PETANI di kawasan Kecamatan Delima, Kabupaten Pidie, Provinsi Aceh, Selasa (26/11), sibuk mempercepat pengolahan tanah sawah. Tujuannya tidak lain adalah supaya bisa segera menanam padi musim rendengan (musim tanam tahap pertama) kali ini.
Tiga hari lalu ratusan hektare (ha) lahan sawah setempat terendam banjir besar setelah diguyur hujan lebat dan luapan arus sungai. Itu sebabnya puluhan hektare sawah baru ditanami satu hingga tujuh hari dan benih di persemaian ikut terendam air.
Petani ingin memacu percepatan tanam padi untuk menghindari rendaman banjir yang sering terjadi sepekan terakhir. Apalagi bibit padi di persemaian sudah cukup umur dan meninggi.
Amatan Media Indonesia, Selasa (26/11), di kawasan Desa Lhee Meunasah dan Desa Pulo Tunong, Kemukiman Gampong Aree misalnya, petani sibuk mengolah tanah serta mempersiapkan lahan untuk persiapan tanam. Mereka khawatir bila hujan terus turun, hampir dipastilan akan terjadi luapan Sungai Krueng Teungku Chik Di Reubee dan Sungai Krueng Tiro.
"Kalau hujan terus terjadi, kami khawatir fenomena banjir akan datang lagi. Kondisi ini akan semakin sulit," tutur Muhammad Ali, 60, tokoh petani di Kecamatan Delima, pada Selasa (25/11).
Petani berharap dengan cepat selesai menanam, paling kurang bibit di persemaian sudah terselamatkan, yaitu tidak usang menua. Lalu setelah ditanami berumur sepekan biasanya tanaman sudah keluar akar baru dan semakin kuat terhadap gangguan.
"Kalau usang di tempat persemaian tentu sulit pemulihan saat ditanam. Lalu cepat membusuk kalau terendam banjir," tutur petani lainnya.
Berdasarkan catatan Media Indonesia, di kawasan Kecamatan Delima, pada Sabtu akhir pekan lalu, ratusan hektare lahan sawah baru ditanami 1 hingga 7 hari sudah terendam banjir. Kondisi ini semakin diperparah setelah hujan deras dan luapan Sungai Krueng Teungku Chik Di Reubee sebelah barat dan Sungai Krueng Baro sebelah timur persawahan kembali melanda kawasan itu. (MR/J-3)