KABAR duka datang dari Vatikan. Kardinal Miguel Angel Ayuso Guixot meninggal dunia, Senin (25/11) pukul 15.00 sore hari waktu setempat. Kardinal kelahiran Sevilla, Spanyol ini wafat di usia 72 tahun.
Berdasarkan keterangan pers yang diterima Media Indonesia, Presiden Dikasteri Dialog Antaragama Tahta Suci Vatikan sejak tahun 2018 ini awalnya direncanakan hadir dalam pertemuan delegasi agama dengan berbagai negara, termasuk Indonesia. Namun, Kardinal Ayuso batal hadir lantaran dalam kondisi kritis.
“Paus Fransiskus telah memberi tahu alasan ketidakhadiran Kardinal Ayuso kepada para hadirin. Katanya, beliau sedang sekarat dan memohon doa baginya. Sore harinya, Kardinal Ayuso menghembuskan napas terakhir dan kembali kepada Sang Pencipta,” ujar Romo Markus Solo Kewuta selaku Sekretaris Dewan Kepausan untuk Hubungan Antar Agama, Selasa (26/11).
Romo Markus juga menyampaikan, beberapa tahun yang lalu Kardinal Ayuso sempat mendapat serangan jantung dalam sebuah kesempatan liburan di Spanyol. Saat itu, Kardinal Ayuso langsung mendapat penanganan medis yang tepat dan berhasil diselamatkan.
“Kerja jantungnya naik turun hingga mendapat masalah dengan paru-paru serta komplikasi lainnya hingga merengut banyak tenaga hingga meninggal dunia tadi sore di RS Gemelli, Roma,” tandasnya.
Lebih lanjut, kata Romo Markus, jenazah Kardinal Ayuso akan dihantar ke Vatikan dan disemayamkan di Basilika Santo Stephanus, belakang Basilika Santo Petrus, Vatikan. Rencananya, Kardinal Ayuso akan dibawa ke kota kelahirannya Sevilla, Spanyol dan dimakamkan di sana.
Tokoh di Balik Dokumen Abi Dhabi
Diketahui, Kardinal Ayuso merupakan misionaris Comboni yang juga pakar Islam. Tokoh agama asal Andalusia dan lahir tahun 1952 ini juga aktif berpartisipasi dalam persiapan, peluncuran, hingga penyebaran atau sosialisasi dokumen “Persaudaraan Manusia untuk Perdamaian Dunia dan Kehidupan Bersama” (Human Fraternity for World Peace and Living Together) yang ditandantangnai oleh Paus Fransiskus dan Grand Imam Al-Azhar, Dr. Ahmad al-Tayyib pada 4 Februari 2019 silam. Oleh karena posisinya yang sangat menentukan di dalam Komisi Tinggi Human Fraternity, Kardinal Ayuso dianugerahi Doktor Honoris Causa pada bulan Februari 2023 oleh UIN Sunan Kalijaga.
Berdasarkan artikel Media Indonesia pada 12 Februari 2023 lalu, Kardinal Ayuso diketahui juga menaruh perhatian terhadap keunikan Islam di Indonesia, yang dinilainya berbeda dengan cara dan praktik Islam, tradisi Islam, serta budaya Islam di Timur Tengah. Oleh karena itu, Kardinal Ayuso tidak hanya sekadar menerima award, namun juga goes to grass root dalam rangka membangun dialog hubungan antaragama dan kepercayaan. Saat ke Indonesia, Kardinal Ayuso juga mengunjungi Ponpes Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama, serta ke Gereja Katolik Ganjuran di Bantul.
Kardinal Ayuso dan Padre Marco saat menerima kunjungan Delegasi PWKI ke Vatikan di kantornya, Selasa 15 November 2022. (Dok. PWKI)
Di kesempatan yang berbeda, saat menerima audiensi dengan Delegasi Paguyuban Wartawan Katolik Indonesia (PWKI) di kantornya, 15 November 2022 lalu, Kardinal Ayuso juga menyampaikan bahwa Dokumen Human Fraternity menjadi cara untuk kembali menghidupkan budaya pertemuan atau dialog. Terlebih, saat ini dunia sedang “sakit” akibat terpecah belah karena ulah manusia yang beragresi untuk berebut kekuasaan. Ia berharap dengan Dokumen Human Fraternity yang mempromosikan budaya dialog bisa menjadi "obat penawarnya".
Pihaknya juga menilai Indonesia punya pengalaman nyata dalam menghidupi budaya dialog, yakni dengan adanya Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika. Menurut dia, keduanya merupakan sejarah perjalanan panjang eksistensi Bangsa Indonesia yang harus terus dipertahankan, dikembangkan, dan diterapkan secara nyata untuk membangkitkan spirit atau roh persaudaraan antarumat manusia.
“Spirit atau roh bersaudara itulah yang harus dimiliki dan dikembangkan dalam diri kita. Sikap kepedulian satu sama lain. Itu kata-kata yang kelihatan sederhana tapi bermanfaat bagi orang lain,” tutur Kardinal Ayuso, Selasa (15/11/22) lalu.
Untuk diketahui, Dokumen Human Fraternity itu masih merupakan platform terpenting bagi dialog Katolik-Islam hingga saat ini. Setelah itu, lahirlah Dokumen Deklarasi Istiqlal 2024 yang ditandatangani oleh Paus Fransiskus dan imam besar Masjid Istiqlal, Dr. Narasuddin Umar.
Arsitek Terobosan di Abu Dhabi
Pada tahun 2012, Paus Benediktus XVI mendatangkan Miguel Ayuso dari Institut Kepausan untuk Studi Arab dan Islam (Pisai) sebagai sekretaris Dewan Kepausan untuk Dialog Antaragama. Setelah itu, di tahun 2016, Paus Fransiskus menahbiskan beliau sebagai uskup.
Hingga tahun 2019, Paus Fransiskus mengangkat Uskup Ayuso sebagai Kardinal dan sekaligus menjadi Presiden Dewan Kepausan untuk Dialog antar Umat Beragama. Kardinal Ayuso menggantikan mendiang Kardinal Prancis Jean-Louis Tauran dalam jabatan ini.
Pada bulan Juli 2022, Paus Fransiskus mengubah nama Dewan Kepausan menjadi Dikasterium melalui Konstitusi Apostolik "Praedicate Evangelium". Dikasterium tetap berada di bawah kepemimpinan Kardinal Miguel Ayuso hingga hari wafatnya. (RO/Nov)