SANTRI kelas 9 pondok pesantren di Kabupaten Bantaeng, Sulawesi Selatan, ditemukan tewas gantung diri dalam kamar asramanya, Sabtu (23/11). Setelah otopsi ditemukan korban mengalami kekerasan seksual.
Hal itu diketahui, setelah pihak keluarga korban, yang merasa curiga anaknya yang mengenyam pendidikan di Madrasah tul Qur’an Hasyim Asyari yang berlokasi di Lingkungan Tanetea, Desa Mipa-Mipa, Pajukukang Kecamatan Bantaeng, Kabupaten Bantaeng, dilaporkan diri.
Mewakili keluarga, paman korban bernama Amiruddin mengatakan, saat setelah korban ditemukan, dan orangtua tiba di lokasi, tidak ada satu pun pembina yang mendampingi dan menginfokan kejadian, hanya sekedar menyampaikan jika gantung diri.
"Tapi karena melihat kondisi jenazah yang agak aneh, maka keluarga melaporkan kejadian tersebut ke pihak kepolisian, dan meminta dilakukan proses autopsi," ucapnya.
Tim Forensik Biddokkes Polda Sulsel pun melakukan autopsi pada Minggu (24/11), disaksikan keluarga yang tidak bisa menahan kesedihan lantaran FR adalah anak bungsu dari dua bersaudara.
Dokter Forensik Biddokkes Polda Sulsel, Denny Mathius, juga membenarkan bahwa setelah melakukan serangkaian pemeriksaan pada jenazah, di tubuh korban ditemukan sejumlah tanda tanda kekerasan serta diduga adanya tindakan kekerasan seksual pada korban.
"Yang pasti ada beberapa temuan dan kami duga tanda-tanda kekerasan. Ada dugaan pelecahan seksual. Tapi kami tetap melakukan pemeriksaan sesuai dengan prosedur kami," ungkap Denny.
Hasil autopsi telah diserahkan ke pihak Polres Bantaeng demi kepentingan penyelidikan. "Fakta-fakta, beberapa temuan-temuan, kami sudah sampaikan ke penyidik. Dari temuan awal, penyidik nanti akan sinkronkan dengan apa yang kami temukan pada autopsi itu," tandasnya.
Sayangnya, hingga, Senin (25/11) pihak pondok pesantren belum memberikan keterangan terkait penyebab kematian korban. Aparat kepolisian juga belum memberikan keterangan resmi terkait hasil autopsi dan perkembangan penyelidikan terkait saksi yang telah diperiksa.
Ponpes hingga juga masih dijaga ketat polisi mengantisipasi amukan keluarga korban. (LN/J-3)