NUANSA Belanda langsung terasa saat memasuki Cafe Batavia di kawasan Kota Tua Jakarta. Restoran yang terletak di salah satu gedung bersejarah peninggalan Belanda tahun 1805 itu mengalami modifikasi tanpa meninggalkan esensinya.
Tak heran autentifikasi itu membawa daya tarik tersendiri bagi wisatawan lokal dan asing. Tidak hanya tampilan restoran, hidangan yang disajikan merupakan makanan tradisional yang dimodifikasi tanpa kehilangan esensinya.
Salah satu hidangan andalan mereka adalah nasi goreng roa, yang berhasil meraih medali emas di ajang Salon Culinary di Kemayoran tahun 2019. Jessica Pandy, penerus Cafe Batavia, menjelaskan pentingnya menjaga keseimbangan antara tradisi dan inovasi.
“Kami selalu berusaha menjaga elemen tradisional di setiap hidangan, tetapi dengan sentuhan modern yang membuatnya lebih relatable bagi semua orang,” paparnya.
Sentuhan modern yang disajikan pada nasi goreng roa asal Sulawesi Utara. Pada penyajiannya, tampak buih-buih yang memberikan kesan laut. Tampilan itu guna memberikan kesan laut asal ikan roa.
“Kami ingin orang-orang tidak hanya menikmati rasa, tetapi juga merasakan cerita di balik makanan tersebut,” ujar Jessica.
Tidak hanya tampilan, Jessica mengaku menyesuaikan selera masyarakat. Misalnya rendang yang biasanya sangat pedas, disesuaikan dengan permintaan pasar.
“Menu yang disajikan harus menyesuaikan dengan selera konsumen. Misalnya, rendang yang biasanya sangat pedas bisa dimodifikasi agar tidak terlalu pedas, sehingga turis asing juga dapat menikmatinya tanpa kehilangan rasa khasnya,” ujar Jessica, Selasa (3/12).
Semakin memperkuat nuansa Indonesia, para pelayan menggunakan kebaya dan pakaian adat. “Kadang-kadang para pelayan mengenakan kebaya, meskipun biasanya memakai seragam khusus. Ini adalah salah satu cara untuk melestarikan budaya sekaligus menjadi daya tarik tambahan bagi restoran,” tambah Jessica.
Merayakan ulang tahun ke-31, Cafe Batavia menampilkan acara makan malam khas daerah dan tarian budaya. Perayaan itu untuk memperkenalkan kekayaan budaya Indonesia kepada para tamu, terutama turis asing yang hadir.
“Kami ingin memperlihatkan kepada dunia bahwa Indonesia bukan hanya kaya akan kuliner, tetapi juga seni dan tradisi. Melalui acara ini, kami berharap pengunjung dapat merasakan keindahan budaya kita,” ungkap Jessica.
Meskipun dihadiri turis asing acara ini menampilkan berbagai tarian tradisional, seperti Tari Saman dari Aceh dan Jaipong dari Jawa Barat. Para pegawai restoran juga turut memeriahkan acara dengan menampilkan Tari Wonderful Indonesia sambil mengenakan pakaian adat dari berbagai daerah. (Z-3)