KEMENTERIAN Kesehatan telah mengintegrasikan fitur Diari Diabetes Digital (3D) dari aplikasi Primaku ke aplikasi SatuSehat Mobile. Integrasi ini menjadi langkah signifikan dalam upaya meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan bagi anak-anak penderita diabetes di Indonesia.
“Masalah kita itu, teridentifikasinya enggak rapi dan gak bagus. Walaupun ada, enggak masuk ke sistem jadi kita enggak bisa follow up dan enggak tahu berapa banyak. Nah, kebetulan, teman-teman dari IDAI sudah bikin aplikasi Primaku di mana ada sekitar 170.000 pengukuran dari 883.000 pasien. Tadi saya lihat sudah masuk datanya,” ungkap Menkes, dikutip dari keterangan resmi, Selasa (26/11).
Dengan adanya integrasi ini, pemantauan kasus diabetes pada anak dan remaja diharapkan dapat dilakukan lebih dini. Dengan itu penanganan dapat berlangsung lebih cepat dan efektif, serta menekan angka kematian.
“Saya juga kaget bahwa ternyata, banyak anak di dunia dan juga di Indonesia yang terkena diabetes sejak kecil, istilahnya diabetes tipe 1. Diabetes tipe 1 ini jika tidak dirawat dengan cepat, bisa meninggal dalam waktu 6 bulan sampai 1 tahun. Kebetulan kan Pak Prabowo akan launching Skrining Kesehatan untuk masyarakat di Indonesia," kata menkes.
"Nah, saya sudah putuskan memasukan skrining diabetes ini untuk kelompok anak-anak, supaya ketahuan lebih dini. Dengan begitu, kita bisa lakukan pengobatannya segera mungkin,” tambahnya.
Bentuk integrasi Primaku ke SatuSehat ini dengan memonitor data yang masuk ke Primaku, melalui fitur Diary Diabetes Digital (3D). Fitur ini memungkinkan orang tua dan tenaga kesehatan untuk memantau kondisi diabetes anak-anak secara langsung, sehingga perawatan menjadi lebih efektif.
Melalui integrasi di SatuSehat Mobile, data ini dapat termonitor dengan lebih mudah dan lebih lengkap dibandingkan dengan data sebelumnya.
“Kami berharap integrasi ini dapat memudahkan pemantauan gula darah mandiri untuk kepatuhan jangka panjang, mendukung proses penanganan holistik berdasarkan data kontrol pasien dan surveilans serta perencanaan ke depannya” kata CEO Primaku Muhammad Aditriya Indraputra.
Data yang dapat dimonitor melalui SatuSehat Mobile meliputi jenis insulin yang digunakan, waktu pencatatan penggunaannya, tipe gula darah yang sering diukur, dan lainnya.
Staf Ahli Menteri Bidang Teknologi Kesehatan sekaligus Chief of DTO Kemenkes RI Setiaji menjelaskan, data ini tidak hanya untuk pemantauan, tetapi juga dianalisis untuk mendukung pengembangan machine learning di SatuSehat Mobile.
“Data ini juga akan digunakan untuk dianalisis karena dapat membantu memperkaya proses kita dalam mengembangkan machine learning di dalam SatuSehat mobile. Dengan adanya machine learning, harapannya tingkat temuannya semakin besar dari sebelumnya. Tanpa machine learning, kita hanya mencatat 3,3% prevalensi, setelah menggunakannya menjadi 12,2% prevalensi,” ujar Setiaji.
Deteksi dini ini memiliki banyak manfaat. Salah satunya pencegahan dan pengobatan diabetes dapat dilakukan dengan cepat serta dalam hal biaya pun lebih efisien.
“Semoga kolaborasi ini ke depannya bisa lebih banyak memberi manfaat bagi seluruh masyarakat Indonesia, khususnya untuk pasien-pasien diabetes,” tambahnya.
Primaku, sebuah aplikasi kesehatan anak, bertujuan meningkatkan taraf kesehatan anak Indonesia dengan menyediakan akses layanan kesehatan yang mudah dan berkualitas. Aplikasi ini telah melayani lebih dari 1,5 juta anak di Indonesia serta digunakan oleh lebih dari 80% dokter anak di tanah air.
Diari Diabetes Digital (3D) merupakan fitur dalam aplikasi Primaku yang terintegrasi dengan alat glucometer. Melalui fitur ini hasil pemeriksaan gula darah tercatat realtime, sehingga kondisi diabetes anak dapat dipantau secara langsung. (Z-9)