangi risiko komplikasi terkait anestesi umum, seperti gangguan pernapasan.

Risiko dan Pencegahan

Setiap prosedur bedah, termasuk TKR, tentu membawa risiko. Risiko utama yang perlu diwaspadai adalah infeksi dan masalah terkait pembekuan darah, seperti Deep Vein Thrombosis (DVT) dan emboli paru. 

Oleh karena itu, sangat penting untuk memastikan bahwa ruang operasi dalam kondisi steril dan bahwa pasien mengikuti protokol pencegahan yang ketat.

Untuk meminimalkan risiko infeksi dan komplikasi lainnya, pasien harus menjaga kebersihan dengan seksama sebelum operasi. 

Selain itu, pemantauan pascaoperasi yang ketat juga diperlukan untuk mengurangi kemungkinan pembekuan darah. 

”Kami berupaya meminimalkan risiko tersebut dengan berbagai langkah pencegahan yang ketat, baik selama prosedur maupun setelahnya,” tegas Andri.

Peran Fisioterapi dalam Pemulihan

Pemulihan setelah TKR sangat bergantung pada fisioterapi yang dilakukan selama beberapa bulan pertamapasca operasi. Fisioterapi bertujuan untuk mengembalikan kekuatan otot dan mobilitas lutut yang telah terganggu akibat osteoartritis atau prosedur itu sendiri. 

Pemulihan yang cepat dan efektif sangat bergantung pada komitmen pasien untuk mengikuti program rehabilitasi.

Menurut Andri, ”Fisioterapi pada bulan pertama sangat penting untuk mempercepat pemulihan. Rata-rata, pasien membutuhkan waktu hingga tiga bulan untuk kembali ke aktivitas normal.” 

Fisioterapi pascaoperasi juga mencakup latihan untuk memperkuat otot-otot sekitar lutut dan meningkatkan kelenturan sendi, sehingga pasien dapat kembali bergerak dengan lebih lancar dan tanpa rasa sakit.

Pengaruh Berat Badan dan Aktivitas Fisik

Kerusakan sendi lutut akibat osteoartritis dapat diperburuk oleh faktor eksternal seperti kelebihan berat badan dan aktivitas fisik yang memberikan dampak tinggi pada lutut. 

Oleh karena itu, menjaga berat badan yang sehat sangat penting untuk memperlambat perkembangan osteoartritis serta mencegah kerusakan lebih lanjut pada sendi lutut. Aktivitas fisik yang berisiko tinggi, seperti olahraga dengan dampak tinggi, juga dapat memperburuk kondisi lutut.

”Kerusakan pada sendi lutut sering kali dipercepat oleh kelebihan berat badan  atau aktivitas yang memberikan tekanan tinggi pada lutut. Oleh karena itu, pengelolaan berat badan sangat penting dalam pencegahan osteoartritis,” papar Andri. 

Menghindari kegiatan yang memberi beban berlebih pada lutut, serta menjaga berat badan ideal, adalah langkah-langkah preventif yang sangat disarankan bagi pasien yang ingin mengurangi risiko osteoartritis.

TKR adalah solusi yang efektif untuk pasien dengan osteoartritis lutut yang gejalanya sudah mengganggu kualitas hidup secara signifikan. Meskipun prosedur ini membawa risiko, dengan persiapan yang matang, pemantauan pascaoperasi yang hati-hati, dan rehabilitasi yang tepat, TKR dapat memberikan perbaikan yang signifikan dalam kualitas hidup pasien. 

”Keberhasilan TKR tidak hanya tergantung pada prosedur bedah itu sendiri, tetapi juga pada pemulihan dan komitmen pasien untuk menjaga kebersihan, berat badan yang sehat, serta menjalani fisioterapi,” tutup Andri. (Z-1)

Read Entire Article
Kaltim | Portal Aceh| | |