MENJADI guru global berkualitas harus paham pendidikan. Pendidikan global menawarkan layanan suatu perkampungan global tempat manusia dihubungkan, baik suku, bangsa, maupun batas negara tidak menjadi penghalang. Dikumandangkan peringatan Hari Pahlawan pada 10 November dan Hari Guru pada 25 November wajib menjadi refleksi untuk mengingat profesi guru.
Mengingat peran guru berkualitas, guru tak ubahnya pelopor berkemajuan. Karenanya, Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) Abdul Mu'ti meluncurkan November sebagai Bulan Guru Nasional. Guru Hebat, Indonesia Kuat. Guru yang menggembirakan dan meyakini akan potensi dirinya bagi perkembangan yang mencerahkan di masa depan.
Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen menempatkan guru sebagai tenaga profesional yang muaranya meningkatkan mutu pendidikan nasional. Pendidikan merupakan salah satu modal untuk terjuan ke era globalisasi. Kesadaran guru global berkualitas merupakan salah satu yang akan membekali kita dalam memasuki era globalisasi (Suradi, 114-15).
Menurut penulis, setidaknya ada empat kompetensi guru yang harus terus dibangun bersama-sama untuk mewujudkan guru berkualitas dan berkemajuan, yaitu kompetensi kepribadian, kompetensi pedagogik, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional. Guru membutuhkan pengetahuan akademik dan terapan agar bisa menghubungkan keterampilan dan pengetahuan yang dapat lebih adaptif dan kreatif, serta mampu mentransformasikan semua elemen sebagai pengalaman berharga (Zubaidah 2016, 2-5).
Beban kinerja guru sangat tinggi. Wajar guru harus memiliki keterampilan berpikir kritis. Keterampilan berpikir kritis yang mencakup kemampuan mengakses, menganalisis, menyintesis informasi yang dapat dilatihkan, dibelajarkan dan dikuasai (Ayu 2019, 79). Sejalan dengan wacana Abdul Mu'ti untuk mengawal implementasi, bagaimana visi Presiden Prabowo Subianto dalam membangun sumber daya manusia unggul melalui Pendidikan.
Pemerintahan Presiden Prabowo berkomitmen menyelenggarakan program Wajib Belajar 13 tahun yang dimulai dengan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) hingga pendidikan menengah. Karena itu, guru berkualitas dan berkemajuan harus paham kode etik profesi.
Secara etimologi profesi dari kata profession yang berarti pekerjaan. Profesional berarti orang yang ahli. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, istilah profesionalisasi merupakan profesi dalam bidang pekerjaan yang dilandasi pendidikan keahlian.
Dalam rancangan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 42 dinyatakan, "Setiap tenaga kependidikan berkewajiban untuk: (1) menciptakan suasana Pendidikan yang bermakna, menyenangkan, kreatif, dinamis dan dialogis, (2) mempunyai komitmen profesional untuk meningkatkan mutu pendidikan, dan (3) memberi teladan dan menjaga nama baik Lembaga, profesi, dan kedudukan sesuai dengan kepercayaan yang diberikan kepadanya."
Guru berkemajuan ialah sosok guru yang memberikan bekal kepada peserta didik dalam hal kognitif (pengetahuan) dan psikomotorik (keterampilan) yang dibutuhkan dalam proses tercapainya kemajuan material. Oleh sebab itu, untuk mencapai pendidikan yang baik, dalam proses pendidikannya harus disesuaikan dengan tuntutan masyarakat tempat anak didik tinggal dengan kearifan lokal. Sehingga, dalam dirinya terpancar pribadi yang soleh dan senantiasa memberikan kedamaian dan manfaat bagi dirinya dan juga sesama manusia (Herdiyanto and Sriyanto, 2020).
Di era globalisasi saat ini, guru dituntut untuk menjadi guru berkualitas profesional. Guru profesional merupakan seseorang yang memiliki latar belakang pendidikan keguruan yang memadai, mempunyai kompetensi dan keterampilan di bidangnya, dan selalu berusaha mengembangkannya sehingga dapat bertanggung jawab dalam melaksanakan tugas dengan sebaiknya.
Guru berkualitas profesional harus memiliki empat kompetensi, yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional, dan kompetensi sikap. Pada dasarnya, guru seiring waktu harus memahami gaya belajar peserta didik, bertambahnya usia, dan hubungan sosial yang semakin kompleks dengan lingkungan (Sukatin 2020).
Fungsi guru memahami emosi terhadap perkembangan anak didik antara lain (Darmiah 2020), yaitu pertama merupakan bentuk komunikasi. Emosi sebagai bentuk komunikasi menjadikan anak didik bisa menyatakan segala kebutuhan dan perasaannya terhadap orang lain. Kedua, emosi berperan dalam mempengaruhi kepribadian dan penyesuaian diri anak dengan lingkungan sosialnya.
Sebagai guru berkemajuan. Guru harus terus meningkatkan kualitas diri sebagai pengajar dan pendidik karena pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Di era globalisasi muncul adanya fenomena VUCA (volatility, uncertainty, complexity, dan ambiguity). Tentunya semakin besar tantangan para guru untuk mendidik siswa agar menjadi sumber daya manusia yang berkualitas sesuai dengan tujuan pendidikan nasional.
Guru berkemajuan juga tidak boleh gagap teknologi. Artinya, guru harus mempelajari dan memanfaatkan teknologi dengan sebaik mungkin untuk mempermudah dan memperlancar proses pembelajaran dengan mengoptimalkan Coding dan AI. Hal ini harus mendapat dukungan dari masyarakat dan pemerintah, seperti ada fasilitas yang mendukung dan pelatihan-pelatihan secara merata. Selain itu, guru mampu mengajar di masyarakat yang beragam budaya dan bahasa.
Di era modern saat ini, guru harus dapat beradaptasi dengan serbacepat kepada anak didik yang sudah terpengaruh dengan pesatnya kemajuan teknologi. Maka dari itu, guru berkemajuan dan berkualitas sangat diperlukan. Guru harus bisa memanfaatkan kemajuan teknologi untuk lebih mengembangkan cara mengajarnya.
Jangan sampai, kita dan kami salah memaknai guru pahlawan tanpa tanda jasa yang meruntuhkan martabat guru berkualitas, ada adagium walau gaji besar tetap semangat. Singkatnya, guru berkualitas dan berkemajuan harus punya keterampilan yang meliputi: (1) Keterampilan berpikir kritis; (2) Komunikasi dan kolaborasi; (3) Kemampuan menyelesaikan masalah; (4) Inovasi dan kreativitas; (5) Literasi media informasi, komunikasi, dan teknologi agar tidak terpapar hoaks atau ujaran kebencian.
Semoga hari guru yang dirayakan setiap 25 November selalu bermakna dan membawa semangat positif bagi pendidikan Indonesia. Indonesia bisa!